Demikianlah yang saya dengar:
- Demikianlah yang saya dengar:
Pada suatu waktu Sang Bhagava berada di Jetavana, milik Anathapindika,
di Savatthi. Sementara Beliau berada di sana, Bhikkhu
Sariputta berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu”,
Para bhikkhu menjawab: “Ya, bhante”. Selanjutnya bhikkhu
Sariputta berkata:
- “Avuso, ada empat macam orang di dunia; apakah mereka? Avuso,
di dunia ini ada orang yang ‘bermental ternoda’ (angana) dan
yang tidak mengetahui dengan benar: “Saya bermental
ternoda”. Ada orang yang bermental ternoda dan mengetahui
dengan benar: “Saya bermental ternoda”. Ada orang tidak
bermental ternoda dan tidak mengetahui dengan benar:
“Saya tidak bermental ternoda”. Ada orang tidak bermental
ternoda dan mengetahui dengan benar: “Saya tidak
bermental ternoda”.
- Avuso, di antara mereka, dua macam orang yang bermental ternoda,
ia yang bermental ternoda dan tidak mengetahui dengan benar:
“Saya bermental ternoda”, adalah disebut inferior.Avuso,
di antara mereka, dua macam orang yang bermental ternoda,
ia yang bermental ternoda dan mengetahui dengan benar: “Saya
bermental ternoda”, adalah disebut superior.Avuso, di antara
mereka, dua macam orang yang tidak bermental ternoda,
ia yang tidak bermental ternoda dan tidak mengetahui
dengan benar: “Saya tidak bermental ternoda”, adalah
disebut inferior.
Avuso, di antara mereka, dua macam orang yang tidak bermental
ternoda, ia yang tidak bermental ternoda dan mengetahui dengan
benar: “Saya tidak bermental ternoda,” adalah disebut
superior.”
- Setelah hal ini dikatakan, maka Bhikkhu Mahamoggallana bertanya kepada Bhikkhu Sariputta:
“Avuso Sariputta! Dari dua macam orang yang bermental ternoda,
seorang disebut inferior dan yang lain disebut superior. Apakah
alasan dan apa sebabnya?
“Avuso Sariputta! Dari dua macam orang yang tidak bermental
ternoda, seorang disebut inferior dan yang lain disebut superior.
Apakah alasan dan sebabnya?”
- “Avuso, di antara dua macam orang, orang yang bermental ternoda
dan tidak mengetahui dengan benar: “Saya bermental ternoda”,
tidak akan memunculkan keinginan, tidak berusaha, atau
tidak mengembangkan semangat untuk melenyapkan noda
mental itu. Ia akan meninggal dunia dengan batin dipenuhi
kemelekatan, kemarahan, kebodohan, noda-noda mental dan
ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan terjadi padanya.Avuso, sebagai
contoh sebuah “wadah perunggu” (kamsapati) yang baru
dibeli dari toko atau tukang perunggu, yang diliputi
oleh abu dan kotoran, yang mungkin dibiarkan tidak digunakan oleh
pemiliknya, tidak dibersihkan dan dibiarkan dipenuhi debu.
Avuso, bukankah setelah berselang beberapa waktu patta
perunggu itu akan lebih ternoda dan kotor oleh
kotoran?”"Ya, avuso.”
“Avuso, dengan cara yang sama, orang yang bermental ternoda
dan tidak mengetahui dengan benar: “Saya bermental ternoda”,
tidak akan memunculkan keinginan, tidak berusaha, atau
tidak mengembangkan semangat untuk melenyapkan noda
mental itu. Ia akan meninggal dunia dengan batin
dipenuhi kemelekatan, kemarahan, kebodohan, noda-noda
mental dan ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan terjadi
padanya.
- Avuso, di antara mereka, orang bermental ternoda dan mengetahui
dengan benar: “Saya bermental ternoda”, akan memunculkan
keinginan, berusaha atau mengembangkan semangat untuk
melenyapkan noda mental itu. Akan meninggal dunia dengan
pikiran tanpa kemelekatan, tanpa kebencian, tanpa
kebodohan, tanpa noda-noda mental dan tanpa
ketidaksucian. Pasti, inilah yang akan terjadi padanya.Avuso, sebagai
contoh, sebuah “wadah perunggu” (kamsapati) yang baru
dibeli dari toko atau tukang perunggu, yang diliputi
oleh debu dan kotoran, yang mungkin dibersihkan oleh pemiliknya,
tidak dibiarkan diliputi debu. Avuso, bukankah setelah
berselang beberapa waktu patta perunggu itu menjadi
bersih dan tanpa noda?”"Ya, avuso.”
“Avuso, sama halnya, orang yang bermental ternoda dan mengetahui
dengan benar: “Saya bermental ternoda”, akan memunculkan
keinginan, berusaha atau mengembangkan semangat untuk
melenyapkan noda mental itu. Akan meninggal dunia
dengan pikiran tanpa kemelekatan, tanpa kebencian,
tanpa kebodohan, tanpa noda-noda mental dan tanpa
ketidaksucian. Pasti, hal inilah yang akan terjadi padanya.
- Avuso, di antara mereka, orang yang tidak bermental ternoda dan
tidak mengetahui dengan benar: “Saya tidak bermental ternoda”
akan tertarik pada hal-hal yang menyenangkan, karena
tertarik pada hal-hal menyenangkan, maka batinnya akan
ternoda karena kemelekatan, kebencian, kebodohan,
noda-noda mental dan ketidaksucian. Pasti, inilah yang
akan terjadi padanya.Avuso, sebagai contoh, sebuah wadah perunggu yang
baru dibeli dari toko atau tukang perunggu, yang agak
bersih dan tidak ternoda, tetapi yang mungkin tidak
digunakan dan tidak dibersihkan oleh pemiliknya dan
dibiarkan di tempat berdebu. Avuso, bukankah setelah
berselang beberapa waktu patta perunggu itu ternoda dan kotor
oleh kotoran?”"Ya, avuso.”
“Avuso, sama halnya orang yang tidak bermental ternoda
tetapi tidak mengetahui dengan benar: “Saya tidak bermental
ternoda”, akan tertarik pada hal-hal yang menyenangkan, karena
tertarik pada hal-hal menyenangkan, maka batinnya akan
ternoda oleh kemelekatan. Ia akan meninggal dunia
dengan batin diliputi kemelekatan, kebencian,
kebodohan, noda-noda mental dan ketidaksucian. Pasti,
inilah yang akan terjadi padanya.
- Avuso, di antara mereka, orang yang tidak bermental ternoda dan
mengetahui dengan benar: “Saya tidak bermental ternoda”
tidak akan tertarik pada hal-hal menyenangkan, karena tidak
tertarik pada hal-hal menyenangkan, maka batinnya tidak
akan ternoda oleh kemelekatan. Ia akan meninggal dunia
dengan batin tidak diliputi kemelekatan, kebencian,
kebodohan, noda-noda mental dan ketidaksucian. Pasti,
inilah yang akan terjadi padanya.Avuso, sebagai contoh, sebuah wadah
perunggu yang baru dibeli dari toko atau tukang
perunggu, yang agak bersih dan agak tidak ternoda,
tetapi yang mungkin digunakan dan dibersihkan oleh pemiliknya
dan tidak dibiarkan di tempat berdebu. Avuso, bukankah setelah
berselang beberapa waktu patta perunggu itu menjadi lebih
bersih dan tidak ternoda?”"Ya, avuso.”
“Avuso, sama halnya, orang yang tidak bermental ternoda
dan mengetahui dengan benar: “Saya tidak bermental ternoda”
tidak akan tertarik pada hal-hal menyenangkan, karena tidak
tertarik pada hal-hal menyenangkan, maka batinnya tidak
akan ternoda oleh kemelekatan. Ia akan meninggal dunia
dengan batin tanpa kemelekatan, kebencian, kebodohan,
noda-noda mental dan ketidak sucian. Pasti, inilah yang
akan terjadi padanya.
- Avuso Moggallana! Inilah alasan dan sebab dari pernyataan bahwa
dari dua macam yang bermental ternoda, seorang disebut
inferior dan orang yang lain disebut superior.Avuso
Moggallana! Inilah alasan dan sebab dari pernyataan bahwa
dari dua macam orang yang tidak bermental ternoda, seorang disebut
inferior dan orang yang lain disebut superior.
- “Avuso, telah tersebut: ‘Noda, noda.’ Apa yang dimaksud dengan
‘noda’?Avuso, ‘noda’ ini adalah sebutan untuk faktor-faktor
jahat (papakanam) yang muncul dari ‘keinginan-keinginan
buruk’ (akusalaiccha).Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada
bhikkhu berkeinginan: “Saya akan melakukan pelanggaran
peraturan (apatti), mungkin para bhikkhu tidak
mengetahui perbuatanku.” Kemudian bhikkhu itu berpikir,
“Para bhikkhu tahu bahwa saya telah melakukan apatti”,
lalu ia marah dan tidak senang. Avuso, marah dan
ketidaksenangan adalah noda-noda batin.
Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu berkeinginan:
“Saya akan melakukan apatti, mungkin para bhikkhu akan
menuduhku secara pribadi dan tidak di tengah-tengah
sangha.” Avuso, tetapi mungkin para bhikkhu menuduhnya
di tengah-tengah sangha dan bukan secara pribadi.
Kemudian bhikkhu itu berpikir, “Para bhikkhu menuduhku
di tengah-tengah sangha, bukan secara pribadi,” lalu ia
marah dan tidak senang. Avuso, marah dan ketidaksenangan
adalah noda-noda batin.
- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu berkeinginan:
“Saya akan melakukan apatti, mungkin saya akan dituduh oleh
teman (yang telah melakukan apatti) dan bukan oleh
‘bukan temanku’ (yang tidak melakukan apatti).” Avuso,
mungkin bahwa ia tidak dituduh oleh temannya, tetapi oleh
bukan temannya. Bhikkhu itu berpikir, “Saya dituduh oleh
‘bukan temanku’, namun bukan oleh temanku,” lalu ia
marah dan tidak senang. Avuso, marah dan ketidaksenangan
adalah noda-noda batin.Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada
bhikkhu berkeinginan: “Sangat baik bila Guru (sattha)
membabarkan dhamma kepada para bhikkhu, hanya bertanya
kepada saya dan bukan kepada bhikkhu lain.” Avuso,
tetapi mungkin Guru membabarkan dhamma kepada para
bhikkhu dan bertanya kepada bhikkhu lain dan tidak bertanya
kepada bhikkhu itu. Bhikkhu itu berpikir, “Guru mengajar
dhamma kepada para bhikkhu dan bertanya kepada bhikkhu lain,
tetapi tidak kepadaku,” lalu ia marah dan tidak senang.
Avuso, marah dan ketidaksenangan adalah noda-noda
batin.
- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu berkeinginan:
“Sungguh baik bila para bhikkhu memasuki desa untuk
menerima makanan dengan saya selalu sebagai pemimpin dan
bukan bhikkhu lain yang memimpin.” Avuso, tetapi mungkin
para bhikkhu memasuki desa untuk menerima makanan dengan
dipimpin oleh bhikkhu lain dan bukan bhikkhu itu yang
memimpin. Bhikkhu itu berpikir, “Para bhikkhu memasuki
desa untuk menerima makanan dengan dipimpin oleh bhikkhu
lain dan bukan saya yang selalu memimpin,” lalu ia marah
dan tidak senang. Avuso, marah dan ketidaksenangan adalah
noda-noda batin.Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu
berkeinginan: “Sungguh baik bila saya sendiri mendapat
tempat yang terbaik, air terbaik dan dana-makanan
terbaik di tempat makan yang ditentukan, sedangkan
bhikkhu yang lain tidak mendapat hal-hal itu.” Avuso,
tetapi mungkin bhikkhu yang lain mendapat tempat terbaik,
air terbaik dan dana-makanan terbaik di tempat makan yang ditentukan,
sedangkan bhikkhu itu tidak mendapat hal-hal itu.
Bhikkhu itu berpikir, “Para bhikkhu mendapat tempat
terbaik, air terbaik dan dana-makanan terbaik di tempat
makan yang ditentukan, sedangkan saya tidak mendapat
hal-hal itu,” lalu ia marah dan tidak senang. Avuso,
marah dan ketidaksenangan adalah noda-noda batin.
- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu berkeinginan:
“Sungguh baik bila saya sendiri membabarkan dhamma sebagai
pernyataan ‘anumodana’ (membabar dhamma setelah menerima
dana), setelah makan dana-makanan, di tempat makan yang
ditentukan, sedangkan bhikkhu lain tidak melakukannya.
Avuso, tetapi mungkin bhikkhu lain membabarkan dhamma
setelah makan dana-makanan di tempat makan yang ditentukan,
sedangkan bhikkhu itu tidak melakukannya. Bhikkhu itu berpikir,
“Bhikkhu lain membabarkan dhamma setelah makan dana-makanan
di tempat makan yang ditentukan, sedangkan saya tidak
melakukannya,” lalu ia marah dan tidak senang. Avuso,
marah dan ketidaksenangan adalah noda-noda batin.Avuso,
berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu berkeinginan:
“Sungguh baik bila saya sendiri yang membabarkan dhamma kepada
para bhikkhu yang mengunjungi vihara dan tidak ada bhikkhu
lain yang melakukannya.” Avuso, tetapi mungkin bhikkhu
lain yang membabarkan dhamma kepada para bhikkhu yang
mengunjungi vihara, sedangkan bhikkhu itu tidak
melakukannya. Bhikkhu itu berpikir, “Bhikkhu lain
membabarkan dhamma kepada para bhikkhu yang mengunjungi
vihara, sedangkan saya tidak melakukannya,” lalu ia
marah dan tidak senang. Avuso, marah dan ketidaksenangan adalah
noda-noda batin.
- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu berkeinginan:
“Sungguh baik bila saya sendiri yang membabarkan dhamma
kepada para bhikkhuni … dst .. … kepada upasaka yang
mengunjungi vihara… dst .. … kepada para upasika yang
mengunjungi vihara, sedangkan bhikkhu lain tidak
melakukannya.” Avuso, tetapi mungkin bhikkhu lain yang
membabarkan dhamma kepada para upasika yang mengunjungi
vihara, sedangkan bhikkhu itu tidak melakukannya. Bhikkhu itu berpikir,
“Bhikkhu lain membabarkan dhamma kepada para upasika yang
mengunjungi vihara, sedangkan saya tidak melakukannya,”
lalu ia marah dan tidak senang. Avuso, marah dan
ketidaksenangan adalah noda-noda batin.Avuso, berdasarkan
keadaan ini, mungkin ada bhikkhu berkeinginan:
“Sungguh baik bila para bhikkhu menghormat, memuja, memuji
dan menghargai saya sendiri, sedangkan para bhikkhu tidak
menghormati, memuja, memuji atau menghargai bhikkhu
lain.” Avuso, tetapi mungkin para bhikkhu menghormat,
memuja, memuji dan menghargai bhikkhu lain, sedangkan
para bhikkhu tidak menghormat, memuja, memuji dan
menghargai bhikkhu itu. Bhikkhu itu berpikir: “Para
bhikkhu menghormat, memuja, memuji dan menghargai bhikkhu lain,
sedangkan saya tidak dihormat, dipuja, dipuji dan dihormati
oleh para bhikkhu,” lalu ia marah dan tidak senang.
Avuso, marah dan ketidaksenangan adalah noda-noda
batin.
- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu berkeinginan:
“Sungguh baik bila para bhikkhuni … para upasaka sendiri,
sedangkan para upasika tidak menghormat, memuja, memuji
atau menghargai bhikkhu lain.” Avuso, tetapi mungkin para
upasika menghormat, memuja, memuji dan menghargai
bhikkhu lain, sedangkan para upasika tidak menghormat,
memuja, memuji dan menghargai bhikkhu itu. Bhikkhu itu
berpikir: “Para upasika menghormat, memuja, memuji dan
menghargai bhikkhu lain, sedangkan saya tidak dihormat, dipuja,
dipuji dan dihormati oleh para upasika,” lalu ia marah dan
tidak senang. Avuso, marah dan ketidaksenangan adalah noda-noda
batin.Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada
bhikkhu berkeinginan: “Sungguh baik bila hanya saya
sendiri menerima jubah yang bagus, sedangkan bhikkhu
lain tidak menerima jubah yang bagus.” Avuso, tetapi
mungkin bhikkhu lain menerima jubah yang bagus,
sedangkan bhikkhu itu tidak menerima jubah yang bagus. Bhikkhu
itu berpikir: “Bhikkhu lain menerima jubah yang bagus, sedangkan
saya tidak menerima jubah yang bagus,” lalu ia marah
dan tidak senang. Avuso, marah dan tidaksenangan adalah
noda-noda batin.
- Avuso, berdasarkan keadaan ini, mungkin ada bhikkhu berkeinginan:
“Sungguh baik bila hanya saya sendiri menerima dana-makanan
yang baik … tempat tinggal saya bagus … obat-obatan yang
bagus dan kebutuhan pengobatan yang digunakan dalam
keadaan sakit, sedangkan bhikkhu yang lain tidak menerima
hal-hal itu.” Avuso, tetapi mungkin bhikkhu lain
menerima obat-obatan dan kebutuhan pengobatan yang
digunakan dalam keadaan sakit, sedangkan bhikkhu itu tidak
menerima hal-hal itu. Bhikkhu itu berpikir, “Bhikkhu lain menerima
obat-obatan yang bagus dan kebutuhan pengobatan yang
digunakan dalam keadaan sakit, sedangkan saya tidak
menerima hal-hal itu,” lalu ia marah dan tidak senang.
Avuso, marah dan ketidaksenangan adalah noda-noda
batin.Avuso, ‘noda’ ini adalah sebutan untuk faktor-faktor buruk yang
muncul dari keinginan-keinginan jahat.
- Avuso, bilamana seorang bhikkhu dilihat atau didengar oleh seseorang
bahwa bhikkhu itu tidak melenyapkan faktor-faktor buruk
yang muncul dari keinginan-keinginan jahat walaupun
bhikkhu itu melakukan ‘praktik keras’, seperti, ‘tinggal
dihutan’ (arannako) atau ‘tempat terpencil’
(pantasenasano), menerima dana-makanan (pindapatiko) atau ‘menerima
makanan dari rumah-rumah’ (sapadanacari), mengenakan jubah
yang dibuat dari kain bekas pembungkus mayat’
(pamsukuliko) atau jubah yang dibuat dari kain-kain kasar
yang kurang berharga’ (lukhacivara), ia tidak akan
dihormati, dipuja, dipuji atau dihargai oleh rekan-rekannya
yang ‘melaksanakan penghidupan suci’ (sabrahmacari). Apa alasannya?
Karena melihat atau mendengar bahwa bhikkhu itu belum
melenyapkan faktor-faktor buruk yang muncul dari
keinginan-keinginan jahat.Avuso, sebagai contoh, sebuah ‘wadah perunggu’
(kamsapati) bersih dan tidak ternoda yang dibeli dari
toko atau tukang perunggu dan pemiliknya pergi ke pasar
mengisinya dengan (potongan) bangkai ular membusuk,
bangkai anjing atau potongan mayat manusia dan menutupi
wadah itu dengan wadah perunggu lain. Orang-orang yang
melihat wadah perunggu itu, mungkin berkata: “Kawan, mengapa
anda membawa hadiah bagus ini?” bangkit dari duduk, membukanya
dan melihat ke dalamnya. Namun, segera setelah mereka
melihat isinya, mereka akan merasa mau muntah, jijik
dan muak, sehingga orang yang lapar pun tidak
berkeinginan untuk makan, apalagi mereka yang
kenyang.Avuso, begitu pula halnya, bilamana seorang bhikkhu dilihat
atau didengar oleh seseorang bahwa bhikkhu itu tidak
melenyapkan faktor-faktor buruk yang muncul dari
keinginan-keinginan jahat walaupun bhikkhu itu
melakukan ‘praktik keras’, seperti, ‘tinggal dihutan’
(arannako) atau ‘tempat terpencil’ (pantasenasano), menerima
dana makanan (pindapatiko) atau ‘menerima makanan dari
rumah-rumah’ (sapadanacari), mengenakan jubah yang
dibuat dari kain pembungkus mayat (pamsukuliko) atau
jubah yang dibuat dari kain-kain kasar yang kurang
berharga (lukhacivara), ia tidak akan dihormati, dipuja,
dipuji atau dihargai oleh rekan-rekannya yang ‘melaksanakan
penghidupan suci’ (sabrahmacari). Apa alasannya? Karena
mereka melihat atau mendengar bahwa bhikkhu itu belum
melenyapkan faktor-faktor buruk yang muncul dari
keinginan-keinginan jahat.
- Avuso, bilamana seorang bhikkhu dilihat atau didengar oleh seseorang
bahwa bhikkhu itu telah melenyapkan faktor-faktor buruk
yang muncul dari keinginan-keinginan jahat walaupun ia
menetap di sebuah vihara desa, menerima dana-makanan dari
mereka yang mengundangnya dan mengenakan jubah yang
didanakan para umat, ia akan dihormati, dipuja, dipuji
dan dihargai oleh para rekannya yang melaksanakan penghidupan suci.
Apakah alasannya? Karena mereka melihat atau mendengar bahwa
bhikkhu itu telah melenyapkan faktor-faktor buruk yang
muncul dari keinginan-keinginan jahat.Avuso, sebagai
contoh, sebuah wadah perunggu bersih dan tak ternoda
yang dibeli dari toko atau tukang perunggu, lalu pemiliknya
pergi ke pasar, mengisinya dengan nasi matang yang bagus, tanpa
bijian hitam, bersama banyak kari kacang, daging dan ikan,
setelah itu menutupinya dengan wadah perunggu lain.
Orang-orang yang melihat wadah perunggu itu, mungkin
berkata: “Kawan! Mengapa anda membawa hadiah bagus
ini?” bangkit dari duduk, membukanya dan melihat ke
dalamnya. Namun, segera setelah mereka melihat isinya,
mereka akan merasa gembira, tanpa merasa muak atau jijik.
Sehingga orang yang telah kenyang pun berkeinginan untuk makan,
apalagi mereka yang lapar.Avuso, begitu pula halnya,
bilamana seorang bhikkhu dilihat atau didengar oleh
seseorang bahwa bhikkhu itu telah melenyapkan
faktor-faktor buruk yang muncul dari keinginan-keinginan jahat
walaupun menetap di sebuah vihara desa, menerima dana-makanan
dari mereka yang mengundangnya dan mengenakan jubah yang
didanakan para umat, ia akan dihormati, dipuja, dipuji
dan dihargai oleh para rekannya yang melaksanakan
penghidupan suci. Apakah alasannya? Karena mereka
melihat atau mendengar bahwa bhikkhu itu telah melenyapkan
faktor-faktor buruk yang muncul dari keinginan-keinginan jahat.
- Setelah hal ini dikatakan, lalu Bhikkhu Moggallana berkata kepada
Bhikkhu Sariputta: “Avuso Sariputta, sebuah perumpamaan
muncul dalam pikiranku.”"Avuso Moggallana, ungkapkanlah
perumpamaan itu.”"Avuso, saya pernah menetap di Giribbaje, dekat kota
Rajagaha. Pada suatu pagi, setelah saya mengenakan
jubah dan membawa patta serta civara, pergi ke Rajagaha
untuk pindapata (menerima makanan). Ketika itu,
Samiti, putra pembuat kereta, sedang membentuk bagian
sisi roda kereta, sedangkan petapa telanjang (ajiviko) bernama
Panduputta, mantan pembuat kereta, sedang berdiri di dekatnya.
Avuso, kemudian muncul ide pada petapa telanjang Panduputta:
“Akan baik bila Samiti memperbaiki lengkungan, bagian yang
bengkok dan kerusakan dari bagian sisi roda kereta.
Dengan demikian maka bagian sisi roda kereta akan tanpa
lengkungan, bagian yang bengkok dan rusak, maka bagian
sisi roda kereta akan tanpa cacad dan bagus.
Avuso, Samiti memperbaiki lengkungan, bagian yang bengkok dan
yang rusak, sesuai dengan ide petapa telanjang Panduputta.
Kemudian petapa telanjang Panduputta gembira, dengan
mengucapkan teriakan kegembiraan: “Nampaknya ia
melakukan perbaikan (bagian luar dari roda) bagaikan
ia, melalui pikirannya, mengetahui pikiran orang lain.”
Avuso, begitu pula halnya, orang-orang yang tanpa keyakinan
(Tiratana), meninggalkan kehidupan berumah-tangga menjadi petapa
yang bukan karena berdasarkan pada kepercayaan (pada
hukum kamma), tetapi sebagai mata pencaharian. Mereka
licik, penipu, pemalsu, bingung, arogan, keji, pesolek
dan cerewet; mereka tidak menjaga indera-indera, makan
tidak sederhana (bhojane amattannuta), tidak selalu
waspada (jagariya ananuyutta), tidak berkehidupan samana
dengan baik (samane anapekhavanto), tidak melaksanakan peraturan
dengan baik (sikkhaya na tibbagarava), ingin hidup mewah,
lalai, kemauan baik menurun, tak bertanggung jawab
dalam usaha untuk melenyapkan dukkha (nibbana), malas,
kurang bersemangat, tidak berperhatian, tidak
berpengertian, tidak menenangkan pikiran, pikiran tidak
tetap, pikiran tak terkendali, tidak bijak dan pikiran
tumpul. Nampaknya seperti ayasma (saudara) Sariputta mengetahui
pikiran mereka melalui pikiran yang mengatur (membentuk)
pikiran mereka dengan uraian Dhamma.
Tetapi, ada pula orang-orang dengan keyakinan meninggalkan kehidupan
berumah tangga menjadi petapa, yang tidak licik, tidak
menipu, bukan memalsu, tidak bingung, tidak arogan,
tidak keji, tidak pesolek dan tidak cerewet; menjaga
indera-indera, makan sederhana, selalu waspada,
berkehidupan samana dengan baik, melaksanakan peraturan
dengan baik, hidup sederhana, bersemangat, berkemauan
baik, berusaha untuk melenyapkan dukkha, rajin, berperhatian,
berpengertian, pikiran tenang, pikiran tetap, pikiran terkendali,
bijak dan pintar. Setelah mereka mendengar uraian
dhamma dari Ayasma Sariputta, bagaikan mereka minum
(saripati) ungkapannya dan makan maknanya, dengan
berkata: “Baik sekali! Ayasma Sariputta telah
menyebabkan rekan brahmacari-nya meninggalkan hal-hal buruk
(akusala) dan mengembangkan hal-hal yang baik (kusala).
Avuso, seperti seorang wanita atau pria, remaja dan berusia
muda yang biasa merias diri, mandi, mengambil bunga teratai,
melati, akasia dan membawanya dengan kedua tangan atau
menaruh itu di kepala, begitu pula orang-orang itu
dengan keyakinan meninggalkan kehidupan berumah tangga
menjadi petapa, yang tidak licik, tidak menipu, bukan
memalsu, tidak bingung, tidak arogan, tidak keji, tidak
pesolek dan tidak cerewat; menjaga indera-indera, makan
sederhana, selalu waspada, berkehidupan samana dengan baik,
melaksanakan peraturan dengan baik, hidup sederhana,
bersemangat, berkemauan baik, berusaha untuk
melenyapkan dukkha, rajin, berperhatian, berpengertian,
pikiran tenang, pikiran tetap, pikiran terkendali,
bijak dan pintar. Setelah mereka mendengar uraian dhamma dari
Ayasma Sariputta, bagaikan mereka minum (saripati) ungkapannya
dan makan maknanya, dengan berkata: “Baik sekali! Ayasma
Sariputta telah menyebabkan rekan brahmacarinya
meninggalkan hal-hal buruk (akusala) dan mengembangkan
hal-hal yang baik (kusala).
Dengan cara ini kedua maha arahat (mahanaga) gembira dalam pembicaraan mereka.