[225] 1. Demikian yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang
Terberkahi sedang berdiam di negeri Vajji di Ukkacela di tepi Sungai
Gangga. Di sana Beliau berbicara kepada para bhikkhu demikian: “Para
bhikkhu.”-“Yang Mulia Bhante,” jawab mereka. Yang Terberkahi berkata
demikian:
2. Para bhikkhu, dahulu hidup seorang pengembala sapi suku Magadha
yang tolol. Di bulan terakhir musim hujan, di musim gugur, tanpa
memeriksa tepian Sungai Gangga di sebelah sini maupun di sebelah sana,
dia menggiring ternaknya menyeberangi sungai di negara Videna di tempat
yang tidak ada arungannya. Ketika ternak-ternak itu bergerombol bersama
di tengah arus Sungai Gangga, mereka menemui malapetaka dan bencana.
Mengapa demikian? Karena pengembala Magadha yang tolol itu, di bulan
terakhir musim hujan, di musim gugur, tanpa memeriksa tepian Sungai
Gangga di sebelah sini maupun di sebelah sana, menggiring ternaknya
menyeberangi pantai seberang di negara Videha di tempat yang tidak ada
arungannya.
3. “Demikian pula, para bhikkhu, sehubungan dengan para petapa dan
brahmana yang tidak terampil di dunia ini dan di dunia lain, tidak
terampil di dalam alam Mara dan apa yang berada di luar alam Mara,
tidak terampil di dalam alam Kematian dan apa yang berada di luar alam
Kematian – hal itu akan membawa kerugian dan penderitaan untuk kurun
waktu yang lama bagi mereka yang berpikir bahwa mereka harus
mendengarkan para petapa dan brahmana itu dan menaruh keyakinan pada
mereka.
4. “Para bhikkhu, dahulu hidup seorang pengembala sapi Magadha yang
bijaksana. Di bulan terakhir musim hujan, di musim gugur, setelah
memeriksa tepian Sungai Gangga di sebelah sini maupun di sebelah sana,
dia menggiring ternaknya menyeberangi sungai di negara Videha di tempat
yang ada arungannya. Dia membuat sapi-sapi jantan, para pejantan dan
pemimpin ternak itu masuk terlebih dahulu. Mereka berjalan melawan arus
Sungai Gangga dan sampai dengan selamat ke pantai seberang. Kemudian,
dia membuat ternak yang kuat dan ternak yang akan dijinakkan masuk
sesudah itu. Mereka juga membelah arus Sungai Gangga dan sampai dengan
selamat ke pantai seberang. Dia membuat sapi betina muda dan sapi
jantan muda masuk sesudah itu. Mereka juga membelah arus Sungai Gangga
dan sampai dengan selamat ke pantai seberang. Dia membuat anak-anak
ternak dan ternak-ternak yang lemah masuk sesudah itu. Mereka juga
membelah arus Sungai Gangga dan sampai dengan selamat ke pantai
seberang. Pada waktu itu, ada anak sapi yang baru saja lahir sehingga
masih lemah, namun dengan dorongan lenguhah induknya, ia juga membelah
arus Sungai Gangga dan sampai dengan selamat ke pantai seberang. Mengapa
demikian? Karena pengembala Magadha yang bijaksana itu, [226] di bulan
terakhir musim hujan, di musim gugur, setelah memeriksa tepian Sungai
Gangga di sebelah sini maupun di sebelah sana, mengiringi ternaknya
menyebrangi pantai seberang di negara Videha di tempat yang ada
arungannya.
5. “Demikian pula, para bhikkhu, sehubungan dengan para petapa dan
brahmana yang terampil di dunia ini dan di dunia lain, terampil di
dalam alam Mara dan apa yang berada di luar alam Mara, terampil di
dalam alam Kematian dan apa yang berada di luar alam Kematian – hal itu
akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan untuk kurun waktu yang lama
bagi mereka yang berpikir bahwa mereka harus mendengarkan para petapa
dan brahmana itu dan menaruh keyakinan pada mereka.
6. “para bhikkhu, sebagaimana sapi-sapi jantan, ayah dan pemimpin
kelompok itu membelah arus Sungai Gangga dan selamat sampai di pantai
seberang, demikian pula bhikkhu-bhikkhu yang merupakan Arahat dengan
noda-noda yang telah dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan suci,
telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah menaruhkan beban, telah
mencapai tujuan sejati, telah menghancurkan belenggu dumadi, dan telah
sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir – dengan membelah arus
Mara mereka telah sampai dengan selamat ke pantai seberang.
7. “Sebagaimana ternak yang kuat dan ternak yang akan dijinakkan itu
membelah arus Sungai Gangga dan selamat sampai ke pantai seberang,
demikian pula para bhikkhu – yang dngan hancurnya lima belenggu yang
lebih rendah akan muncul lagi secara spontan [di Alam Kediaman Murni],
dan di sana mereka mencapai Nibbana akhir tanpa pernah kembali dari
alam itu. Dengan membelah arus Mara, mereka akan selamat sampai ke
pantai seberang.
8. “Sebagaimana sapi betina muda dan sapi jantan muda membelah arus
Sungai Gangga dan selamat sampai ke pantai seberang, demikian pula para
bhikkhu – yang dengan hancurnya tiga belenggu dan dengan melemahnya
nafsu keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin, merupakan
Yang-Kembali-Sekali-Lagi, yang kembali sekali lagi ke dunia ini untuk
mengakhiri penderitaan-dengan membelah arus Mara mereka juga akan
selamat sampai ke pantai seberang.
9. “Sebagaimana anak sapi dan ternak yang lemah membelah arus Sungai
Gangga dan selamat sampai ke pantai seberang, demikian juga para
bhikkhu-yang dengan hancurnya tiga belenggu, merupakan Pemsuk-Arus,
yang tidak lagi terkena kejatuhan, pasti menuju [ke pembebasan],
mengarah ke pencerahan-dengan membelah arus Mara mereka juga akan
selamat sampai ke pantai seberang.
10. “Sebagaimana anak sapi yang baru saja lahir sehingga masih
lemah, karena didorong oleh lenguhan induknya, juga membelah arus
Sungai Gangga dan selamat sampai ke pantai seberang, demikian juga para
bhikkhu-yang merupakan para pengikut-Dhamma dan
pengikut-keyakinan-dengan membelah arus mara mereka juga akan selamat
sampai ke pantai seberang.368
11. “Para bhikkhu, aku [227] terampil di dunia ini dan di dunia
lain, terampil di dalam alam Mara dan apa yang berada di luar alam
Mara, terampil di alam Kematian dan apa yang berada di luar alam
Kematian. Hal itu akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan untuk kurun
waktu yang lama bagi mereka yang berpikir bahwa mereka harus
mendengarkan aku bdan menaruh keyakinan padaku.”
12. Itulah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Setelah Yang tertinggi mengatakan hal itu, Guru pun selanjutnya mengatakan:
“baik dunia ini maupun dunia sana
Dijelaskan dengan baik oleh orang yang tahu,
Dan apa yang masih di dalam jangkauan mara
Serta apa yang di luar jangkauan Kematian.
Karena langsung mengetahui semua alam,
Yang Tercerahkan yang memahami,
Membuka pintu menuju Tanpa-kematian
Yang melaluinya Nibbana dapat dicapai dengan selamat.
Karena arus mara sekarang telah dibelah,
Alirannya telah dihalangi, ilalangnya telah dibuang;
Maka bersuka-citalah, para bhikkhu, dengan megah
Dan teguhkan hati di mana keselamatan terletak.”