Selasa, 28 Februari 2012

BAHITIKA SUTTA

1. DEMIKIAN YANG SAYA DENGAR. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika.
2. Pada waktu itu, ketika pagi tiba, Y.M. Ananda berpakaian, mengambil mangkuk dan jubah luarnya, lalu pergi ke Savatthi untuk mengumpulkan dana makanan. Ketika beliau telah berkelana untuk mengumpulkan dana makanan di Savatthi dan telah pergi kembali, setelah selesai makan beliau pergi ke Taman Timur, ke Istana Ibu Migara, untuk berdiam pada hari itu.
3. Pada waktu itu Raja Pasenadi dari Kosala telah menunggang gajah Ekapundarika dan bergerak keluar dari Savatthi di tengah hari. Raja melihat Y.M. Ananda datang dari kejauhan dan bertanya kepada menteri Sirivaddha: “Itu Y.M. Ananda, bukan?”-“Ya, Baginda, itu Y.M. Ananda.”
4. Kemudian Raja Pasenadi dari Kosala berkata kepada seorang laki-laki: “Ayo, orang baik, pergilah kepada Y.M. Ananda dan berilah hormat atas namaku dengan kepalamu di kaki beliau, dan katakan: ‘Bhante, Raja Pasenadi dari Kosala memberi hormat dengan kepalanya di kaki Y.M. Ananda.’ Kemudian katakanlah hal ini: ‘Bhante, jika Y.M. Ananda tidak mempunyai urusan yang mendesak, kiranya Y.M. Ananda bersedia menunggu [113] sebentar, karena kasih sayangnya.’”
5. “Ya, Baginda,” jawab laki-laki itu. Dia menghampiri Y.M. Ananda, dan setelah memberi hormat kepada beliau, dia berdiri di satu sisi dan berkata kepada Y.M. Ananda: “Bhante, Raja Pasenadi dari Kosala memberi hormat dengan kepalanya di kaki Y.M. Ananda, dan Baginda mengatakan hal ini: ‘Bhante, jika Y.M. Ananda tidak mempunyai urusan yang mendesak, kiranya Y.M. Ananda bersedia menunggu [113] sebentar, karena kasih sayangnya.’”
6. Y.M. Ananda menyetujui dengan berdiam diri, Raja Pasenadi datang menunggang gajah sejauh yang dapat dilalui gajah itu, dan kemudian turun serta datang kepada Y.M. Ananda dengan berjalan kaki. Setelah memberi hormat kepada beliau, Raja berdiri di satu sisi dan berkata kepada Y.M. Ananda: “Bhante, jika Y.M. Ananda tidak mempunyai urusan mendesak, sungguh baik jika beliau bersedia pergi ke tepi sungai Aciravati, karena kasih sayangnya.”
7. Y.M. Ananda menyetujui dengan berdiam diri. Beliau pergi ke tepi sungai Aciravati dan duduk di bawah pohon di tempat yang disediakan. Kemudian Raja Pasenadi pergi menunggang gajah sejauh yang dapat dilalui gajah itu, dan kemudian turun dan berjalan kaki menghampiri Y.M. Ananda dengan berjalan kaki. Setelah memberi hormat kepada beliau, Raja berdiri di satu sisi dan berkata kepada Y.M. Ananda: “Bhante, di sini ada permadani gajah. Sudilah Y.M. Ananda duduk di atasnya.”
“Tidak perlu, raja yang agung. Duduklah, Aku sudah duduk di tikarku sendiri.”
8. Raja Pasenadi dari Kosala duduk di tempat yang disediakan dan berkata: “Y.M. Ananda, apakah Yang Terberkahi akan berperilaku melalui tubuhnya sedemikian rupa sehingga Beliau dapat dicela oleh para petapa dan brahmana yang bijaksana?”831
“Tidak, raja yang agung, Yang Terberkahi tidak akan berperilaku melalui tubuhnya sedemikian rupa sehingga Beliau dapat dicela oleh para petapa dan brahmana yang bijaksana.” [114]
“Apakah Yang Terberkahi, Y.M. Ananda, akan berperilksu melalui ucapan… berperilaku melalui pikiran sedemikian rupa sehingga Beliau dapat dicela oleh para petapa dan brahmana yang bijaksana?”
“Tidak, raja yang agung, Yang Terberkahi tidak akan berperilaku melalui ucapan … berperilaku melalui pikiran sedemikian rupa sehingga Beliau dapat dicela oleh para petapa dan brahmana yang bijaksana.”
9. “Sungguh bagus, Bhante, sungguh luar biasa! Karena apa yang tidak bisa kami selesaikan dengan sebuah pertanyaan telah terselesaikan oleh Y.M. Ananda dengan jawaban untuk pertanyaan itu. Kami tidak melihat ada sesuatu yang berharga di dalam pujian dan celaan tentang orang-orang lain yang disampaikan oleh orang-orang tolol yang tidak tahu, yang berbicara tanpa menyelidiki dan mengevaluasi; tetapi kami melihat ada yang berharga di dalam pujian dan celaan tentang orang-orang lain yang disampaikan oleh orang-orang yang bijak, pandai, dan mengerti, yang berbicara setelah menyelidiki dan mengevaluasi.
10. “Y.M. Ananda, perilaku tubuh macam apakah yang dicela oleh para petapa dan brahmana yang bijaksana?”
“Perilaku tubuh apa pun yang tak-bajik, raja yang agung.”
“Perilaku tubuh macam apakah yang tak-bajik?”
“Perilaku tubuh apa pun yang patut dicela, raja yang agung.”
“Y.M. Ananda, perilaku tubuh macam apakah yang patut dicela?”
“Perilaku tubuh apa pun yang menimbulkan derita, raja yang agung.”
“”Y.M. Ananda, perilaku tubuh macam apakah yang menimbulkan derita?”
“Perilaku tubuh apa pun yang mempunyai akibat-akibat menyakitkan, raja yang agung.”
“Y.M. Ananda, perilaku tubuh macam apakah yang mempunyai akibat-akibat menyakitkan?”
“Perilaku tubuh apa pun, raja yang agung, yang membawa penderitaan bagi dirinya sendiri, atau penderitaan bagi yang lain, atau penderitaan bagi keduanya, dan yang karena perilaku tubuh itu keadaan-keadaan yang tak-bajik bertambah dan keadaan-keadaan yang bajik berkurang. Perilaku tubuh semacam itu dicela oleh petapa dan brahmana yang bijaksana, raja yang agung.”832
11. “Y.M. Ananda, perilaku ucapan macam apakah yang dicela oleh para petapa dan brahmana yang bijaksana?”
“Perilaku ucapan apa pun yang tak-bajik … (lengkap seperti di §10 dengan menggantikan “perilaku tubuh” denan “perilaku ucapan”)…”
12 “Y.M. Ananda, perilaku mental macam apakah yang dicela oleh para petapa dan brahmana yang bijaksana?”
“Perilaku mental apa pun yang tak-bajik …(lengkap seperti di §10 dengan menggantikan “perilaku tubuh” dengan “perilaku mental) [115]…”
13 “Y.M. Ananda, Apakah Yang Terberkahi memuji hanya ditinggalkannya semua keadaan yang tak-bajik?”
“Raja yang agung, Tathagata telah meninggalkan semua keadaan yang tak-bajik dan memiliki keadaan-keadaan bajik.”833
14. “Perilaku tubuh macam apakah yang tidak dicela oleh para petapa dan brahmana yang bijaksana?”
“Perilaku tubuh apa pun yang bajik, raja yang agung.”
“Y.M. Ananda, perilaku tubuh macam apakah yang bajik?”
“Perilaku tubuh apa pun yang tak tercela, raja yang agung .”
“Y.M. Ananda, perilaku tubuh macam apakah yang tak-tercela?”
“Perilaku tubuh apa pun yang tidak menimbulkan derita, raja yang agung.”
“Y.M. Ananda, perilaku tubuh macam apakah yang tidak menimbulkan derita?”
“Perilaku tubuh apa pun yang mempunyai akibat-akibat menyenangkan, raja yang agung.”
“Y.M. Ananda, perilaku tubuh macam apakah yang mempunyai akibat-akibat menyenangkan?”
“Perilaku tubuh apa pun, raja yang agung, yang tidak membawa penderitaan bagi diri sendiri, atau penderitaan bagi yang lain, atau penderitaan bagi keduanya, dan yang karena perilaku tubuh itu keadaan-keadaan yang tak-bajik berkurang dan keadaan-keadaan yang bajik bertambah. Perilaku tubuh semacam itu tidak dicela atau petapa dan brahmana yang bijaksana.”
15. “Y.M. Ananda, perilaku ucapan macam apakah yang tidak dicela oleh para petapa dan brahmana yang bijaksana?”
“Perilaku ucapan apa pun yang bajik…(lengkap seperti di §14 dengan menggantikan ‘perilaku tubuh” dengan “perilaku ucapan”)…”
16. “Y.M. Ananda, perilaku mental macam apakah yang tidak dicela oleh para petapa dan brahmana yang bijaksana?”
“Perilaku mental apa pun yang bajik… (lengkap seperti di §14 dengan menggantikan perilaku tubuh” dengan “perilaku mental”) [116]…”
17. “Y.M. Ananda, apakah Yang Terberkahi hanya memuji dijalankannya semua keadaan yang bajik?”
“Raja yang agung, Tathagata telah meninggalkan semua keadaan tak-bajik dan memiliki keadaan-keadaan yang bajik.”
18. “Sungguh bagus, Bhante, sungguh luar biasa betapa baiknya hal ini diungkapkan oleh Y.M. Ananda! Kami puas dan senang dengan apa yang telah diungkapkan dengan baik oleh beliau. Bhante, kami sangat puas dan senang dengan apa yang telah diungkapkan dengan baik oleh Y.M. Ananda sehingga seandainya saja hadiah-gajah diperbolehkan untuk beliau, kami akan memberikan itu kepada beliau: seandainya saja hadiah-kuda diperbolehkan untuk beliau, kami akan memberikan itu kepada beliau; seandainya saja hadiah-desa diperbolehkan untuk beliau, kami akan memberikan itu kepada beliau. Tetapi  kami tahu, Y.M. Ananda, bahwa itu semua tidak diperbolehkan untuk Y.M. Ananda. Namun ada jubahku ini,834 Bhante, yang dikirimkan kepadaku terbungkus dalam wadah payung kerajaan oleh Raja Ajatasattu dari Maghada, enambelas tangan (1 tangan = 4 inci) panjangnya dan delapan tangan lebarnya. Sudilah Y.M. Ananda menerimanya demi kasih sayangnya.”
“Tidak perlu, raja yang agung. Ketiga jubahku sudah lengkap.”[117]
19. “Bhante, sungai Aciravati telah dilihat – baik oleh Y.M. Ananda maupun oleh kami – ketika awan besar menurunkan hujan besar di gunung-gunung; kemudian sungai Aciravati meluap di kedua tepinya. Demikian juga Bhante, Y.M. Ananda dapat membuat tiga jubah dari jubah ini, dan beliau dapat memberikan tiga jubah beliau yang sudah lama di antara sesama bhikkhu dalam kehidupan suci. Dengan cara ini, persembahan kami akan meluap. Bhante, sudilah Y.M. Ananda menerima jubah ini.”
20. Y.M. Ananda pun menerima jubah itu. Kemudian Raja Pasenadi dari Kosala berkata: “Dan sekarang, Bhante, kami pergi. Kami sibuk dan banyak harus dikerjakan.”
“Sekaranglah waktunya, raja yang agung, untuk melakukan yang engkau anggap sesuai.”
Kemudian Raja Pasenadi dari Kosala, setelah bergembira dan bersuka cita di dalam kata-kata Y.M. Ananda, bangkit dari tempat duduknya. Setelah memberi hormat kepada Y.M. Ananda, dengan menjaga agar beliau tetap di sisi kanannya, raja pun pergi.
21. Tak lama setelah dia pergi, Y.M. Ananda menemui Yang Terberkahi, dan setelah memberi hormat kepada Beliau, dia duduk di satu sisi dan menceritakan seluruh percakapannya dengan Raja Pasenadi dari Kosala, lalu mempersembahkan jubah itu kepada Yang Terberkahi.
22. Maka Yang Terberkahi berkata kepada para bhikkhu: “Ini adalah suatu keberuntungan, para bhikkhu, bagi Raja Pasenadi dari Kosala, ini merupakan keberuntungan yang besar bagi Raja Pasebadi dari Kosala karena dia mempunyai kesempatan untuk bertemu dan memberi hormat kepada Ananda
Demikian yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Para Bhikkhu merasa puas dan bergembira di dalam kata-kata Yang Terberkahi.
Catatan
831
MA menjelaskan bahwa raja mengajukan pertanyaan ini dengan mengacu pada kasus yang melibatkan kelana perempuan Sundari, yang pada saat itu merupakan penyelidikan yang masih digantung. Karena ingin mencemarkan nama baik Sang Buddha, beberapa petapa kelana membujuk Sundari untuk mengunjungi Hutan Jeta di malam hari dan kemudian membiarkan dirinya terlihat sedang kembali di saat fajar, sehingga orang-orang pun menjadi curiga. Setelah beberapa saat, para petapa kelana itu menyuruh agar Sundari dibunuh dan dikubur di dekat Hutan Jeta. Ketika tubuhnya ditemukan di sana, mereka menuduh Sang Buddha. Setelah seminggu, laporan palsu itu tersingkap ketika mata-mata raja menemukan cerita sebenarnya di balik pembunuhan itu. Lihat Ud 4:8/42-45.
832
Secara ringkas, bacaan ini menawarkan lima kriteria tindakan jahat: ketidak-bajikan menggaris-bawahi sifat psikologis tindakan itu, akibat tak-sehatnya di pikiran; ketercelaannya menggaris-bawahi sifatnya yang secara moral merusak; kapasitasnya untuk menghasilkan akibat-akibat yang menyakitkan meminta perhatian untuk potensi karma yang tak diinginkan meminta perhatian untuk potensi karma yang tak-diinginkan; dan pernyataan terakhir meminta perhatian untuk motivasi yang jahat dan konsekuensi-konsekuensi merugikan yang berkepanjangan – yang ditimbulkan oleh tindakan semacam itu, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Penjelasan yang berlawanan berlaku untuk tindakan yang baik, yang dibahas di§ 14.
833
MA: Jawaban Y.M. Ananda melampaui pertanyaannya, karena beliau tidak hanya menunjukkan bahwa Sang Buddha memuji ditinggalkannya semua kondisi yang tak-bajik, melainkan Beliau bertindak sesuai dengan kata-katanya karena juga telah meninggalkan kondisi-kondisi tak-bajik.
834
MA menjelaskan kata bahitika, yang dipakai untuk nama sutta ini, sebagai jubah yang diproduksi di negeri lain.