Selasa, 28 Februari 2012

MADHURA SUTTA

1. DEMIKIAN YANG SAYA DENGAR. Pada suatu ketika Y.M. Maha Kaccana sedang berdiam di Hutan Gunda.814
2. Raja Avantiputta dari Madhura mendengar: “Petapa Maha Kaccana sedang berdiam di Madhura di Hutan Gunda. Kabar yang baik tentang Guru Kaccana telah menyebar sampai demikian: ‘Beliau bijaksana, tajam, cerdas, terpelajar, pandai menjelaskan, dan bijak menilai; beliau sudah tua dan beliau adalah seorang arahat. Sungguh bagus menemui arahat-arahat seperti ini.’”
3. Raja Avantiputta dari Madhura menyuruh menyiapkan sejumlah kereta kerajaan, dan dengan menaiki kereta kerajaan, raja pun pergi keluar dari Madhura dengan kebesaran kerajaan penuh untuk menemui Y.M. Maha  Kaccana. Dia pergi sejauh jalan dapat dilewati kereta, kemudian turun dari keretanya dan melanjutkan dengan berjalan kaki menuju Y.M. Maha Kaccana. [84] Dia bertegur sapa dengan beliau, dan setelah ramah tamah ini berakhir, raja duduk di satu sisi dan berkata:
4. “Guru Kaccana, para brahmana mengatakan demikian: ‘Para brahmana adalah kasta yang paling tinggi, mereka dari kasta lain lebih rendah; para brahmana adalah kasta yang paling terang, mereka dari kasta lain gelap; hanya para brahmana yang termurnikan, yang bukan-brahmana tidak; hanya para brahmana saja yang merupakan putra-putra Brahma, keturunan Brahma, terlahir dari mulutnya, terlahir dari Brahma, diciptakan oleh Brahma, ahli waris Brahma.’ Apa kata Guru Kaccana tentang hal ini?”
5. “Hanya merupakan pepatah di dunia ini, raja yang agung, bahwa ‘Para brahmana adalah kasta yang paling tinggi … ahli waris Brahma.’ Dan ada cara yang dapat dipakai untuk memahami bahwa pernyataan para brahmana itu hanyalah pepatah di dunia ini.
“Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Jika seorang bangsawan menjadi makmur dalam kekayaan, biji-bijian, perak, atau emas, apakah akan ada bangsawan-bangsawan lain yang bangun sebelum dia dan pergi tidur sesudah dia, yang ingin sekali melayaninya, yang berusaha menyenangkannya dan berbicara manis kepadanya, dan apakah akan ada juga brahmana, pedagang, dan pekerja yang melakukan hal serupa?”
“Ada, Guru Kaccana.”
“Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Jika seorang brahmana menjadi makmur dalam kekayaan, biji-bijian, perak, atau emas, apakah akan ada brahmana-brahmana lain yang bangun sebelum dia dan pergi tidur sesudah dia, yang ingin sekali melayaninya, yang berusaha menyenangkannya dan berbicara   manis kepadanya, dan apakah akan ada juga pedagang, pekerja, dan bangsawan [85] yang melakukan hal serupa?”
“Ada, Guru Kaccana.”
”Bagaimana pendapatmu, raja yang agung?” Jika seorang pedagang menjadi makmur  dalam kekayaan, biji-bijian, perak, atau emas, apakah akan ada pedagang-pedagang lain yang bangun sebelum dia dan pergi tidur sesudah dia, yang ingin sekali melayaninya, yang berusaha menyenangkannya dan berbicara manis kepadanya, dan apakah akan ada juga pekerja, bangsawan, dan brahmana yang melakukan hal serupa?”
“Ada, Guru Kaccana.”
“Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Jika seorang pekerja menjadi makmur dalam kekayaan, biji-bijian, perak atau emas, apakah akan ada pekerja-pekerja lain yang bangun sebelum dia dan pergi tidur sesudah dia, yang ingin sekali melayaninya, yang berusaha menyenangkannya dan berbicara manis kepadanya, dan apakah akan ada juga bangsawan, brahmana, dan pedagang yang melakukan hal serupa?”815
“Ada, Guru Kaccana.”
Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Jika demikian adanya, maka apakah empat kasta ini semuanya sama, atau tidak sama, atau bagaimana tampaknya di mata raja tentang hal ini?”[86]
“Tentunya jika demikian adanya, Guru Kaccana, maka empat kasta ini semuanya sama: tidak ada bedanya sama sekali di antara mereka.”
“Itulah, raja yang agung, cara yang dapat dipakai untuk memahami bahwa pernyataan para brahmana itu hanyalah pepatah di dunia ini.
6. “bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Misalnya seorang bangsawan harus membunuh makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, berperilaku salah dalam kesenangan-kesenangan indera, berbicara bohong, berbicara dengki, berbicara kasar, bergosip, tamak, mempunyai pikiran niat-buruk, dan memegang pandangan salah. Pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, apakah dia [mungkin] muncul kembali kealam kekurangan, ditempat yang tidak membahagiakan, di alam hukuman, bahkan di neraka, atau tidak, atau bagaimana tampaknya di mata raja tentang hal ini?”
“Jika seorang bangsawan demikian, Guru Kaccana, dia [mungkin] muncul kembali di alam kekurangan, di tempat yang tidak membahagiakan, di alam hukuman, bahkan di neraka. Begitulah tampaknya di mataku tentang hal ini, dan demikianlah yang saya dengar dari para Arahat.”
“Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Misalnya seorang brahmanapedagangpekerja membunuh makhluk hidup … dan memegang pandangan salah. Pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, apakah dia [mungkin] muncul kembali di alam kekurangan, di tempat yang tidak membahagiakan, di alam hukuman, bahkan di neraka, atau tidak, atau bagaimana tampaknya di mata raja tentang hal ini?”
“Misalnya seorang brahmana … pedagang … pekerja seperti itu, Tuan Kaccana, dia [mungkin] muncul kembali di alam kekurangan, di tempat yang tidak membahagiakan, di alam hukuman, bahkan di neraka. Begitulah tampaknya di mataku tentang hal ini, dan demikianlah yang saya dengar dari para Arahat.”
“Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Jika memang demikian, apakah empat kasta ini semuanya sama, atau tidak sama, atau bagaimana tampaknya di mata raja tentang hal ini?”[87]
“Tentunya jika demikian adanya, Guru Kaccana, maka empat kasta ini semuanya sama: Tidak ada bedanya sama sekali di antara mereka yang saya lihat.”
“Itulah juga, raja yang agung, suatu cara yang dapat dipakai untuk memahami bahwa pernyataan para brahmana itu hanyalah pepatah di dunia ini.
7. “Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Misalnya seorang bangsawan menjauhkan diri dari membunuh makhluk hidup, dari mengambil apa yang tidak diberikan, dari perilaku salah dalam kesenangan-kesenangan indera, dari berbicara bohong, dari berbicara dengki, dari berbicara kasar, dari bergosip, dan kemudian tidak tamak, mempunyai pikiran tanpa niat-buruk, dan memegang pandangan benar. Pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, apakah dia [mungkin] muncul kembali di tempat yang membahagiakan, bahkan di alam surga, atau tidak, atau bagaimana tampaknya di mata raja tentang hal ini?”
“Jika seorang bangsawan demikian, Guru Kaccana, dia [mungkin] muncul kembali di tempat yang membahagiakan, bahkan di alam surga. Begitulah tampaknya di mataku tentang  hal ini, dan demikianlah yang saya dengar dari para Arahat.”
“Bagaimana pendapatmu, raja yang agung?
Misalnya seorang brahmanapedagangpekerja menjauhkan diri dari membunuh makhluk hidup …. Dan memegang pandangan benar. Pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, apakah dia [mungkin] muncul kembali di tempat yang membahagiakan, bahkan di alam surga, atau tidak, atau bagaimana tampaknya di mata raja tentang hal ini?”
“Jika seorang brahmana … pedagang … pekerja demikian, Guru Kaccana, dia [mungkin] muncul kembali di tempat yang membahagiakan, bahkan di alam surga. Begitulah tampaknya di mataku tentang hal ini,  dan demikianlah yang saya dengar dari para Arahat.”
“Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Jika memang demikian, apakah empat kasta ini semuanya sama, atau tidak sama, atau bagaimana tampaknya di mata raja tentang hal ini?”[88]
“Tentunya jika demikian adanya, Guru Kaccana, maka empat kasta ini semuanya sama: tidak ada bedanya sama sekali di antara mereka yang saya lihat.”
“Itulah juga, raja yang agung, suatu cara yang dapat dipakai untuk memahami bahwa pernyataan para brahmana itu hanyalah pepatah di dunia ini.
8. “Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Seandainya seorang bangsawan membobol rumah, menjarah kekayaan, melakukan perampokan, menyergap di jalan raya, atau merayu istri orang lain, dan jika orang-orang raja menangkapnya dan mengajukan dia, dengan mengatakan: ‘Baginda, ini adalah pelakunya; perintahkanlah hukuman baginya seperti yang Baginda inginkan,’ bagaimana raja akan memperlakukannya?”
“Kami akan menyuruh dia dihukum, Guru Kaccana, atau kami akan menyuruh dia didenda, atau kami akan menyuruhnya diasingkan, atau kami akan melakukan padanya sesuai yang pantas dia peroleh. Mengapa demikian? Karena dia telah kehilangan status lamanya sebagai bangsawan, dan sekadar dianggap sebagai perampok.”
“Bagaimana pendapatmu, raja yang agung?
Seandainya  seorang brahmanapedagangpekerja membobol rumah … atau merayu istri orang lain, dan jika orang-orang raja menangkapnya dan mengajukan dia, dengan mengatakan : “Baginda, ini adalah pelakunya; perintahkanlah hukuman baginya seperti yang Baginda inginkan,’ bagaimana raja akan memperlakukannya?”
“Kami akan menyuruh dia dihukum, Guru Kaccana, atau kami akan menyuruh dia didenda, atau kami akan menyuruh diasingkan, atau kami akan melakukan padanya sesuai yang pantas dia peroleh. Mengapa demikian? Karena dia telah kehilangan status lamanya sebagai brahmana …pedagang … pekerja, dan sekadar dianggap sebagai perampok.”
“Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Jika memang demikian, apakah empat kasta ini semuanya sama, atau tidak sama, atau bagaimana tampaknya di mata raja tentang hal ini?”
“Tentunya jika demikian adanya, Guru Kaccana, maka empat kasta ini semuanya sama: tidak ada bedanya sama sekali di antara mereka yang saya lihat.”
“Itulah juga, raja yang agung, suatu cara yang dapat dipakai untuk memahami bahwa pernyataan para brahmana itu hanyalah pepatah di dunia ini.[89]
9. “Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Misalnya seorang bangsawan, setelah mencukur rambut dan jenggotnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan berumah menuju tak berumah, menjauhkan diri dari membunuh makhluk hidup, dari mengambil apa yang tidak diberikan, dari bicara bohong. Menahan diri dari makan di malam hari, dia makan hanya di satu bagian hari, dan hidup selibat, bermoral, memiliki watak yang baik. Bagaimana raja akan memperlakukannya?”
“Kami akan memberi hormat kepadanya, Guru Kacca, atau kami akan bangkit menyambut dia, atau mempersilakan dia duduk; atau kami akan mengundang dia untuk menerima jubah, dana makanan, tempat beristirahat, dan kebutuhan-kebutuhan  obat; atau kami akan mengatur baginya penjagaan hukum, pertahanan, dan perlindungan. Mengapa demikian? Karena dia telah kehilangan status lamanya sebagai bangsawan, dan dianggap sebagai seorang petapa.”
“Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Misalnya seorang brahmanapedagangpekerja, setelah mencukur rambut dan jenggotnya… dan hidup selibat, bermoral, memiliki watak yang baik. Bagaimana raja akan memperlakukannya?”
“Kami akan memberi hormat kepadanya, Guru Kaccana, atau kami akan bangkit menyambut dia, atau mempersilakan dia duduk; atau kami akan mengundang dia untuk menerima jubah, dana makanan, tempat beristirahat, dan kebutuhan-kebutuhan obat; atau kami akan mengatur baginya penjagaan hukum, pertahanan, dan perlindungan. Mengapa demikian? Karena dia telah kehilangan status lamanya sebagai brahmana…. Pedagang … pekerja, dan dianggap sebagai seorang petapa.”
“Bagaimana pendapatmu, raja yang agung? Jika memang demikian, maka apakah empat kasta ini semuanya sama, atau tidak sama, atau bagaimana tampaknya di mata raja tentang hal ini?”
“Tentunya jika demikian adanya, Tuan Kaccana, maka empat kasta ini semuanya sama: tidak ada bedanya sama sekali di antara mereka yang saya lihat.”
“Itulah juga, raja yang agung, suatu cara yang dapat dipakai untuk memahami bahwa pernyataan para brahmana itu hanyalah pepatah di dunia ini. [90]
10. Ketika hal ini dikatakan, Raja Avantiputta dari Madhura berkata kepada Y.M. Kaccana: “Luar biasa, Guru Kaccana! Luar biasa, Guru Kaccana! Guru Kaccana telah membuat Dhamma menjadi jelas dengan banyak cara, seakan-akan beliau menegakkan kembali apa yang tadinya terjungkir-balik, mengungkapkan apa yang tadinya tersembunyi, menunjukkan jalan bagi orang yang tersesat, atau memberikan penerangan  di kegelapan bagi mereka yang mempunyai mata untuk melihat bentuk. Saya pergi kepada Guru Kaccana untuk perlindungan dan kepada Dhamma dan kepada sangha para bhikkhu. Sejak hari ini, biarlah Guru Kaccana mengingat saya sebagai pengikut awam yang telah pergi kepada beliau untuk perlindungan sepanjang hidup.”
“Jangan pergi kepadaku untuk perlindungan, raja yang agung. Pergilah untuk perlindungan kepada Yang Terberkahi – yang kepadanya aku telah pergi untuk perlindungan.”
“Dimana Beliau berdiam sekarang, Yang Terberkahi – yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan – itu, Guru Kaccana?”
“Yang Terberkahi – yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan – itu telah mencapai Nibbana akhir , raja yang agung.”
11. “Seandainya saja kami mendengar bahwa Yang Terberkahi itu berada dalam jarak sepuluh yojana, kami akan pergi sepuluh yojana untuk menemui Yang Terberkahi –yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan- itu. Seandainya saja kami mendengar bahwa Yang Terberkahi itu berada dalam jarak dua puluh yojana … tiga puluh yojana … empat puluh yojana … tiga puluh yojana … empat puluh yojana … lima puluh yojana … seratus yojana, kami akan pergi seratus yojana untuk menemui Yang Terberkahi -  yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan – itu. Tetapi karena Yang Terberkahi telah mencapai Nibbana akhir, kami pergi kepada Yang Terberkahi itu untuk perlindungan dan kepada Dhamma dan Sangha para bhikkhu. Sejak hari ini, biarlah Guru Kaccana mengingat saya sebagai pengikut awam yang telah pergi kepada beliau untuk perlindungan sepanjang hidup.”
Catatan
814
Lihat n.230
815
Dari bacaan ini terlihat bahwa walaupun kecenderungan untuk kaku, system kelompok India pada itu cukup elastis dibanding dengan system kasta berkembang di kemudian hari.