[326] 1. Demikian yang saya dengar. Pada suatu ketika, Yang
Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman
Anathapindika. Di sana Beliau menyapa para bhikkhu demikian: ‘Para
bhikkhu.” – “Ya, Yang Mulia,” jawab mereka. Yang Terberkahi berkata
demikian:
22. “Para bhikkhu, pada suatu ketika aku sedang berdiam di Ukkattha di Hutan Subhaga di akar pohon sala kerajaan.499
Pada saat itu, suatu pandangan yang merusak telah muncul pada Brahma
Baka demikian: “Ini adalah permanen, ini adalah abadi, ini adalah kekal,
ini adalah total, ini tidak terkena kelenyapan; ini bukannya terlahir
ataupun bertambah tua atau mati atau lenyap atau muncul kembali, dan di
luar ini tidak ada jalan keluar.’500
3. “Dengan pikiranku aku mengetahui pemikiran di pikiran Brahma
Baka, maka secepat seorang laki-laki yang kuat meluruskan tangannya
yang tertekuk atau menekuk tangannya yang lurus, aku lenyap dari akar
pohon sala kerajaan di Hutan Subhaga di Ukkattha dan muncul di
alam-Brahma. Brahma Baka melihatku datang dari jauh, dan berkata:
‘Datanglah, tuan yang baik! Selamat datang, tuan yang baik! Sudah lama,
tuan yang baik, sejak engkau memiliki kesempatan untuk datang ke sini.
Tuan yang baik, ini adalah permanen, ini adalah abadi,ini adalah kekal,
ini adalah total, ini tidak terkena kelenyapan; ini bukannya terlahir
ataupun menjadi tua atau mati atau meninggal atau muncul kembali, dan
di luar ini tidak ada jalan keluar.’
4. “Ketika hal ini dikatakan, aku memberitahu Brahma Baka, ‘Brahma
Baka yang terhormat telah tergelincir ke dalam kebodohan; dia telah
tergelincir ke dalam kebodohan karena sesuatu yang tidak permanen
dikatakan permanen, yang berubah dikatakan abadi, yang tidak-kekal
dikatakan kekal, yang tidak lengkap dikatakan total, yang terkena
kelenyapan dikatakan tidak terkena kelenyapan, yang terlahir, menjadi
tua, mati, lenyap atau muncul kembali dikatakan bukannya terlahir
ataupun menjadi tua atau mati atau lenyap atau muncul kembali, dan
ketika ada jalan keluar di luar ini, dia mengatakan bahwa tidak ada
jalan keluar di luar ini.’
5. “Kemudian Mara Si Jahat menguasai satu anggota Kelompok Brahma,501
dan dia memberitahu aku: ‘Bhikkhu, bhikkhu, janganlah tidak
mempercayainya, janganlah tidak mempercayainya; Brahma ini adalah Brahma
Besar, [327] Maharaja, Yang Tak-Tertandingi, Bervisi Sempurna,
Pemegang Penguasaan, Raja Pencipta dan Pembuat, Pemelihara Tertinggi,
Guru dan Bapak dari mereka yang ada dan pernah bisa ada. Sebelum
waktumu, bhikkhu, dahulu ada petapa-petapa dan brahmana-brahmana di
dunia yang mengutuk tanah karena jijik pada tanah,502 yang
mengutuk air karena jijik pada air, yang mengutuk api karena jijik pada
api, yang mengutuk udara karena jijik pada udara, yang mengutuk para
makhluk karena jijik pada makhluk, yang mengutuk para dewa karena jijik
pada dewa, yang mengutuk Pajapati karena jijik pada Pajapati, yang
mengutuk Brahma karena jijik pada Brahma; dan pada waktu hancurnya
tubuh, ketika kehidupan mereka terpotong mereka menjadi terbentuk di
dalam tubuh alam rendah.503 Sebelum waktumu, bhikkhu, dahulu
ada juga petapa-petapa dan brahmana-brahmana di dunia yang menyanjung
tanah karena merasa senang pada tanah,504 yang menyanjung
air karena merasa senang pada air, yang menyanjung api karena merasa
senang pada api, yang menyanjung udara karena merasa senang pada udara,
yang menyanjung para makhluk karena merasa senang pada makhluk, yang
menyanjung para dewa karena merasa senang pada dewa, yang menyanjung
Pajapati karena merasa senang pada Pajapati, yang menyanjung Brahma
karena merasa senang pada Brahma; dan pada waktu hancurnya tubuh, ketika
kehidupan mereka terpotong, mereka menjadi terbentuk didalam tubuh
alam tinggi.505 Jadi, bhikkhu, kuberitahukan padamu hal ini:
Pastikan, tuan yang baik, untuk melakukan hanya yang dikatakan oleh
Brahma itu. Jika engkau melampaui kata Brahma, bhikkhu, maka bagaikan
orang yang dengan tongkat mencoba membelokkan secercah cahaya yang
datang, atau bagaikan orang yang tangan dan kakinya kehilangan pegangan
di bumi sementara dia tergelincir ke dalam jurang yang dalam, demikian
pula yang akan terjadi kepadamu, bhikkhu. Pastikan, tuan yang baik,
untuk melakukan hanya yang dikatakan oleh Brahma; janganlah pernah
melampaui kata Brahma. Tidakkah kaulihat Kelompok Brahma yang duduk di
sini, bhikkhu?’ dan Mara Si Jahat kemudian memanggil Kelompok Brahma
untuk menjadi saksi.
6. “Ketika hal ini dikatakan, aku memberitahu Mara Si jahat: ‘Aku
mengenalmu, Si Jahat. Janganlah berpikir: “Dia tidak mengenalku.”Engkau
adalah Mara, Si Jahat, dan Brahma serta Kelompok Brahma dan para
anggota Kelompok Brahma telah terjatuh ke dalam tanganmu, mereka semua
telah terjatuh ke dalam kekuasaanmu. Engkau, Si Jahat, berpikir:’Yang
ini pun telah terjatuh ke dalam tanganku, dia pun telah terjatuh ke
dalam kekuasaanku”; tetapi aku belum terjatuh ke dalam tanganmu, Si
Jahat, aku belum terjatuh ke dalam kekuasaanmu.’
7. “Ketika hal ini dikatakan, Brahma Baka memberitahu aku: ‘Tuan
yang baik, saya mengatakan permanen apa yang permanen, abadi apa yang
abadi, kekal apa yang kekal, total apa yang total, tang tidak terkena
kelenyapan apa yang tidak terkena kelenyapan, yang tidak terlahir atau
tidak menjadi tua atau mati atau lenyap atau muncul kembali apa yang
bukannya terlahir ataupun menjadi tua atau mati atau lenyap atau muncul
kembali, dan ketika tidak ada jalan keluar di luar ini, saya
mengatakan bahwa tidak ada jalan keluar di luar ini. Sebelum waktumu,
bhikkhu, dahulu ada petapa-petapa dan brahmana-brahmana di dunia yang
praktek petapaannya berlangsung selama waktu hidupmu. Dahulu pun mereka
mengetahui-bila ada jalan keluar di luar ini – bahwa ada jalan keluar
di luar ini: dan- bila tidak ada jalan keluar di luar ini – bahwa tidak
ada jalan keluar di luar ini. Maka, bhikkhu, saya katakan hal ini
kepadamu: Engkau tidak akan menemukan jalan keluar di luar ini, dan
lambat laun yang akan engkau tuai hanyalah kelelahan dan kekecewaan
saja. Jika engkau akan berpegang pada tanah, engkau akan dekat denganku,
berada di dalam domainku, sehingga saya dapat melakukan keinginanku
dan menghukum.507 Jika engkau berpegang pada air…pada
api…pada udara…pada para makhluk…pada para dewa… pada Pajapati…pada
Brahma, engkau akan dekat denganku, berada di dalam domainku, sehingga
saya dapat melakukan keinginanku dan menghukum.’
8. “’Aku mengetahui hal itu juga, Brahma. Jika aku akan berpegang
pada tanah, aku akan dekat denganmu, berada di dalam domainmu, sehingga
engkau dapat melakukan keinginanmu dan menghukum. Jika aku akan
berpegang pada air…pada api…pada udara…pada para makhluk… pada para
dewa… pada Pajapati…pada Brahma, engkau akan dekat denganku, berada di
dalam domainku, sehingga engkau dapat melakukan keinginanmu dan
menghukum. Lagipula, aku memahami jangkauan dan kekuasaanmu yang meluas
demikin: Brahma Baka mempunyai kekuasaan sebanyak ini, kekuatan
sebanyak ini, pengaruh sebanyak ini.’
“’Tuan yang baik, seberapa jauhnya engkau memahami jangkauan dan kekuasaanku yang meluas?’
“Sejauh rembulan dan matahari berputar
Bersinar dan menerangi semua sudut,
Sejauh seribu-kali dunia seperti itulah
Kedaulatan meluas
Dan di sana engkau mengetahui yang tinggi dan rendah,
Serta mereka yang memiliki nafsu dan yang terbebas dari nafsu,
Keadaan yang demikian dan yang sebaliknya,
Kedatangan dan kepergian para makhluk.
Brahma, aku memahami jangkauan dan kekuasaanmu yang meluas demikian:
Brahma Baka mempunyai kekuasaan sebanyak ini, kekuatan sebanyak ini,
pemgaruh sebanyak ini.508
10. Tetapi, Brahma, ada tiga tubuh lain, yang tidak kau ketahui atau
kau lihat, tetapi kuketahui dan kulihat. Ada tubuh yang disebut [para
dewa] Cahaya yang mengalir. Dari situ engkau telah meninggal dan muncul
kembali di sini.509 Karena engkau telah berdiam lama di
sini, ingatanmu tentang hal itu telah hilang. Oleh sebab itulah engkau
tidak mengetahui atau melihatnya, tetapi aku mengetahui dan melihatnya.
Demikianlah, Brahma, mengenai pengetahuan langsung, aku tidak hanya
berdiri di tingkat yang sama denganmu, maka bagaimana bisa aku
mengetahui lebih sedikit? Justru, aku mengetahui lebih banyak daripada
engkau.510
“Ada tubuh yang disebut [para dewa dari] Keagungan Cemerlang… Ada
tubuh yang disebut [para dewa dari] Buah Besar. Engkau tidak mengetahui
atau melihatnya, tetapi aku mengetahui dan melihatnya. Demikianlah,
Brahma, mengenai pengetahuan langsung, aku tidak hanya berdiri di
tingkat yang sama denganmu, maka bagaimana bisa aku mengetahui lebih
sedikit? Justru, aku mengetahui lebih banyak daripada engkau.
11. “’Brahma, setelah secara langsung mengetahui tanah sebagai
tanah, dan setelah secara langsung mengetahui apa yang tidak sepadan
dengan ke-tanah-an tanah, aku tidak menyatakan menjadi tanah, aku tidak
meyatakan berada di dalam tanah, aku tidak meyatakan terpisah dari
tanah, aku tidak menyatakan tanah sebagai “milikku”, aku tidak
menegaskan tanah.511 Demikianlah, Brahma, mengenai
pengetahuan langsung, aku tidak hanya berdiri di tingkat yang sama
denganmu, maka bagaimana bisa aku mengetahui lebih sedikit? Justru, aku
mengetahui lebih banyak daripada engkau.
12-23. “’Brahma, setelah secara langsung mengetahui air sebagai air…
api sebagai api… udara sebagai udara…makhluk-makhluk sebagai
makhluk-makhluk…dewa-dewa sebagai dewa-dewa…Pajapati sebagai
Pajapati…Brahma sebagai Brahma…dewa-dewa Cahaya yang Mengalir sebagai
dewa-dewa Cahaya yang Mengalir…dewa-dewa Keagungan Cemerlang sebagai
dewa-dewa Keagungan Cemerlang, dewa-dewa Buah Besar sebagai dewa-dewa
Buah Besar…Maha raja sebagai Maharaja…segalanya sebagai segalanya, dan
setelah secara langsung mengetahui bahwa apa yang tidak sepadan dengan
ke-segala-an dari segalanya, aku tidak menyatakan menjadi segalanya, aku
tidak menyatakan berada di dalam segalanya, aku tidak menyatakan
terpisah dari segalanya, aku tidak meyatakan segalanya sebagai
“milikku”, aku tidak menegaskan segalanya. Demikianlah, Brahma,mengenai
pengetahuan langsung, aku tidak hanya berdiri di tingkat yang sama
denganmu, maka bagaimana bisa aku mengatahui lebih banyak? Justru, aku
mengetahui lebih banyak daripada engkau.’
24. “’Tuan yang baik, [jika engkau menyatakan mengetahui secara
langsung] apa yang tidak sepadan dengan ke-segala-an dari segalanya,
semoga pernyataanmu bukannya sia-sia dan kosong!’512
25. “’Kesadaran yang tidak menunjukkan,
Dan tidak ada hubungannya dengan ke-batas-an,
Tidak pula menyatakan dumadi sehubungan dengan segalanya:’513
Yang tidak sepadan dengan ke-tanah-an tanah, tidak sepadan dengan
ke-air-an…[330]…yang tidak sepadan dengan ke-segala-an segalanya.’
26. “’Tuan yang baik, saya akan menghilang dari engkau.’
“’Menghilanglah dariku jika engkau bisa, Brahma.’
“Kemudian Brahma Baka berkata:’ Aku akan menghilang dari petapa
Gotama, aku akan menghilang dari petapa Gotama,’ tetapi dia tidak bisa
menghilang. Karena itu, aku berkata: ‘Brahma, aku akan menghilang dari
engkau.’
“Menghilanglah dariku jika engkau bisa, tuan yang baik.’
“Maka aku pun mempertunjukkan kekuatan supra-normal yang sedemikian
sehingga Brahma dan kelompok Brahma dan anggota-anggota Kelompok Brahma
dapat mendengar suaraku tetapi tidak dapat melihatku. Setelah aku
menghilang, aku mengucapkan bait ini:
27 “Setelah melihat ketakutan di dalam setiap jenis dumadi
Dan di dalam pencarian tanpa-dumadi,
Aku tidak menegaskan jenis dumadi apa pun,
Tidak juga aku melekat pada sukacita [di dalam dumadi].’514
28. “Pada waktu itu, Brahma dan kelompok Brahma dan anggota-anggota
Brahma terpukul dengan rasa heran dan kagum. Mereka berkata: ‘Sungguh
luar biasa, para tuan, sungguh hebat, kekutan yang besar dan kehebatan
yang luar biasa dari petapa Gotama! Sebelum ini, belum pernah melihat
atau mendengar ada petapa atau Brahmana yang mempunyai kekuasaan yang
besar dan kekuatan yang luar biasa seperti petapa Gotama ini, yang
telah pergi meninggalkan keduniawian dari suku Sakya. Tuan-tuan,
melalui hidup di suatu generasi yang bersukacita di dalam dumadi, yang
senang pada dumadi, yang bergembira di dalam dumadi, dia telah
sepenuhnya menghancurkan dumadi, bersama dengan akarnya.’
29. “Maka Mara Si jahat menguasai seorang anggota Kelompok Brahma
dan dia berkata kepadaku: ‘Tuan yang baik, jika engkau ketahui, jika
itulah yang telah engkau temukan, janganlah membimbing siswa-siswa
[awam]-mu atau mereka yang telah meninggalkan keduniawian, janganlah
mengajarkan Dhamma kepada siswa-siswa [awam]-mu atau mereka yang telah
meninggalkan keduniawian, janganlah menciptakan hasrat pada siswa-siswa
[awam]-mu atau mereka yang telah meninggalkan keduniawian. Sebelum
waktumu, bhikkhu, dahulu ada petapa-petapa dan brahmana-brahmana di
dunia yang menyatakan telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, dan
mereka membimbing siswa-siswa [awam]-nya dan mereka yang telah
meninggalkan keduniawian, mereka mengajarkan Dhamma kepada siswa-siswa
[awam]-nya dan mereka yang telah meninggalkan keduniawian, mereka
menciptakan hasrat pada siswa-siswa[awam]-nya dan mereka yang telah
meninggalkan keduniawian; dan pada waktu hancurnya tubuh, ketika
kehidupan mereka terpotong, mereka menjadi terbentuk di dalam tubuh alam
rendah. Sebelum waktumu, bhikkhu, dahulu ada juga petapa-petapa dan
brahmana-brahmana di dunia yang menyatakan telah mantap dan sepenuhnya
tercerahkan, dan mereka tidak membimbing siswa-siswa [awam]-nya dan
mereka yang telah meninggalkan keduniawian, mereka tidak mengajarkan
Dhamma kepada siswa-siswa [awam]-nya atau pada mereka yang telah
meninggalkan keduniawian, mereka tidak menciptakan hasrat pada
siswa-siswa [awam]-nya atau pada mereka yang telah meninggalkan
keduniawian; dan pada waktu hancurnya tubuh, ketika kehidupan mereka
terpotong, mereka menjadi terbentuk di dalam tubuh alam tinggi. Maka,
bhikkhu, saya memberitahu engkau demikian: Pastikan, tuan yang baik,
untuk berdiam tidak-aktif, tekunilah tempat berdiam yang menyenangkan di
sini dan kini; hal ini lebih baik tidak dinyatakan; jadi, tuan yang
baik, janganlah memberitahu siapa pun lainnya.’515
30. “Ketika hal ini dikatakan, aku memberitahukan Mara Si Jahat:
‘Aku mengenalmu, Si Jahat. Janganlah berpikir: “Dia tidak mengenalku.”
Engkau adalah Mara, Si Jahat. Bukanlah karena kasih-sayang kepada
kesejahteraan mereka maka engkau berbicara demikian, justru karena
tidak ada kasih sayang kepada kesejahteraan mereka maka engkau
berbicara demikian. Engkau berpikir demikian, Si Jahat: “Mereka yang
diajar Dhamma oleh petapa Gotama akan lolos dari lingkupku.” Para petapa
dan brahmanamu itu, Si Jahat, yang menyatakan telah mantap dan
sepenuhnya tercerahkan, sebenarnya tidak mantap dan tidak sepenuhnya
tercerahkan. Tetapi, aku, yang menyatakan telah mantap dan sepenuhnya
tercerahkan, sebenarnya mantap dan sepenuhnya tercerahkan. Jika
Tathagata mengajarkan Dhamma kepada para siswa, demikianlah dia, Si
Jahat. Dan jika Tathagata tidak mengajarkan Dhamma kepada para siswa,
demikianlah dia.516 Jika Tathagata membimbing para siswa,
demikianlah dia. Dan jika Tathagata tidak membimbing para siswa,
demikianlah dia. Mengapa demikian? Karena Tathagata telah meninggalkan
noda-noda yang mengotori, yang membawa pembaruan dumadi, memberi
masalah, matang di dalam penderitaan, dan membawa pada kelahiran di masa
mendatang, usia tua, dan kematian; dia telah memotong noda-noda itu
pada akarnya, membuatnya bagaikan tunggul palem, menyingkirkannya
sehingga noda-noda itu tak lagi bisa muncul di masa mendatang. Seperti
halnya pohon palem yang puncaknya dipotong tidak lagi bisa tumbuh,
demikian pula, Tathagata telah meninggalkan noda-noda yang
mengotori…memotong noda-noda itu pada akarnya,membuatnya bagaikan
tunggul palem, menyingkirkannya sehingga noda-noda itu tidak lagi bisa
muncul di masa mendatang.’”
31. Maka, karena Mara tidak mampu menjawab, dan karena [itu dimulai]
dengan undangan Brahma, khotbah ini diberi judul “Undangan Brahma.”
Catatan :
499 Mulapariyaya Sutta (MN 1) juga dibabarkan oleh Sang Buddha
ketika Beliau sedang berdiam di Hutan Subhaga di Ukkattha, dan
kemiripan di dalam perumusan dan tema di antara dua sutta ini- mungkin
hanya dua ini yang berasal dari Ukkattha-benar-benar menyolok. Bahkan
bisa dilihat bahwa sutta ini merupakan gambaran dramatis tentang ide-ide
yang sama yang dikemukakan oleh Mulapariyaya dalam istilah-istilah
filosofis abstrak. Jadi Brahma Baka dapat dianggap mewakili makhluk atau
kepribadian di dalam bentuknya yang paling unggul, yang secara membuta
terlibat di dalam tindakan memahami, mempertahankan diri dengan
kebodohan batin tentang kekekalan, kesenangan dan kedirian. Keadaan yang
mendasari adalah nafsu keserakahan, yang disimbolkan oleh Mara.
Walaupun nampaknya tidak menarik perhatian dalam kelompok itu, tetapi
ialah yang merupakan pengarang sebenarnya dari semua luapan pemahaman,
yang menggenggam seluruh alam semesta dalam cengkeramannya. Gabungan
Brahma dan Mara, Tuhan dan Setan, persatuan yang tidak dapat dimengerti
jika dipandang dari perspektif theisme Barat, menunjuk ke rasa dahaga
akan dumadi yang berkelanjutan sebagai akar yang tersembunyi dari semua
pengakuan dunia, baik theis maupun non-theis. Di dalam sutta, kontes
teoritis dangkal antara Baka dan Sang Buddha segera berubah menjadi
konfrontasi mendalam yang mencekam antara Mara dan Sang Buddha- Mara
sebagai nafsu keserakahan yang menuntut pengakuan dumadi, sedangkan Yang
Tercerahkan menunjukkan penghentian dumadi melalui pencabutan akar
kegirangan.
(500) Pertemuan serupa antara Sang Buddha dan Baka dicatat di SN
6:4/i. 142-44, namun tiak ada jebakan-jebakan dramatis pada pertemuan
ini dan terdapat pertukaran yang diperluas dalam syairnya. Menurut MA
dan MT, dia mengukuhi pandang keabadian yang berkenaan dengan
kepribadian individunya dan alam di mana dia berdiam. Penyangkalannya
tentang ‘jalan keluar di seberang” merupakan penolakan tingkat-tingkat
jhana yang lebih tinggi, jalan dan buah, serta Nibbana. Dia bahkan tidak
tahu bahwa itu ada.
(501) MA: Ketika Mara menemukan bahwa Sang Buddha telah mengunjungi
alam-Brahma, dia menjadi khawatir kalau-kalau para Brahma terpikat pada
Dhamma dan lepas dari cengkeramannya; jadi dia pergi ke sana untuk
membujuk Sang Buddha agar tidak mengajarkan Dhamma.
(502) MA: Karena mereka menganggapnya tidak kekal, penderitaan, dan tanpa-diri.
(503) MA: Di empat alam kekurangan. Di sini, dan di § 10 serta di §29, kata “tubuh” (kaya) digunakan dalam arti alam kehidupan.
(504) MA: Mereka menyanjungnya dengan menyampaikan pujian untuknya
sebagai kekal, tetap, abadi, dsb., dan bergembira di dalamnya melalui
nafsu keserakahan dan pandangan-pandangan.
(505) MA: Di alam-Brahma.
(506) MA: Niat Mara adalah untuk menunjukkan: “jika engkau melakukan
seperti yang dikatakan Brahma tanpa melewati katanya, engkau juga akan
bersinar dengan kecemerlangan dan keagungan yang sama dengan sinar
Kelompok Brahma.
(507) MA mengatakan bahwa melalui dua syarat pertama itu dia mencoba
membujuk Sang Buddha, melalui dua syarat terakhir dia mengancam
Beliau. “Memegang bumi” adalah menggenggamnya dengan nafsu keserakahan,
kesombongan, dan pandangan-pandangan. Daftar kategori di sini,
walaupun dipadatkan, mengingatkan pada MN 1.
(508) MA: Brahma Baka adalah Brahma yang menggunakan kedaulatannya
atas seribu system-dunia, tetapi di atasnya ada para Brahma yang
menggunakan kedaulatannya atas 2,3,4,5,10 ribu, dan seratus ribu
system-dunia.
(509) Tubuh Cahaya yang Mengalir adalah suatu alam kelahiran-ulang
yang berhubungan dengan jhana kedua, sedangkan alam Brahma Baka
berhubungan hanya dengan jhana pertama. Tubuh Keagungan Cemerlang dan
tubuh Buah Besar di alinea berikutnya berhubungan dengan jhana ketiga
dan keempat.
(510) Dalam Brahmajala Sutta (DN 1.2.2-6/ii.17-19) Sang Buddha
menunjukkan bagaimana Maha Brahma memunculkan kebodohan batin bahwa dia
adalah Tuhan Sang Pencipta Tertinggi. Ketika dunia mulai terbentuk
lagi setelah periode peleburan, suatu makhluk yang besar jasa
kebajikannya adalah yang pertama terlahir-lagi di alam-Brahma yang baru
terbentuk. Setelah itu, barulah makhluk-makhluk lain terlahir-lagi di
alam Brahma dan hal ini membuat Maha Brahma membayangkan bahwa dia
adalah pencipta dan tuan mereka. Lihat Bodhi, The Discourse on the
All-Embracing Net of Views, hal. 69-70, 159-166.
(511) Bacaan ini, parallel dalam strukturnya dengan bacaan yang
sesuai di MN 1, merupakan bacaan yang sulit. Kesulitannya terpusat
sekitar kata kerja yang digunakan dalam empat pernyataan pertama yang
berkenaan dengan bumi; dan tentang hal ini bahkan tak ada kepastian
bacaan mana yang benar. Nm lebih menyukai edisi BBS yang terbaca
apahosim, yang dia ambil sebagai suatu bentuk lampau dari pabhavati yang
berarti menghasilkan, memberikan dumadi kepada.” MA memberikan catatan
tambahan: “Saya tidak menggenggam bumi melalui obsesi nafsu
keserakahan, kesombongan, dan pandangan-pandangan.” NM menerjemahkan
ananubhutam sebagai “tidak sama penting dengan.” Ini telah digantikan
dengan “tidak sepadan dengan,” yang mengikuti catatan tambahan MA,
“tidak diraih oleh bumi” dan MT: “Sifatnya tidak memiliki kesamaan
dengan bumi.” MA mengatakan bahwa apa yang “tidak sepadan dengan
kebumian bumi” adalah Nibbana, yang terpisah dari semua yang
terkondisi.
(512) Edisi PTS pasti salah dalam menghilangkan kata ti di sini yang
mengakhiri kutipan langsung, dan hal ini menyesatkan Horner yang
menganggap bacaan berikutnya berasal dari Baka, bukannya Sang Buddha
(MLS 1:392). Edisi BBS dan SBJ menambahkan ti.
(513) Baris-baris ini (yang juga muncul sebagai bagian dari syair
utuh di DN 11.85/i.223) telah merupakan tantangan abadi bagi pakar
Buddhis, dan bahkan Acariya Buddhagosa pun tampaknya terperosok di
sana. MA mengambil subjek kalimat sebagai Nibbana, yang disebut
“kesadaran” dalam arti bahwa “itu dapat dikognisi.” Ini jelas merupakan
turunan yang diupayakan, karena di Kitab Tipitaka tidak pernah
ditemukan adanya Nibbana yang dijelaskan sebagai kesadaran. MA
menawarkan tiga penjelasan mengenai frasa sabbato pabham: (1)
benar-benar memiliki kecemerlangan (pabha); (2) memiliki dumadi
(pabhutam) dimana-mana; dan (3) arungan (pabham) yang dapat diakses
dari segala sisi, yaitu, melalui yang mana pun dari tiga puluh delapan
objak meditasi. Hanya yang pertama saja yang kelihatannya mempunyai
keabsahan linguistis. Nm, di dalam Ms, menjelaskan bahwa dia mengambil
pabham sebagai bentuk present participle negative dari pabhavati –
apabham – awalan-negatif a hilang bersama dengan sabbato: “Artinya
dapat diuraikan secara bebas menjadi ‘tidak mendasarkan dumadi
sehubungan dengan “semuanya,”’ atau ‘tidak berasumsi tentang “semuanya”
bahwa sesuatu itu demikian atau tidak demikian dalam pengertian yang
mutlak.’”
Sebagai terjemahan alternatif yang sepadan dengan MA, Maurice Walshe
menerjemahkan: “…kesadaran [yang] tanpa-tanda, tanpa-batas,
semua-benderang” (Thus Have I Heard, hal. 179).
(514) Lenyapnya Sang Buddha tampaknya menjadi demonstrasi yang
“dapat dilihat” dari syairnya. Setelah menghancurkan secara total
sukacita terhadap dumadi, Beliau mampu lenyap dari pandangan Baka,
perwakilan tertinggi dari dumadi dan pengakuan dunia. Tetapi Baka, yang
diikat pada dumadi oleh kemelekatan, tidak dapat mentransendenkan
jangkauan pengetahuan Sang Buddha, yang sekaligus melingkupi dumadi
maupun tanpa-dumadi namun pada waktu yang bersamaan juga
mentransendenkannya.
(515) Ini adalah kecondongan yang sama seperti yang muncul di
pikiran Sang Buddha pada periode ketika Beliau baru saja mencapai
pencerahan – lihat MN 26.19. Bandingkan juga DN 16.3.34 / ii.112 di mana
Mara mencoba membujuk Sang Buddha yang baru saja tercerahkan agar
segera mangkat dengan damai.