Selasa, 21 Februari 2012

BRAHMANIMANTANIKA SUTTA

[326] 1. Demikian yang saya dengar. Pada suatu ketika, Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Di sana Beliau menyapa para bhikkhu demikian: ‘Para bhikkhu.” – “Ya, Yang Mulia,” jawab mereka. Yang Terberkahi berkata demikian:
22. “Para bhikkhu, pada suatu ketika aku sedang berdiam di Ukkattha di Hutan Subhaga di akar pohon sala kerajaan.499 Pada saat itu, suatu pandangan yang merusak telah muncul pada Brahma Baka demikian: “Ini adalah permanen, ini adalah abadi, ini adalah kekal, ini adalah total, ini tidak terkena kelenyapan; ini bukannya terlahir ataupun bertambah tua atau mati atau lenyap atau muncul kembali, dan di luar ini tidak ada jalan keluar.’500
3. “Dengan pikiranku aku mengetahui pemikiran di pikiran Brahma Baka, maka secepat seorang laki-laki yang kuat meluruskan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang lurus, aku lenyap dari akar pohon sala kerajaan di Hutan Subhaga di Ukkattha dan muncul di alam-Brahma. Brahma Baka melihatku datang dari jauh, dan berkata: ‘Datanglah, tuan yang baik! Selamat datang, tuan yang baik! Sudah lama, tuan yang baik, sejak engkau memiliki kesempatan untuk datang ke sini. Tuan yang baik, ini adalah permanen, ini adalah abadi,ini adalah kekal, ini adalah total, ini tidak terkena kelenyapan; ini bukannya terlahir ataupun menjadi tua atau mati atau meninggal atau muncul kembali, dan di luar ini tidak ada jalan keluar.’
4. “Ketika hal ini dikatakan, aku memberitahu Brahma Baka, ‘Brahma Baka yang terhormat telah tergelincir ke dalam kebodohan; dia telah tergelincir ke dalam kebodohan karena sesuatu yang tidak permanen dikatakan permanen, yang berubah dikatakan abadi, yang tidak-kekal dikatakan kekal, yang tidak lengkap dikatakan total, yang terkena kelenyapan dikatakan tidak terkena kelenyapan, yang terlahir, menjadi tua, mati, lenyap atau muncul kembali dikatakan bukannya terlahir ataupun menjadi tua atau mati atau lenyap atau muncul kembali, dan ketika ada jalan keluar di luar ini, dia mengatakan bahwa tidak ada jalan keluar di luar ini.’
5. “Kemudian Mara Si Jahat menguasai satu anggota Kelompok Brahma,501 dan dia memberitahu aku: ‘Bhikkhu, bhikkhu, janganlah tidak mempercayainya, janganlah tidak mempercayainya; Brahma ini adalah Brahma Besar, [327] Maharaja, Yang Tak-Tertandingi, Bervisi Sempurna, Pemegang Penguasaan, Raja Pencipta dan Pembuat, Pemelihara Tertinggi, Guru dan Bapak dari mereka yang ada dan pernah bisa ada. Sebelum waktumu, bhikkhu, dahulu ada petapa-petapa dan brahmana-brahmana di dunia yang mengutuk tanah karena jijik pada tanah,502 yang mengutuk air karena jijik pada air, yang mengutuk api karena jijik pada api, yang mengutuk udara karena jijik pada udara, yang mengutuk para makhluk karena jijik pada makhluk, yang mengutuk para dewa karena jijik pada dewa, yang mengutuk Pajapati karena jijik pada Pajapati, yang mengutuk Brahma karena jijik pada Brahma; dan pada waktu hancurnya tubuh, ketika kehidupan mereka terpotong mereka menjadi terbentuk di dalam tubuh alam rendah.503 Sebelum waktumu, bhikkhu, dahulu ada juga petapa-petapa dan brahmana-brahmana di dunia yang menyanjung tanah karena merasa senang pada tanah,504 yang menyanjung air karena merasa senang pada air, yang menyanjung api karena merasa senang pada api, yang menyanjung udara karena merasa senang pada udara, yang menyanjung para makhluk karena merasa senang pada makhluk, yang menyanjung para dewa karena merasa senang pada dewa, yang menyanjung Pajapati karena merasa senang pada Pajapati, yang menyanjung Brahma karena merasa senang pada Brahma; dan pada waktu hancurnya tubuh, ketika kehidupan mereka terpotong, mereka menjadi terbentuk didalam tubuh alam tinggi.505 Jadi, bhikkhu, kuberitahukan padamu hal ini: Pastikan, tuan yang baik, untuk melakukan hanya yang dikatakan oleh Brahma itu. Jika engkau melampaui kata Brahma, bhikkhu, maka bagaikan orang yang dengan tongkat mencoba membelokkan secercah cahaya yang datang, atau bagaikan orang yang tangan dan kakinya kehilangan pegangan di bumi sementara dia tergelincir ke dalam jurang yang dalam, demikian pula yang akan terjadi kepadamu, bhikkhu. Pastikan, tuan yang baik, untuk melakukan hanya yang dikatakan oleh Brahma; janganlah pernah melampaui kata Brahma. Tidakkah kaulihat Kelompok Brahma yang duduk di sini, bhikkhu?’ dan Mara Si Jahat kemudian memanggil Kelompok Brahma untuk menjadi saksi.
6. “Ketika hal ini dikatakan, aku memberitahu Mara Si jahat: ‘Aku mengenalmu, Si Jahat. Janganlah berpikir: “Dia tidak mengenalku.”Engkau adalah Mara, Si Jahat, dan Brahma serta Kelompok Brahma dan para anggota Kelompok Brahma telah terjatuh ke dalam tanganmu, mereka semua telah terjatuh ke dalam kekuasaanmu. Engkau, Si Jahat, berpikir:’Yang ini pun telah terjatuh ke dalam tanganku, dia pun telah terjatuh ke dalam kekuasaanku”; tetapi aku belum terjatuh ke dalam tanganmu, Si Jahat, aku belum terjatuh ke dalam kekuasaanmu.’
7. “Ketika hal ini dikatakan, Brahma Baka memberitahu aku: ‘Tuan yang baik, saya mengatakan permanen apa yang permanen, abadi apa yang abadi, kekal apa yang kekal, total apa yang total, tang tidak terkena kelenyapan apa yang tidak terkena kelenyapan, yang tidak terlahir atau tidak menjadi tua atau mati atau lenyap atau muncul kembali apa yang bukannya terlahir ataupun menjadi tua atau mati atau lenyap atau muncul kembali, dan ketika tidak ada jalan keluar di luar ini, saya mengatakan bahwa tidak ada jalan keluar di luar ini. Sebelum waktumu, bhikkhu, dahulu ada petapa-petapa dan brahmana-brahmana di dunia yang praktek petapaannya berlangsung selama waktu hidupmu. Dahulu pun mereka mengetahui-bila ada jalan keluar di luar ini – bahwa ada jalan keluar di luar ini: dan- bila tidak ada jalan keluar di luar ini – bahwa tidak ada jalan keluar di luar ini. Maka, bhikkhu, saya katakan hal ini kepadamu: Engkau tidak akan menemukan jalan keluar di luar ini, dan lambat laun yang akan engkau tuai hanyalah kelelahan dan kekecewaan saja. Jika engkau akan berpegang pada tanah, engkau akan dekat denganku, berada di dalam domainku, sehingga saya dapat melakukan keinginanku dan menghukum.507 Jika engkau berpegang pada air…pada api…pada udara…pada para makhluk…pada para dewa… pada Pajapati…pada Brahma, engkau akan dekat denganku, berada di dalam domainku, sehingga saya dapat melakukan keinginanku dan menghukum.’
8. “’Aku mengetahui hal itu juga, Brahma. Jika aku akan berpegang pada tanah, aku akan dekat denganmu, berada di dalam domainmu, sehingga engkau dapat melakukan keinginanmu dan menghukum. Jika aku akan berpegang pada air…pada api…pada udara…pada para makhluk… pada para dewa… pada Pajapati…pada Brahma, engkau akan dekat denganku, berada di dalam domainku, sehingga engkau dapat melakukan keinginanmu dan menghukum. Lagipula, aku memahami jangkauan dan kekuasaanmu yang meluas demikin: Brahma Baka mempunyai kekuasaan sebanyak ini, kekuatan sebanyak ini, pengaruh sebanyak ini.’
“’Tuan yang baik, seberapa jauhnya engkau memahami jangkauan dan kekuasaanku yang meluas?’
“Sejauh rembulan dan matahari berputar
Bersinar dan menerangi semua sudut,
Sejauh seribu-kali dunia seperti itulah
Kedaulatan meluas
Dan di sana engkau mengetahui yang tinggi dan rendah,
Serta mereka yang memiliki nafsu dan yang terbebas dari nafsu,
Keadaan yang demikian dan yang sebaliknya,
Kedatangan dan kepergian para makhluk.
Brahma, aku memahami jangkauan dan kekuasaanmu yang meluas demikian: Brahma Baka mempunyai kekuasaan sebanyak ini, kekuatan sebanyak ini, pemgaruh sebanyak ini.508
10. Tetapi, Brahma, ada tiga tubuh lain, yang tidak kau ketahui atau kau lihat, tetapi kuketahui dan kulihat. Ada tubuh yang disebut [para dewa] Cahaya yang mengalir. Dari situ engkau telah meninggal dan muncul kembali di sini.509 Karena engkau telah berdiam lama di sini, ingatanmu tentang hal itu telah hilang. Oleh sebab itulah engkau tidak mengetahui atau melihatnya, tetapi aku mengetahui dan melihatnya. Demikianlah, Brahma, mengenai pengetahuan langsung, aku tidak hanya berdiri di tingkat yang sama denganmu, maka bagaimana bisa aku mengetahui lebih sedikit? Justru, aku mengetahui lebih banyak daripada engkau.510
“Ada tubuh yang disebut [para dewa dari] Keagungan Cemerlang… Ada tubuh yang disebut [para dewa dari] Buah Besar. Engkau tidak mengetahui atau melihatnya, tetapi aku mengetahui dan melihatnya. Demikianlah, Brahma, mengenai pengetahuan langsung, aku tidak hanya berdiri di tingkat yang sama denganmu, maka bagaimana bisa aku mengetahui lebih sedikit? Justru, aku mengetahui lebih banyak daripada engkau.
11. “’Brahma, setelah secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah, dan setelah secara langsung mengetahui apa yang tidak sepadan dengan ke-tanah-an tanah, aku tidak menyatakan menjadi tanah, aku tidak meyatakan berada di dalam tanah, aku tidak meyatakan terpisah dari tanah, aku tidak menyatakan tanah sebagai “milikku”, aku tidak menegaskan tanah.511 Demikianlah, Brahma, mengenai pengetahuan langsung, aku tidak hanya berdiri di tingkat yang sama denganmu, maka bagaimana bisa aku mengetahui lebih sedikit? Justru, aku mengetahui lebih banyak daripada engkau.
12-23. “’Brahma, setelah secara langsung mengetahui air sebagai air… api sebagai api… udara sebagai udara…makhluk-makhluk sebagai makhluk-makhluk…dewa-dewa sebagai dewa-dewa…Pajapati sebagai Pajapati…Brahma sebagai Brahma…dewa-dewa Cahaya yang Mengalir sebagai dewa-dewa Cahaya yang Mengalir…dewa-dewa Keagungan Cemerlang sebagai dewa-dewa Keagungan Cemerlang, dewa-dewa Buah Besar sebagai dewa-dewa Buah Besar…Maha raja sebagai Maharaja…segalanya sebagai segalanya, dan setelah secara langsung mengetahui bahwa apa yang tidak sepadan dengan ke-segala-an dari segalanya, aku tidak menyatakan menjadi segalanya, aku tidak menyatakan berada di dalam segalanya, aku tidak menyatakan terpisah dari segalanya, aku tidak meyatakan segalanya sebagai “milikku”, aku tidak menegaskan segalanya. Demikianlah, Brahma,mengenai pengetahuan langsung, aku tidak hanya berdiri di tingkat yang sama denganmu, maka bagaimana bisa aku mengatahui lebih banyak? Justru, aku mengetahui lebih banyak daripada engkau.’
24. “’Tuan yang baik, [jika engkau menyatakan mengetahui secara langsung] apa yang tidak sepadan dengan ke-segala-an dari segalanya, semoga pernyataanmu bukannya sia-sia dan kosong!’512
25. “’Kesadaran yang tidak menunjukkan,
Dan tidak ada hubungannya dengan ke-batas-an,
Tidak pula menyatakan dumadi sehubungan dengan segalanya:’513
Yang tidak sepadan dengan ke-tanah-an tanah, tidak sepadan dengan ke-air-an…[330]…yang tidak sepadan dengan ke-segala-an segalanya.’
26. “’Tuan yang baik, saya akan menghilang dari engkau.’
“’Menghilanglah dariku jika engkau bisa, Brahma.’
“Kemudian Brahma Baka berkata:’ Aku akan menghilang dari petapa Gotama, aku akan menghilang dari petapa Gotama,’ tetapi dia tidak bisa menghilang. Karena itu, aku berkata: ‘Brahma, aku akan menghilang dari engkau.’
“Menghilanglah dariku jika engkau bisa, tuan yang baik.’
“Maka aku pun mempertunjukkan kekuatan supra-normal yang sedemikian sehingga Brahma dan kelompok Brahma dan anggota-anggota Kelompok Brahma dapat mendengar suaraku tetapi tidak dapat melihatku. Setelah aku menghilang, aku mengucapkan bait ini:
27 “Setelah melihat ketakutan di dalam setiap jenis dumadi
Dan di dalam pencarian tanpa-dumadi,
Aku tidak menegaskan jenis dumadi apa pun,
Tidak juga aku melekat pada sukacita [di dalam dumadi].’514
28. “Pada waktu itu, Brahma dan kelompok Brahma dan anggota-anggota Brahma terpukul dengan rasa heran dan kagum. Mereka berkata: ‘Sungguh luar biasa, para tuan, sungguh hebat, kekutan yang besar dan kehebatan yang luar biasa dari petapa Gotama! Sebelum ini, belum pernah melihat atau mendengar ada petapa atau Brahmana yang mempunyai kekuasaan yang besar dan kekuatan yang luar biasa seperti petapa Gotama ini, yang telah pergi meninggalkan keduniawian dari suku Sakya. Tuan-tuan, melalui hidup di suatu generasi yang bersukacita di dalam dumadi, yang senang pada dumadi, yang bergembira di dalam dumadi, dia telah sepenuhnya menghancurkan dumadi, bersama dengan akarnya.’
29. “Maka Mara Si jahat menguasai seorang anggota Kelompok Brahma dan dia berkata kepadaku: ‘Tuan yang baik, jika engkau ketahui, jika itulah yang telah engkau temukan, janganlah membimbing siswa-siswa [awam]-mu atau mereka yang telah meninggalkan keduniawian, janganlah mengajarkan Dhamma kepada siswa-siswa [awam]-mu atau mereka yang telah meninggalkan keduniawian, janganlah menciptakan hasrat pada siswa-siswa [awam]-mu atau mereka yang telah meninggalkan keduniawian. Sebelum waktumu, bhikkhu, dahulu ada petapa-petapa dan brahmana-brahmana di dunia yang menyatakan telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, dan mereka membimbing siswa-siswa [awam]-nya dan mereka yang telah meninggalkan keduniawian, mereka mengajarkan Dhamma kepada siswa-siswa [awam]-nya dan mereka yang telah meninggalkan keduniawian, mereka menciptakan hasrat pada siswa-siswa[awam]-nya dan mereka yang telah meninggalkan keduniawian; dan pada waktu hancurnya tubuh, ketika kehidupan mereka terpotong, mereka menjadi terbentuk di dalam tubuh alam rendah. Sebelum waktumu, bhikkhu, dahulu ada juga petapa-petapa dan brahmana-brahmana di dunia yang menyatakan telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, dan mereka tidak membimbing siswa-siswa [awam]-nya dan mereka yang telah meninggalkan keduniawian, mereka tidak mengajarkan Dhamma kepada siswa-siswa [awam]-nya atau pada mereka yang telah meninggalkan keduniawian, mereka tidak menciptakan hasrat pada siswa-siswa [awam]-nya atau pada mereka yang telah meninggalkan keduniawian; dan pada waktu hancurnya tubuh, ketika kehidupan mereka terpotong, mereka menjadi terbentuk di dalam tubuh alam tinggi. Maka, bhikkhu, saya memberitahu engkau demikian: Pastikan, tuan yang baik, untuk berdiam tidak-aktif, tekunilah tempat berdiam yang menyenangkan di sini dan kini; hal ini lebih baik tidak dinyatakan; jadi, tuan yang baik, janganlah memberitahu siapa pun lainnya.’515
30. “Ketika hal ini dikatakan, aku memberitahukan Mara Si Jahat: ‘Aku mengenalmu, Si Jahat. Janganlah berpikir: “Dia tidak mengenalku.” Engkau adalah Mara, Si Jahat. Bukanlah karena kasih-sayang kepada kesejahteraan mereka maka engkau berbicara demikian, justru karena tidak ada kasih sayang kepada kesejahteraan mereka maka engkau berbicara demikian. Engkau berpikir demikian, Si Jahat: “Mereka yang diajar Dhamma oleh petapa Gotama akan lolos dari lingkupku.” Para petapa dan brahmanamu itu, Si Jahat, yang menyatakan telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, sebenarnya tidak mantap dan tidak sepenuhnya tercerahkan. Tetapi, aku, yang menyatakan telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, sebenarnya mantap dan sepenuhnya tercerahkan. Jika Tathagata mengajarkan Dhamma kepada para siswa, demikianlah dia, Si Jahat. Dan jika Tathagata tidak mengajarkan Dhamma kepada para siswa, demikianlah dia.516 Jika Tathagata membimbing para siswa, demikianlah dia. Dan jika Tathagata tidak membimbing para siswa, demikianlah dia. Mengapa demikian? Karena Tathagata telah meninggalkan noda-noda yang mengotori, yang membawa pembaruan dumadi, memberi masalah, matang di dalam penderitaan, dan membawa pada kelahiran di masa mendatang, usia tua, dan kematian; dia telah memotong noda-noda itu pada akarnya, membuatnya bagaikan tunggul palem, menyingkirkannya sehingga noda-noda itu tak lagi bisa muncul di masa mendatang. Seperti halnya pohon palem yang puncaknya dipotong tidak lagi bisa tumbuh, demikian pula, Tathagata telah meninggalkan noda-noda yang mengotori…memotong noda-noda itu pada akarnya,membuatnya bagaikan tunggul palem, menyingkirkannya sehingga noda-noda itu tidak lagi bisa muncul di masa mendatang.’”
31. Maka, karena Mara tidak mampu menjawab, dan karena [itu dimulai] dengan undangan Brahma, khotbah ini diberi judul “Undangan Brahma.”
Catatan :
499 Mulapariyaya Sutta (MN 1) juga dibabarkan oleh Sang Buddha ketika Beliau sedang berdiam di Hutan Subhaga di Ukkattha, dan kemiripan di dalam perumusan dan tema di antara dua sutta ini- mungkin hanya dua ini yang berasal dari Ukkattha-benar-benar menyolok. Bahkan bisa dilihat bahwa sutta ini merupakan gambaran dramatis tentang ide-ide yang sama yang dikemukakan oleh Mulapariyaya dalam istilah-istilah filosofis abstrak. Jadi Brahma Baka dapat dianggap mewakili makhluk atau kepribadian di dalam bentuknya yang paling unggul, yang secara membuta terlibat di dalam tindakan memahami, mempertahankan diri dengan kebodohan batin tentang kekekalan, kesenangan dan kedirian. Keadaan yang mendasari adalah nafsu keserakahan, yang disimbolkan oleh Mara. Walaupun nampaknya tidak menarik perhatian dalam kelompok itu, tetapi ialah yang merupakan pengarang sebenarnya dari semua luapan pemahaman, yang menggenggam seluruh alam semesta dalam cengkeramannya. Gabungan Brahma dan Mara, Tuhan dan Setan, persatuan yang tidak dapat dimengerti jika dipandang dari perspektif theisme Barat, menunjuk ke rasa dahaga akan dumadi yang berkelanjutan sebagai akar yang tersembunyi dari semua pengakuan dunia, baik theis maupun non-theis. Di dalam sutta, kontes teoritis dangkal antara Baka dan Sang Buddha segera berubah menjadi konfrontasi mendalam yang mencekam antara Mara dan Sang Buddha- Mara sebagai nafsu keserakahan yang menuntut pengakuan dumadi, sedangkan Yang Tercerahkan menunjukkan penghentian dumadi melalui pencabutan akar kegirangan.
(500) Pertemuan serupa antara Sang Buddha dan Baka dicatat di SN 6:4/i. 142-44, namun tiak ada jebakan-jebakan dramatis pada pertemuan ini dan terdapat pertukaran yang diperluas dalam syairnya. Menurut MA dan MT, dia mengukuhi pandang keabadian yang berkenaan dengan kepribadian individunya dan alam di mana dia berdiam. Penyangkalannya tentang ‘jalan keluar di seberang” merupakan penolakan tingkat-tingkat jhana yang lebih tinggi, jalan dan buah, serta Nibbana. Dia bahkan tidak tahu bahwa itu ada.
(501) MA: Ketika Mara menemukan bahwa Sang Buddha telah mengunjungi alam-Brahma, dia menjadi khawatir kalau-kalau para Brahma terpikat pada Dhamma dan lepas dari cengkeramannya; jadi dia pergi ke sana untuk membujuk Sang Buddha agar tidak mengajarkan Dhamma.
(502) MA: Karena mereka menganggapnya tidak kekal, penderitaan, dan tanpa-diri.
(503) MA: Di empat alam kekurangan. Di sini, dan di § 10 serta di §29, kata “tubuh” (kaya) digunakan dalam arti alam kehidupan.
(504) MA: Mereka menyanjungnya dengan menyampaikan pujian untuknya sebagai kekal, tetap, abadi, dsb., dan bergembira di dalamnya melalui nafsu keserakahan dan pandangan-pandangan.
(505) MA: Di alam-Brahma.
(506) MA: Niat Mara adalah untuk menunjukkan: “jika engkau melakukan seperti yang dikatakan Brahma tanpa melewati katanya, engkau juga akan bersinar dengan kecemerlangan dan keagungan yang sama dengan sinar Kelompok Brahma.
(507) MA mengatakan bahwa melalui dua syarat pertama itu dia mencoba membujuk Sang Buddha, melalui dua syarat terakhir dia mengancam Beliau. “Memegang bumi” adalah menggenggamnya dengan nafsu keserakahan, kesombongan, dan pandangan-pandangan. Daftar kategori di sini, walaupun dipadatkan, mengingatkan pada MN 1.
(508) MA: Brahma Baka adalah Brahma yang menggunakan kedaulatannya atas seribu system-dunia, tetapi di atasnya ada para Brahma yang menggunakan kedaulatannya atas 2,3,4,5,10 ribu, dan seratus ribu system-dunia.
(509) Tubuh Cahaya yang Mengalir adalah suatu alam kelahiran-ulang yang berhubungan dengan jhana kedua, sedangkan alam Brahma Baka berhubungan hanya dengan jhana pertama. Tubuh Keagungan Cemerlang dan tubuh Buah Besar di alinea berikutnya berhubungan dengan jhana ketiga dan keempat.
(510) Dalam Brahmajala Sutta (DN 1.2.2-6/ii.17-19) Sang Buddha menunjukkan bagaimana Maha Brahma memunculkan kebodohan batin bahwa dia adalah Tuhan Sang Pencipta Tertinggi. Ketika dunia mulai terbentuk lagi setelah periode peleburan, suatu makhluk yang besar jasa kebajikannya adalah yang pertama terlahir-lagi di alam-Brahma yang baru terbentuk. Setelah itu, barulah makhluk-makhluk lain terlahir-lagi di alam Brahma dan hal ini membuat Maha Brahma membayangkan bahwa dia adalah pencipta dan tuan mereka. Lihat Bodhi, The Discourse on the All-Embracing Net of Views, hal. 69-70, 159-166.
(511) Bacaan ini, parallel dalam strukturnya dengan bacaan yang sesuai di MN 1, merupakan bacaan yang sulit. Kesulitannya terpusat sekitar kata kerja yang digunakan dalam empat pernyataan pertama yang berkenaan dengan bumi; dan tentang hal ini bahkan tak ada kepastian bacaan mana yang benar. Nm lebih menyukai edisi BBS yang terbaca apahosim, yang dia ambil sebagai suatu bentuk lampau dari pabhavati yang berarti menghasilkan, memberikan dumadi kepada.” MA memberikan catatan tambahan: “Saya tidak menggenggam bumi melalui obsesi nafsu keserakahan, kesombongan, dan pandangan-pandangan.” NM menerjemahkan ananubhutam sebagai “tidak sama penting dengan.” Ini telah digantikan dengan “tidak sepadan dengan,” yang mengikuti catatan tambahan MA, “tidak diraih oleh bumi” dan MT: “Sifatnya tidak memiliki kesamaan dengan bumi.” MA mengatakan bahwa apa yang “tidak sepadan dengan kebumian bumi” adalah Nibbana, yang terpisah dari semua yang terkondisi.
(512) Edisi PTS pasti salah dalam menghilangkan kata ti di sini yang mengakhiri kutipan langsung, dan hal ini menyesatkan Horner yang menganggap bacaan berikutnya berasal dari Baka, bukannya Sang Buddha (MLS 1:392). Edisi BBS dan SBJ menambahkan ti.
(513) Baris-baris ini (yang juga muncul sebagai bagian dari syair utuh di DN 11.85/i.223) telah merupakan tantangan abadi bagi pakar Buddhis, dan bahkan Acariya Buddhagosa pun tampaknya terperosok di sana. MA mengambil subjek kalimat sebagai Nibbana, yang disebut “kesadaran” dalam arti bahwa “itu dapat dikognisi.” Ini jelas merupakan turunan yang diupayakan, karena di Kitab Tipitaka tidak pernah ditemukan adanya Nibbana yang dijelaskan sebagai kesadaran. MA menawarkan tiga penjelasan mengenai frasa sabbato pabham: (1) benar-benar memiliki kecemerlangan (pabha); (2) memiliki dumadi (pabhutam) dimana-mana; dan (3) arungan (pabham) yang dapat diakses dari segala sisi, yaitu, melalui yang mana pun dari tiga puluh delapan objak meditasi. Hanya yang pertama saja yang kelihatannya mempunyai keabsahan linguistis. Nm, di dalam Ms, menjelaskan bahwa dia mengambil pabham sebagai bentuk present participle negative dari pabhavati – apabham – awalan-negatif a hilang bersama dengan sabbato: “Artinya dapat diuraikan secara bebas menjadi ‘tidak mendasarkan dumadi sehubungan dengan “semuanya,”’ atau ‘tidak berasumsi tentang “semuanya” bahwa sesuatu itu demikian atau tidak demikian dalam pengertian yang mutlak.’”
Sebagai terjemahan alternatif yang sepadan dengan MA, Maurice Walshe menerjemahkan: “…kesadaran [yang] tanpa-tanda, tanpa-batas, semua-benderang” (Thus Have I Heard, hal. 179).
(514) Lenyapnya Sang Buddha tampaknya menjadi demonstrasi yang “dapat dilihat” dari syairnya. Setelah menghancurkan secara total sukacita terhadap dumadi, Beliau mampu lenyap dari pandangan Baka, perwakilan tertinggi dari dumadi dan pengakuan dunia. Tetapi Baka, yang diikat pada dumadi oleh kemelekatan, tidak dapat mentransendenkan jangkauan pengetahuan Sang Buddha, yang sekaligus melingkupi dumadi maupun tanpa-dumadi namun pada waktu yang bersamaan juga mentransendenkannya.
(515) Ini adalah kecondongan yang sama seperti yang muncul di pikiran Sang Buddha pada periode ketika Beliau baru saja mencapai pencerahan – lihat MN 26.19. Bandingkan juga DN 16.3.34 / ii.112 di mana Mara mencoba membujuk Sang Buddha yang baru saja tercerahkan agar segera mangkat dengan damai.