Demikian yang telah kami dengar:
- Pada suatu ketika Sang Bhagava berdiam di Matula dalam kerajaan
Magadha. Ketika itu Sang Bhagava berkata kepada para
bhikkhu: “Para bhikkhu.” Para bhikkhu menjawab: “Ya,
bhante.” Kemudian Sang Bhagava berkata:”Para bhikkhu,
jadikanlah dirimu sebagai pelita, berlindunglah pada
dirimu sendiri dan jangan berlindung pada yang lain; hiduplah
dalam dhamma sebagai pelitamu, dhamma sebagai pelindungmu dan
jangan berlindung pada yang lain.
Para bhikkhu, tetapi bagaimanakah seorang bhikkhu menjadi pelita
bagi dirinya sendiri, sebagai pelindung bagi dirinya
sendiri dan tidak berlindung pada yang lain?
Bagaimana ia hidup dalam dhamma yang sebagai pelita
bagi dirinya dan tidak berlindung pada yang lain?
Para bhikkhu, dalam hal ini seorang bhikkhu mengamati tubuh
(kaya) sebagai tubuh dengan rajin, penuh pengertian dan
perhatian, melenyapkan keserakahan dan
ketidaksenangan dalam dunia. Seorang bhikkhu
mengamati perasaan (vedana)… mengamati kesadaran (citta)…
dan mengamati ide-ide (dhamma) sebagai dhamma dengan rajin,
penuh pengertian dan perhatian, melenyapkan keserakahan dan
ketidaksenangan dalam dunia.
Para bhikkhu, beginilah seorang bhikkhu menjadikan dirinya sebagai
pelita bagi dirinya sendiri, menjadikan dirinya sebagai
pelindung bagi dirinya sendiri dan tidak berlindung
pada hal yang lain. Ia menjadikan dhamma sebagai
pelita bagi dirinya sendiri, ia menjadikan dhamma
sebagai pelindung bagi dirinya sendiri dan tidak
berlindung pada yang lain.
Para bhikkhu, jalanlah di lingkunganmu (gocara) sendiri, yang
pernah dijalani oleh para pendahulumu. Jikalau kamu sekalian
berjalan di tempat itu maka Mara tidak akan mendapat
tempat untuk ditempati dan tidak ada tempat untuk
dihancurkan. Sesungguhnya dengan mengembangkan
kebaikan maka jasa-jasa bertambah-tambah.
- Para bhikkhu, pada zaman dahulu ada
seorang maharaja dunia (cakkavatti) yang bernama
Dalhanemi yang jujur, memerintah berdasarkan
kebenaran, raja dari empat penjuru dunia, penakluk, pelindung
rakyatnya, pemilik tujuh macam permata. Ketujuh macam permata
itu adalah cakka (cakra), gajah, kuda, permata,
wanita, kepala rumah tangga dan penasehat. Ia
memiliki keturunan lebih dari seribu orang yang
merupakan ksatriya-ksatriya perkasa penakluk musuh.
Ia menguasai seluruh dunia sampai ke batas lautan, yang
ditaklukkannya bukan dengan kekerasan atau dengan pedang tetapi
dengan kebenaran (dhamma).
- Para bhikkhu, setelah banyak tahun, ratusan tahun dan ribuan
tahun, Raja Dalhanemi memerintah seseorang dengan berkata:
‘Bilamana kau melihat Cakka permata surgawi (dibba
cakka ratana) telah terbenam sedikit dan telah
bergeser dari tempatnya, maka beritahukan hal itu
kepadaku.”Baiklah, raja,’ jawab orang itu.
Setelah banyak tahun, ratusan tahun dan ribuan tahun, orang
itu melihat bahwa Cakka ratana surgawi telah terbenam sedikit
dan telah bergeser sedikit dari tempatnya. Setelah ia
melihat kejadian ini, ia pergi menghadap Raja
Dalhanemi dan melapor: ‘Maharaja, ketahuilah bahwa
Cakka ratana surgawi telah terbenam sedikit dan telah
bergeser sedikit dari tempatnya.’
Para bhikkhu, Raja Dalhanemi memanggil putra yang tertua dan berkata:
‘Anakku, dengarkanlah, Cakka ratana surgawi telah terbenam sedikit
dan telah bergeser sedikit dari tempatnya. Juga telah
diberitahukan kepadaku: ‘Bilamana Cakka ratana
surgawi dari maharaja dunia (cakkavatti) terbenam dan
bergeser dari tempatnya, maka raja itu tidak akan
hidup lama lagi’. Saya telah menikmati kenikmatan
duniawi. Anakku, pimpinlah dunia ini sampai di batas lautan.
Karena saya akan mencukur rambut serta janggutku, mengenakan
jubah kuning, meninggalkan kehidupan duniawi untuk
menjadi pertapa.’
Para bhikkhu, demikianlah setelah Raja Dalhanemi menyerahkan
tahta kerajaan kepada putranya, ia mencukur rambut serta
janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan
kehidupan duniawi dan menjadi pertapa. Para hari
ketujuh Cakka ratana surgawi lenyap.
- Kemudian seseorang menghadap raja dan melapor kepada beliau dengan berkata:
‘Raja, demi kebenaran, ketahuilah bahwa Cakka ratana surgawi telah lenyap!’
Para bhikkhu, ketika raja mendengar kabar itu, ia menjadi sedih
dan berduka cita. Lalu ia pergi menemui pertapa raja dan
berkata: ‘Tuanku, demi kebenaran, ketahuilah bahwa
Cakka ratana surgawi telah lenyap.’
Setelah raja berkata demikian, pertapa raja menjawab: ‘Anakku,
janganlah bersedih dan berduka cita karena tidak ada
hubungan keluarga antara kau dan Cakka ratana
surgawi. Tetapi anakku, putarlah roda kewajiban
maharaja yang suci. Karena bila kau memutarkan roda
kewajiban maharaja yang suci dan pada hari uposatha
di bulan purnama kau membasuh kepalamu serta melaksanakan uposatha
di teras utama pada tingkat atas istana, maka Cakka ratana
surgawi akan muncul lengkap dengan seribu ruji, roda
dan as serta bagian-bagian lain.’
- ‘Tetapi, Tuanku, apakah yang dimaksud dengan roda kewajiban
maharaja yang suci itu?”Anakku, hiduplah dalam kebenaran;
berbakti, hormati dan bersujudlah pada kebenaran,
pujalah kebenaran, sucikanlah dirimu dengan
kebenaran, jadikanlah dirimu panji kebenaran dan tanda kebenaran,
jadikanlah kebenaran sebagai tuanmu. Perhatikan, jaga dan
lindungilah dengan baik keluargamu, tentara, para
bangsawan, para menteri, para rohaniawan, perumah
tangga, para penduduk kota dan desa, para samana dan
pertapa, serta binatang-binatang. Jangan biarkan
kejahatan terjadi dalam kerajaanmu. Bila dalam kerajaanmu ada
orang yang miskin, berilah dia dana. Anakku apabila para samana
dan pertapa dalam kerajaanmu meninggalkan minuman
keras yang menyebabkan kekurangwaspadaan dan mereka
sabar serta lemah lembut, menguasai diri, menenangkan
diri serta menyempurnakan diri mereka masing-masing,
lalu selalu datang menemuimu untuk menanyakan
kepadamu apa yang baik dan apa yang buruk, perbuatan baik dan
perbuatan buruk, perbuatan yang pantas dilakukan dan yang tak
pantas dilakukan, perbuatan yang bermanfaat dan yang
tidak bermanfaat di masa yang akan datang; kau harus
mendengar apa yang akan mereka katakan dan kau harus
menghalangi mereka berbuat jahat serta anjurkanlah
mereka untuk berbuat baik. Anakku inilah roda
kewajiban maha raja yang suci.’
‘Baiklah, tuanku,’ jawab raja. Ia patuh melaksanakan roda kewajiban
maharaja yang suci. Pada hari uposatha raja membasuh
kepalanya dan melaksanakan uposatha di teras utama
pada tingkat atas istana. Kemudian Cakka ratana
surgawi muncul lengkap dengan seribu ruji, roda, as
serta bagian-bagian yang lain. Ketika raja melihat
kejadian ini ia berpikir: ‘Telah diberitahukan kepadaku bahwa
raja yang melihat Cakka ratana surgawi yang muncul, maka ia
menjadi Cakkavatti (maharaja dunia). Semoga saya menjadi
penguasa dunia!’
- Para bhikkhu, kemudian raja bangkit dari tempat duduknya,
membuka jubah dari bagian salah satu bahunya, dengan tangan
kiri ia mengambil sebuah kendi dan dengan tangan
kanannya ia memercikkan air pada Cakka ratana surgawi
dengan berkata: ‘Berputarlah Cakka ratana. Maju dan
taklukkanlah, Cakka ratana.’Para bhikkhu, kemudian Cakka ratana berputar
maju ke arah daerah bagian Timur dan raja cakkavatti
mengikuti Cakka ratana itu. Raja pergi bersama
tentaranya, kuda-kuda, kereta-kereta, gajah-gajah dan
pasukan. Di tempat mana pun Cakka ratana itu berhenti, di
tempat itu pula raja penakluk bersama empat kelompok pasukannya
tinggal. Kemudian semua raja yang merupakan musuh di
daerah bagian Timur datang menemui cakkavatti dengan
berkata: ‘Datanglah, Maharaja! Selamat datang,
Maharaja! Semua ini milikmu, Maharaja! Pimpinlah
kami, Maharaja!’ Raja Cakkavatti menjawab: ‘Kamu sekalian
janganlah membunuh mahluk, jangan mengambil barang yang tidak
diberikan, jangan berzinah, jangan berdusta dan jangan
minum-minuman keras. Nikmatilah apa yang menjadi hak
kamu sekalian.’ Semua raja-raja yang merupakan musuh
di daerah bagian Timur menjadi taklukkan Cakkavatti.
- Para bhikkhu, kemudian Cakka ratana terjun ke dalam lautan
timur dan muncul kembali setelah berputar maju ke arah daerah
bagian selatan… (di sana terjadi seperti yang terjadi
di daerah bagian timur. Demikian pula Cakka ratana
terjun ke dalam lautan selatan dan muncul kembali
serta berputar maju ke arah daerah bagian barat… ke
arah daerah bagian utara… semua terjadi seperti yang
terjadi di daerah bagian timur).Setelah Cakkaratana menaklukkan seluruh
dunia hingga ke batas lautan, Cakka ratana kembali ke
kota kerajaan dan diam, sehingga orang-orang
berpikir bahwa Cakka ratana telah tetap tidak akan
bergerak di depan gedung pengadilan di gerbang istana raja Cakkavatti.
Cakka ratana menambah keagungan istana dengan berada
di depan gerbang istana raja Cakkavatti.
- Para bhikkhu, demikian pula raja Cakkavatti kedua… raja
Cakkavatti ketiga … raja Cakkavatti keempat … raja Cakkavati
kelima … raja Cakkavatti keenam… dan raja Cakkavatti
ketujuh setelah banyak tahun, setelah ratusan tahun
dan setelah ribuan tahun, beliau memerintah seseorang
dengan berkata: ‘Bilamana kau melihat Cakka ratana
surgawi telah terbenam sedikit dan telah bergeser
sedikit dari tempatnya, maka beritahukan hal itu
kepadaku.”Baiklah, raja,’ jawab orang itu.
Setelah banyak tahun, setelah ratusan tahun, dan setelah ribuan
tahun, orang itu melihat bahwa Cakka ratana telah terbenam
sedikit dan telah bergeser sedikit dari tempatnya.
Ketika melihat kejadian ini, ia pergi menghadap raja
Cakkavatti dan melaporkan apa yang telah dilihatnya.
Para bhikkhu, raja cakkavatti memanggil putranya yang tertua
dan berkata: ‘Anakku, dengarkanlah, Cakka ratana surgawi
telah terbenam sedikit dan telah bergeser sedikit
dari tempatnya. Juga telah diberitahukan kepadaku:
‘Bilamana Cakka ratana surgawi telah terbenam dan
bergeser dari tempatnya maka raja Cakkavatti tidak
akan hidup lama lagi’. Saya telah menikmati kenikmatan
duniawi, tibalah saatnya bagiku untuk mencari kebahagiaan surgawi.
Anakku, pimpinlah dunia ini yang sampai di batas lautan.
Karena saya akan mencukur rambut serta janggutku,
mengenakan jubah kuning, meninggalkan kehidupan
duniawi untuk menjadi pertapa.’
Demikianlah setelah raja Cakkavatti menyerahkan tahta kerajaan
kepada putranya, ia mencukur rambut dan janggutnya,
mengenakan jubah kuning, meninggalkan kehidupan
duniawi dan menjadi pertapa. Pada hari ketujuh
setelah raja menjadi pertapa, Cakka ratana surgawi
lenyap.
- Kemudian seseorang menghadap raja dan melapor kepada beliau
dengan berkata: ‘Raja, demi kebenaran, ketahuilah bahwa Cakka
ratana surgawi telah lenyap!’ Ketika raja mendengar
berita ini ia menjadi sedih dan berduka cita, tetapi
ia tidak pergi menemui pertapa raja untuk menanyakan
roda kewajiban maharaja yang suci. Dengan idenya dan
caranya sendiri ia memerintah rakyatnya dan rakyat
yang diperintah seperti itu, yaitu cara yang berbeda
dengan apa yang mereka ikuti dahulu, menjadi tidak sukses seperti
apa yang mereka biasa capai di masa raja-raja terdahulu
yang melaksanakan kewajiban maharaja yang suci dari
seorang raja Cakkavatti.Para bhikkhu, kemudian para
menteri, para pegawai istana, para pejabat keuangan,
para pengawal dan penjaga serta orang-orang yang
hidup dengan melaksanakan pembacaan mantra pergi menemui
raja dan berkata: ‘Wahai raja, rakyatmu yang raja perintah
berdasarkan idemu dan caramu sendiri, yang berbeda
dengan cara-cara yang mereka ikuti dahulu tidak
sukses seperti apa yang mereka biasa capai di masa
raja-raja terdahulu yang melaksanakan kewajiban
maharaja yang suci. Dalam kerajaan ini ada para menteri, para
pegawai istana, para pejabat keuangan, para pengawal dan
penjaga serta orang-orang yang hidup dengan
melaksanakan pembacaan mantra — semua kami ini dan
yang lain-lain — memiliki pengetahuan tentang
kewajiban maharaja yang suci dari raja Cakkavatti. Apabila
raja menanyakan hal itu kepada kami, maka kami akan
menerangkannya.’
- Para bhikkhu, kemudian raja mempersilahkan para menteri dan
orang-orang lainnya duduk, setelah itu raja bertanya kepada
mereka tentang kewajiban maharaja yang suci dari raja
cakkavatti. Mereka menerangkan hal itu kepada beliau.
Ketika raja telah mendengar hal itu, beliau
memperhatikan, menjaga dan melindungi rakyatnya
dengan baik, tetapi ia tidak memberikan dana kepada
orang-orang miskin. Karena ia tidak berdana kepada orang-orang
miskin maka kemelaratan bertambah.Ketika kemiskinan telah
meluas, seorang tertentu mengambil barang yang tidak
diberikan kepadanya, perbuatan ini disebut mencuri.
Ia ditangkap orang-orang dan ia dihadapkan kepada raja dan mereka
berkata: ‘Raja, orang ini telah mengambil barang yang tidak
diberikan kepadanya, perbuatan itu adalah mencuri.’
Lalu raja bertanya sebagai berikut kepada orang itu: ‘Apakah
benar bahwa kau telah mengambil barang yang tak diberikan
kepadamu, dan dengan demikian kamu telah melakukan
perbuatan yang disebut mencuri?’
‘Benar, raja.’
‘Mengapa kau melakukannya?’
‘Raja, saya tak memiliki sesuatu untuk mempertahankan hidupku.’
Kemudian raja memberikan dana kepada orang itu dengan berkata:
‘Dengan dana ini kau dapat menyambung hidupmu,
peliharalah orang tuamu, anak-anakmu dan istrimu.
Kerjakanlah pekerjaanmu dan berdanalah selalu kepada para
samana dan pertapa, karena perbuatan ini berpahala untuk
terlahir kembali di alam surga.’
‘Baiklah, raja,’ jawab orang itu.
- Para bhikkhu, kemudian ada orang lain mencuri. Ia ditangkap
orang-orang dan mereka membawanya menghadap kepada raja,
mereka berkata: ‘Raja, orang ini telah mencuri.’ Raja
bertanya kepada orang itu dan beliau melakukan
perbuatan yang sama seperti yang beliau lakukan
kepada pencuri yang lalu, dengan memberikan dana
kepada orang itu.
- Para bhikkhu, orang-orang mendengar bahwa bagi mereka yang
mencuri mendapat dana dari raja. Karena mendengar hal ini
mereka berpikir: ‘Marilah kita mencuri.’ Di antara
mereka itu ada orang tertentu yang melakukannya.
Orang ini ditangkap dan dibawa kehadapan raja. Raja
bertanya kepada orang tersebut:
‘Apa sebab kau mencuri?’
‘Saya mencuri sebab tak dapat mempertahankan hidupku.’
Namun raja berpikir: ‘Jika saya memberikan dana kepada siapa
setiap orang yang mencuri maka pencuri akan bertambah banyak.
Saya harus menghentikan perbuatan ini, ia harus
diganjar dengan hukuman berat, yaitu kepalanya
dipancung.’ Selanjutnya raja memerintah bawahannya
dengan berkata:
‘Perhatikanlah, ikatlah tangan orang ini ke belakang tubuhnya
dan ikatlah dengan kencang. Gunduli kepalanya dan bawalah dia
berkeliling disertai genderang yang nyaring ke
jalan-jalan, ke persimpangan-persimpangan jalan.
Bawalah dia keluar melalui gerbang selatan dan
berhentilah di selatan kota. Ganjarlah dia dengan
hukuman terberat berat, yaitu kepalanya dipancung.’
‘Baiklah, raja,’ jawab orang-orang itu dan mereka melaksanakan perintah itu.
- Para bhikkhu, pada waktu itu telah banyak orang yang mendengar
bahwa orang yang mencuri dihukum mati. Karena telah
mendengar hal ini maka beberapa orang tertentu
berpikir: ‘Sekarang kitapun harus menyediakan pedang
tajam dan orang-orang yang barangnya kita ambil
dengan tanpa mereka berikan — perbuatan yang disebut
mencuri — kita hentikan mereka dengan kepala mereka kita
pancung.’Selanjutnya, mereka mempersenjatai diri mereka dengan
pedang-pedang tajam, lalu mereka, pergi merampok di
desa-desa, di kampung-kampung dan di kota-kota serta
di jalan-jalan. Orang-orang yang mereka rampoki
mereka bunuh dengan kepala dipancung.
- Para bhikkhu, demikianlah karena dana-dana tidak diberikan
kepada orang yang miskin maka kemelaratan meluas. Karena
kemelaratan bertambah maka pencuri bertambah. Karena
pencuri bertambah maka kekerasan berkembang dengan
cepat. Disebabkan adanya kekerasan yang meluas maka
pembunuhan menjadi biasa. Karena pembunuhan terjadi
maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang,
sehingga batas usia kehidupan pada masa itu adalah 80.000 tahun,
akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka
hanya 40.000 tahun.Selanjutnya, di antara orang-orang
yang batas usia kehidupan 40.000 tahun ada yang mencuri.
Pencuri ditangkap oleh orang-orang dan dia dihadapkan
kepada raja. Orang-orang itu memberitahukan kepada raja
dengan berkata: ‘Raja, orang telah mencuri.’
Raja bertanya kepada orang itu: ‘Apakah benar bahwa kau telah mencuri?’
‘Tidak, raja,’ jawabnya. Dengan jawaban ini orang itu telah berdusta dengan sengaja.
- Demikianlah, karena dana-dana tidak diberikan kepada orang-orang
yang miskin maka kemelaratan meluas… mencuri … kekerasan
… pembunuhan… hingga berdusta menjadi biasa. Karena
berdusta telah menjadi biasa maka batas usia
kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga
batas usia kehidupan manusia pada masa itu adalah
40.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan
anak-anak mereka hanya 20.000 tahun.Di antara orang-orang yang batas
usia kehidupan 20.000 tahun ada orang yang mencuri.
Ada orang tertentu yang melaporkan hal ini kepada
raja: ‘Raja, ada orang yang mencuri’, demikianlah ia
mengatakan kata-kata jahat tentang orang itu.
- Para bhikkhu, demikianlah karena dana-dana tidak diberikan kepada
orang-orang miskin, maka kemelaratan meluas… mencuri…
kekerasan… pembunuhan… berdusta… memfitnah berkembang.
Karena memfitnah berkembang maka batas usia kehidupan dan
kecantikan manusia berkurang. Sehingga batas usia
kehidupan manusia pada masa itu adalah 20.000 tahun, akan
tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanya 10.000
tahun.Di antara orang-orang yang batas usia kehidupan 10.000 tahun ada
yang cantik dan ada yang buruk, sehingga mereka yang
berparas buruk merasa iri terhadap yang berparas cantik.
Akibatnya orang-orang yang berparas buruk ini berzinah
dengan istri-istri tetangga mereka.
- Para bhikkhu, demikianlah karena dana-dana tidak diberikan
kepada orang-orang miskin maka kemelaratan meluas… mencuri…
kekerasan… pembunuhan… berdusta… memfitnah… berzinah
berkembang. Karena perzinahan berkembang maka batas
usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang,
sehingga batas usia kehidupan manusia pada masa itu
adalah 10.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan
anak-anak mereka hanya 5.000 tahun.Pada masa kehidupan dari orang-orang
yang batas usia kehidupan mereka hanya 5.000 tahun
berkembang dua hal yaitu kata-kata kasar dan membual.
Karena ke dua hal ini berkembang maka batas usia
kehidupan manusia pada masa itu adalah 5.000 tahun, akan
tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka ada yang hanya
2.500 tahun ada yang hanya 2.000 tahun.
Di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 2.500
tahun, iri hati dan dendam berkembang. Karena ke dua hal ini
berkembang maka batas usia kehidupan dan kecantikan
manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan
manusia pada masa itu adalah 2.500 tahun 2.000 tahun,
akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka
hanya 1.000 tahun.
Di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 1.000 tahun,
pandangan sesat (miccha ditthi) muncul dan berkembang.
Karena pandangan sesat ini berkembang maka batas usia
kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga
batas usia kehidupan dan kecantikan pada masa itu adalah
1.000 tahun, akan tetapi anak-anak mereka hanya 500 tahun.
Di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 500 tahun,
ada tiga hal yang berkembang, yaitu: berzinah dengan
saudara sendiri, keserakahan dan pemuasan nafsu.
Karena tiga hal ini berkembang maka batas usia
kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga
batas usia kehidupan manusia pada masa itu adalah 500
tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak
mereka ada yang 250 tahun dan ada yang hanya 200 tahun.
Di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 250 tahun,
hal sebagai berikut ini berkembang — kurang berbakti
kepada orang tua, kurang hormat kepada para samana
dan pertapa dan kurang patuh kepada pemimpin
masyarakat.
- Para bhikkhu, demikianlah, karena dana-dana tidak diberikan
kepada orang-orang miskin maka kemelaratan meluas… mencuri…
kekerasan… pembunuhan… berdusta… memfitnah…
perzinahan… kata-kata kasar dan membual… iri hati dan
dendam … pandangan sesat… berzinah dengan saudara
sendiri, keserakahan dan pemuasan nafsu… hingga
kurang berbakti kepada orang tua, kurang hormat
kepada para samana dan pertapa dan kurang patuh kepada pemimpin
masyarakat berkembang dan meluas. Karena hal-hal ini
berkembang dan meluas maka batas usia kehidupan dan
kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia
kehidupan manusia pada masa itu adalah 250 tahun,
akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka
hanya 100 tahun.
- Para bhikkhu, akan tiba suatu masa ketika keturunan dari manusia
itu akan mempunyai batas usia kehidupan hanya 10 tahun.
Di antara orang-orang yang batas usia kehidupan
mereka 10 tahun, umur lima tahun bagi wanita
merupakan usia perkawinan. Pada masa kehidupan
orang-orang ini, makanan seperti dadi susu (ghee),
mentega, minyak tila, gula dan garam akan lenyap. Bagi mereka
ini, biji-bijian kudrusa akan merupakan makanan yang terbaik.
Seperti pada masa sekarang, nasi dan kari merupakan
makanan yang terbaik, begitu pula biji-bijian kudrusa
bagi mereka. Pada masa orang-orang itu, sepuluh
macam cara melakukan perbuatan baik akan hilang,
sedangkan sepuluh macam cara melakukan perbuatan
jahat akan berkembang dengan cepat, di antara mereka tidak ada
lagi kata-kata yang menyebut tentang perbuatan baik — Siapa
yang akan melakukan perbuatan baik? Di antara mereka
tidak ada lagi rasa berbakti kepada orang tua, tidak
ada lagi rasa menghormat kepada para samana dan
pertapa serta tidak ada lagi kepatuhan kepada para
pemimpin masyarakat. Kalau seperti sekarang orang-orang
masih berbakti kepada orang tua, menghormat kepada para samana
dan pertapa serta patuh kepada para pemimpin, namun pada
masa orang-orang… yang batas usia kehidupan mereka
hanya 10 tahun, rasa berbakti, hormat dan patuh tidak
ada lagi.
- Para bhikku, di antara orang-orang yang batas usia kehidupan
mereka 10 tahun tidak akan ada lagi (pikiran yang membatasi
untuk kawin dengan) ibu, bibi dari pihak ibu, bibi
dari pihak ayah, bibi dari pihak ayah yang merupakan
istri dari kakak ayah atau istri guru. Dunia akan
diisi oleh cara bersetubuh dengan siapa saja,
bagaikan kambing, domba, burung, babi, anjing dan
srigala.Di antara orang-orang ini saling bermusuhan yang kuat akan
menjadi hukum, perasaaan yang benci yang hebat,
dendam yang kuat serta keinginan membunuh dari ibu
terhadap anaknya, anak terhadap ibunya, ayah terhadap
anaknya, anak terhadap ayahnya, kakak terhadap
adiknya, adik terhadap kakaknya dan seterusnya… Hal
ini terjadi bagaikan pikiran dari para olahragawan yang menghadiri
pertandingan, begitulah pikiran mereka.
- Para bhikku, bagi orang-orang yang batas kehidupan mereka
10 tahun itu akan muncul suatu masa, yaitu munculnya pedang
selama seminggu. Selama masa ini mereka akan melihat
individu lain sebagai binatang liar: pedang tajam
akan nampak selalu tersedia di tangan mereka dan
mereka berpikir: ‘Individu ini adalah binatang liar.’
Dengan pedang mereka saling membunuh.Sementara itu ada orang-orang
tertentu yang berpikir: ‘Sebaiknya kita jangan
membunuh atau kita tidak membiarkan orang lain membunuh
kita. Marilah kita menyembunyikan diri ke dalam belukar, ke
dalam hutan, ke cekungan di tepi sungai, ke dalam gua gunung
dan kita hidup dengan akar-akaran atau buah-buahan di
hutan.’ Mereka akan melaksanakan hal ini selama
seminggu. Pada hari ke tujuh mereka keluar dari
belukar, hutan, cekungan dan gua, mereka akan saling
berangkulan dan akan saling membantu, dengan berkata:
‘O, kami masih hidup! Senang sekali melihat anda masih
hidup!’
Para bhikkhu, pada orang-orang itu akan muncul keinginan-keinginan
sebagai berikut : ‘Karena kita melakukan cara-cara yang
jahat, maka kita kehilangan banyak sanak saudara.
Marilah kita berbuat kebajikan-kebajikan. Sekarang,
kebajikan apakah yang dapat kita lakukan? Marilah
kita berusaha untuk tidak melakukan pembunuhan. Itu
merupakan perbuatan baik yang dapat kita lakukan.’ Mereka
akan berusaha untuk tidak membunuh, hal yang baik ini mereka
laksanakan terus. Karena melaksanakan kebajikan ini maka
akibatnya batas usia kehidupan dan kecantikan mereka
bertambah. Bagi mereka yang batas usia hanya 10
tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak
mereka mencapai 20 tahun.
- Para bhikkhu, hal-hal seperti ini akan terjadi pada orang-orang
yang batas usia kehidupan mereka 20 tahun: ‘Sekarang,
karena kita mengikuti dan melaksanakan kebajikan maka
batas usia kehidupan dan kecantikan kita bertambah.
Marilah kita meningkatkan kebajikan kita. Marilah
kita berusaha untuk tidak mengambil apa yang tidak
diberikan, kita berusaha untuk tidak berzinah, kita berusaha
untuk tidak berdusta, kita berusaha untuk tidak memfitnah, kita
berusaha untuk tidak mengucapkan kata-kata kasar,
kita berusaha untuk tidak membual, kita berusaha
untuk tidak serakah, kita berusaha untuk tidak
membenci, kita berusaha untuk tidak berpandangan
sesat, kita berusaha untuk tidak melakukan tiga hal berikut,
yaitu: tidak bersetubuh dengan keluarga sendiri, tidak tamak
dan tidak memuaskan nafsu. Marilah kita berbakti kepada
orang tua kita, kita menghormati para samana dan
pertapa serta kita patuh kepada pemimpin masyarakat.
Marilah kita selalu melaksanakan kebajikan-kebajikan
ini.’Demikianlah mereka akan selalu melaksanakan kebajikan: tidak
mengambil apa yang tidak diberikan… berbakti kepada ke
dua orang tua, menghormat para samana dan pertapa serta
patuh kepada pemimpin masyarakat. Karena mereka
melaksanakan kebajikan-kebajikan itu, maka batas usia
kehidupan anak-anak dan kecantikan manusia bertambah, sehingga mereka
yang batas usia kehidupan hanya 20 tahun, akan tetapi batas
usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 40 tahun.
Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya
40 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak
mereka mencapai 80 tahun; …. anak-anak mereka mencapai
160 tahun;… anak-anak mereka mencapai 320 tahun;…
anak-anak mereka mencapai 640 tahun;… anak-anak mereka mencapai
2.000 tahun;… anak-anak mereka mencapai 4.000 tahun;… anak-anak
mereka mencapai 8.000 tahun;… anak-anak mereka mencapai
20.000 tahun; anak-anak mereka mencapai 40.000 tahun; dan
mereka yang pada masa itu hanya berbatas usia kehidupan
40.000 tahun, akan tetapi anak-anak mereka akan mencapai
batas usia kehidupan 80.000 tahun.
- Para bhikkhu, di antara orang-orang yang batas usia kehidupan
mereka 80.000, maka usia perkawinan bagi wanita adalah
pada usia 500 tahun. Pada masa orang-orang ini hanya
akan ada tiga macam penyakit — keinginan, lupa makan
dan ketuaan. Pada masa kehidupan orang-orang ini
Jambudipa akan makmur dan jaya, desa-desa,
kampung-kampung, kota-kota dan kota-kota kerajaan akan berdekatan
satu dengan yang lain sehingga ayam jantan dapat terbang
dari satu kota ke kota yang lain. Pada masa kehidupan
orang-orang ini, Jambudipa — bagaikan avici — akan
penuh dengan penduduk bagaikan hutan yang dipenuhi
semak belukar. Pada masa kehidupan orang-orang ini,
kota Baranasi yang kita kenal sekarang akan bernama
Ketumati yang merupakan kota kerajaan yang besar dan
makmur, berpenduduk banyak dan padat serta berpangan cukup.
Pada masa kehidupan orang-orang ini, di Jambudipa akan terdapat
84.000 kota dengan Ketumati sebagai ibu kota.
- Para bhikkhu, pada masa kehidupan orang-orang ini di Ketumati,
ibu kota kerajaan, akan muncul seorang raja Cakkavatti
bernama Sankha, yang jujur, memerintah berdasarkan
kebenaran, penguasa empat penjuru dunia, penakluk,
pelindung rakyatnya dan pemilik tujuh macam permata,
yaitu: cakka, gajah, kuda, permata, wanita (istri),
kepala rumah tangga dan panglima perang. Ia akan memiliki
keturunan lebih dari 1000 orang yang merupakan ksatriya-ksatriya
digjaya, penakluk musuh-musuh. Ia akan menguasai dunia
sampai ke batas lautan, tetapi ia menguasai dunia ini
bukan dengan kekerasan atau dengan pedang melainkan
dengan kebenaran.
- Para bhikkhu, pada masa kehidupan orang-orang ini, di dalam
dunia akan muncul seorang Bhagava Arahat Sammasambuddha
bernama Metteyya, yang sempurna dalam pengetahuan dan
pelaksanaannya, sempurna menempuh jalan, pengenal
segenap alam, pembimbing manusia yang tiada taranya,
yang sadar serta yang patut dimuliakan, yang sama
seperti saya sekarang. Ia, dengan dirinya sendiri
akan mengetahui dengan sempurna dan melihat dengan jelas alam
semesta bersama alam-alam kehidupan para dewa, brahma, mara,
serta para samana, para pertapa, para pangeran dan
orang-orang lainnya, seperti apa yang saya tahu
dengan sempurna dan lihat dengan jelas sekarang.
Dhamma kebenaran yang indah pada permulaan, indah
pada pertengahan dan indah pada akhir akan dibabarkan
dalam kata-kata dan semangat, kehidupan suci akan dibina dan
dipaparkan dengan sempurna dengan penuh kesucian, seperti yang
saya lakukan sekarang. Ia akan diikuti oleh beberapa
ribu bhikkhu sangha, seperti saya sekarang ini yang
diikuti oleh beberapa ratus bhikkhu sangha.
- Para bhikkhu, Raja Sankha akan membangun kembali tempat suci
yang pernah dibangun oleh Raja Maha Panada. Raja Sankha
akan tinggal di tempat suci itu, tetapi tempat itu
akan diberikannya sebagai dana kepada para samana,
para pertapa, para pengembara, para pengemis dan
mereka yang membutuhkan. Ia sendiri akan mencukur
rambut dan janggut, mengenakan jubah kuning, meninggalkan kehidupan
berumah tangga dan menjadi siswa dari Bhagava Arahat
Sammasambuddha Metteyya. Setelah Raja Sankha
meninggalkan kehidupan duniawi, ia akan hidup
menyendiri dan dengan usaha sungguh-sungguh, tekad,
penuh kewaspadaan berusaha mengusahai dirinya. Tidak lama kemudian
ia akan mencapai tujuan yang merupakan cita-cita dari
mereka yang meninggalkan kehidupan duniawi dan hidup
sebagai pertapa. Masih dalam kehidupan dalam dunia
ini, ia akan mencapai, mengetahui dan merealisasi
tujuan akhir dari penghidupan suci.
- Para bhikkhu, jadikanlah dirimu sebagai pelita; berlindunglah
pada dirimu sendiri dan jangan berlindung pada orang lain.
Hiduplah dalam dhamma kebenaran yang sebagai
pelitamu, dengan dhamma sebagai pelindungmu dan
jangan berlindung pada yang lain.Para bhikkhu, tetapi bagaimana seorang
bhikkhu menjadi pelita bagi dirinya sendiri, sebagai
pelindung bagi dirinya sendiri dan tidak berlindung
pada yang lain?
Para bhikkhu, dalam hal ini, seorang bhikkhu mengamati tubuh
(kaya) sebagai tubuh dengan rajin, penuh pengertian dan
perhatian, melenyapkan keserakahan dan
ketidaksenangan dalam dunia. Seorang bhikkhu
mengamati perasaan (vedana)… mengamati kesadaran (citta)…
dan mengamati ide-ide (dhamma) sebagai dhamma dengan rajin penuh
pengertian dan perhatian, melenyapkan keserakahan dan
ketidaksenangan dalam dunia.
Para bhikkhu, beginilah seorang bhikkhu menjadikan dirinya sebagai
pelita bagi dirinya sendiri, menjadikan dirinya sebagai
pelindung bagi dirinya sendiri dan tidak berlindung
pada yang lain. Ia menjadikan dhamma sebagai pelita
bagi dirinya sendiri, ia menjadikan dhamma sebagai
pelindung bagi dirinya sendiri dan tidak berlindung
pada hal yang lain.
- Para bhikkhu, jalanlah di lingkunganmu sendiri, di mana para
pendahulumu berjalan. Jikalau kamu sekalian berjalan di
tempat itu maka usia akan bertambah, kecantikan akan
bertambah, kebahagiaan akan bertambah, kekayaan akan
bertambah dan kekuatan akan bertambah.Para bhikkhu, apakah yang dimaksud
dengan usia? Dalam hal ini seorang bhikkhu
mengembangkan Empat dasar kemampuan batin (iddhipada)
dengan membangkitkan (chanda), semangat (viriya), kesadaran
(citta), dan penyelidikan (vimamsa) tentang pelaksanaan, usaha
dan meditasi. Dengan dikembangkannya Empat Iddhipada
ini, maka bila ia menginginkan, ia dapat hidup selama
satu kalpa (kappa) atau selama masa kappa di mana ia
hidup. Inilah yang dimaksud dengan usia.
Para bhikkhu, apakah yang dimaksud dengan kecantikan? Dalam
hal ini, seorang bhikkhu melaksanakan peraturan-peraturan
moral (sila), mengendalikan dirinya sesuai dengan
Patimokkha, sempurna dalam sikap dan tingkah laku; ia
melihat bahaya sekalipun itu hanya merupakan
kesalahan kecil dan ia menghindarkan diri dari
kesalahan itu. Ia melatih diri dengan melaksanakan sila. Inilah
yang dimaksudkan dengan kecantikan.
Para bhikkhu, apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan? Dalam
hal ini, seorang bhikkhu menjauhkan diri dari pemuasan nafsu,
bebas dari pikiran-pikiran jahat, mencapai dan tetap
berada dalam Jhana I dengan memiliki usaha untuk
menangkap obyek (vitakka), obyek dikuasai (vicara),
kegiuran (piti), kebahagiaan (sukha) dan ketenangan
(viveka) batin. Dengan melenyapkan vitakka dan vicara
ia mencapai dan tetap berada dalam Jhana II dengan diliputi
kegiuran (piti), kebahagiaan (sukha) dan ketenangan (viveka)
batin. Dengan melenyapkan piti ia mencapai dan tetap
berada dalam Jhana III dengan diliputi kebahagiaan
(sukha) dan ketenangan (viveka) batin. Dengan
melenyapkan sukha ia mencapai dan tetap berada dalam
Jhana IV dengan pikiran terpusat dan penuh ketenangan
batin.
Para bhikkhu, apakah yang dimaksud dengan kekayaan? Dalam hal
ini, seorang bhikkhu membiarkan batinnya diliputi oleh cinta
kasih (metta) yang dipancarkannya ke satu arah, ke
dua arah, ke tiga arah dan ke empat arah dari dunia.
Jadi dengan demikian seluruh dunia, dari atas, bawah,
sekeliling dan di seluruh penjuru dunia dipancarkan
cinta kasihnya yang tanpa batas, yang mulia, tak
terukur, yang bebas dari kebencian dan iri hati. Ia pun
membiarkan dirinya diliputi dengan kasih sayang atau welas asih
(karuna) … simpati (mudita) … dan keseimbangan batin
(upekkha) yang dipancarkannya ke satu arah, ke dua
arah, ke tiga arah dan ke empat arah dari dunia. Jadi
dengan demikian seluruh dunia dipancarkan
keseimbangan batinnya yang tanpa batas, yang mulia,
tak terukur, yang bebas dari kebencian dan iri hati. Inilah
yang dimaksud dengan kekayaan.
Para bhikkhu apakah yang dimaksud dengan kekuatan? Dalam hal
ini, seorang bhikkhu melenyapkan kekotoran batin (asava)
sehingga pada kehidupan sekarang ini ia sendiri
mencapai dan tetap berada dalam keadaan batin yang
suci dan kebijaksanaan yang suci. Inilah yang
dimaksud dengan kekuatan.
Para bhikkhu, tidak ada kekuatan lain yang sulit sekali ditaklukkan
selain kekuatan mara. Tetapi perbuatan baik (kusala)
yang dikembangkan sendiri (hingga mencapai
kearahatan) akan merupakan cara yang paling baik
untuk menaklukkannya.”
Demikianlah yang diucapkan oleh Sang Buddha. Para bhikkhu menjadi
gembira setelah mendengar uraian Sang Bhagava.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar