Selasa, 21 Februari 2012

CULAGOPALAKA SUTTA

[225] 1. Demikian yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di negeri Vajji di Ukkacela di tepi Sungai Gangga. Di sana Beliau berbicara kepada para bhikkhu demikian: “Para bhikkhu.”-“Yang Mulia Bhante,” jawab mereka. Yang Terberkahi berkata demikian:
2. Para bhikkhu, dahulu hidup seorang pengembala sapi suku Magadha yang tolol. Di bulan terakhir musim hujan, di musim gugur, tanpa memeriksa tepian Sungai Gangga di sebelah sini maupun di sebelah sana, dia menggiring ternaknya menyeberangi sungai di negara Videna di tempat yang tidak ada arungannya. Ketika ternak-ternak itu bergerombol bersama di tengah arus Sungai Gangga, mereka menemui malapetaka dan bencana. Mengapa demikian? Karena pengembala Magadha yang tolol itu, di bulan terakhir musim hujan, di musim gugur, tanpa memeriksa tepian Sungai Gangga di sebelah sini maupun di sebelah sana, menggiring ternaknya menyeberangi pantai seberang di negara Videha di tempat yang tidak ada arungannya.
3. “Demikian pula, para bhikkhu, sehubungan dengan para petapa dan brahmana yang tidak terampil di dunia ini dan di dunia lain, tidak terampil di dalam alam Mara dan apa yang berada di luar alam Mara, tidak terampil di dalam alam Kematian dan apa yang berada di luar alam Kematian – hal itu akan membawa kerugian dan penderitaan untuk kurun waktu yang lama bagi mereka yang berpikir bahwa mereka harus mendengarkan para petapa dan brahmana itu dan menaruh keyakinan pada mereka.
4. “Para bhikkhu, dahulu hidup seorang pengembala sapi Magadha yang bijaksana. Di bulan terakhir musim hujan, di musim gugur, setelah memeriksa tepian Sungai Gangga di sebelah sini maupun di sebelah sana, dia menggiring ternaknya menyeberangi sungai di negara Videha di tempat yang ada arungannya. Dia membuat sapi-sapi jantan, para pejantan dan pemimpin ternak itu masuk terlebih dahulu. Mereka berjalan melawan arus Sungai Gangga dan sampai dengan selamat ke pantai seberang. Kemudian, dia membuat ternak yang kuat dan ternak yang akan dijinakkan masuk sesudah itu. Mereka juga membelah arus Sungai Gangga dan sampai dengan selamat ke pantai seberang. Dia membuat sapi betina muda dan sapi jantan muda masuk sesudah itu. Mereka juga membelah arus Sungai Gangga dan sampai dengan selamat ke pantai seberang. Dia membuat anak-anak ternak dan ternak-ternak yang lemah masuk sesudah itu. Mereka juga membelah arus Sungai Gangga dan sampai dengan selamat ke pantai seberang. Pada waktu itu, ada anak sapi yang baru saja lahir sehingga masih lemah, namun dengan dorongan lenguhah induknya, ia juga membelah arus Sungai Gangga dan sampai dengan selamat ke pantai seberang. Mengapa demikian? Karena pengembala Magadha yang bijaksana itu, [226] di bulan terakhir musim hujan, di musim gugur, setelah memeriksa tepian Sungai Gangga di sebelah sini maupun di sebelah sana, mengiringi ternaknya menyebrangi pantai seberang di negara Videha di tempat yang ada arungannya.
5. “Demikian pula, para bhikkhu, sehubungan dengan para petapa dan brahmana yang terampil di dunia ini dan di dunia lain, terampil di dalam alam Mara dan apa yang berada di luar alam Mara, terampil di dalam alam Kematian dan apa yang berada di luar alam Kematian – hal itu akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan untuk kurun waktu yang lama bagi mereka yang berpikir bahwa mereka harus mendengarkan para petapa dan brahmana itu dan menaruh keyakinan pada mereka.
6. “para bhikkhu, sebagaimana sapi-sapi jantan, ayah dan pemimpin kelompok itu membelah arus Sungai Gangga dan selamat sampai di pantai seberang, demikian pula bhikkhu-bhikkhu yang merupakan Arahat dengan noda-noda yang telah dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah menaruhkan beban, telah mencapai tujuan sejati, telah menghancurkan belenggu dumadi, dan telah sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir – dengan membelah arus Mara mereka telah sampai dengan selamat ke pantai seberang.
7. “Sebagaimana ternak yang kuat dan ternak yang akan dijinakkan itu membelah arus Sungai Gangga dan selamat sampai ke pantai seberang, demikian pula para bhikkhu – yang dngan hancurnya lima belenggu yang lebih rendah akan muncul lagi secara spontan [di Alam Kediaman Murni], dan di sana mereka mencapai Nibbana akhir tanpa pernah kembali dari alam itu. Dengan membelah arus Mara, mereka akan selamat sampai ke pantai seberang.
8. “Sebagaimana sapi betina muda dan sapi jantan muda membelah arus Sungai Gangga dan selamat sampai ke pantai seberang, demikian pula para bhikkhu – yang dengan hancurnya tiga belenggu dan dengan melemahnya nafsu keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin, merupakan Yang-Kembali-Sekali-Lagi, yang kembali sekali lagi ke dunia ini untuk mengakhiri penderitaan-dengan membelah arus Mara mereka juga akan selamat sampai ke pantai seberang.
9. “Sebagaimana anak sapi dan ternak yang lemah membelah arus Sungai Gangga dan selamat sampai ke pantai seberang, demikian juga para bhikkhu-yang dengan hancurnya tiga belenggu, merupakan Pemsuk-Arus, yang tidak lagi terkena kejatuhan, pasti menuju [ke pembebasan], mengarah ke pencerahan-dengan membelah arus Mara mereka juga akan selamat sampai ke pantai seberang.
10. “Sebagaimana anak sapi yang baru saja lahir sehingga masih lemah, karena didorong oleh lenguhan induknya, juga membelah arus Sungai Gangga dan selamat sampai ke pantai seberang, demikian juga para bhikkhu-yang merupakan para pengikut-Dhamma dan pengikut-keyakinan-dengan membelah arus mara mereka juga akan selamat sampai ke pantai seberang.368
11. “Para bhikkhu, aku [227] terampil di dunia ini dan di dunia lain, terampil di dalam alam Mara dan apa yang berada di luar alam Mara, terampil di alam Kematian dan apa yang berada di luar alam Kematian. Hal itu akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan untuk kurun waktu yang lama bagi mereka yang berpikir bahwa mereka harus mendengarkan aku bdan menaruh keyakinan padaku.”
12. Itulah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Setelah Yang tertinggi mengatakan hal itu, Guru pun selanjutnya mengatakan:
“baik dunia ini maupun dunia sana
Dijelaskan dengan baik oleh orang yang tahu,
Dan apa yang masih di dalam jangkauan mara
Serta apa yang di luar jangkauan Kematian.
Karena langsung mengetahui semua alam,
Yang Tercerahkan yang memahami,
Membuka pintu menuju Tanpa-kematian
Yang melaluinya Nibbana dapat dicapai dengan selamat.
Karena arus mara sekarang telah dibelah,
Alirannya telah dihalangi, ilalangnya telah dibuang;
Maka bersuka-citalah, para bhikkhu, dengan megah
Dan teguhkan hati di mana keselamatan terletak.”