Selasa, 28 Februari 2012

MAKHADEVA SUTTA

1. DEMIKIAN YANG SAYA DENGAR.(806) Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Mithila di Hutan Mangga Makhadeva.807
2. Kemudian di suatu tempat, Yang Terberkahi tersenyum. Muncul di benak Y.M. Ananda: “Apakah alasannya, apakah penyebabnya sehingga Yang Terberkahi tersenyum? Para Tathagata tidak tersenyum tanpa alasan.” Maka dia mengatur jubah atasnya di satu bahu, dan menyatukan kedua tangannya untuk menghormat Yang Terberkahi, dan bertanya kepada Beliau: “Bhante, apakah alasannya, apakah penyebabnya  sehingga Yang terberkahi tersenyum? Para Tathagata tidak tersenyum tanpa alasan.”
3. “Dahulu, Ananda, di Mithila yang sama ini ada seorang raja bernama Makhadeva. Dia adalah raja yang luhur, yang memerintah dengan Dhamma, raja agung yang mantap dalam Dhamma.808 Dia membawa diri sesuai Dhamma di antara para brahmana dan perumah-tangga, di antara penduduk-kota dan penduduk-desa, dan dia menjalankan hari Uposatha [75] pada hari keempatbelas, limabelas, dan kedelapanbelas dari dua mingguan.809
4. “Di akhir banyak tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, Raja Makhadewa berkata kepada tukang cukurnya demikain: ‘Tukang cukur yang baik, jika engkau melihat uban tumbuh di kepalaku, katakanlah padaku.’- ‘Ya, Baginda,’ jawabnya. Dan setelah banyak tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, tukang cukur melihat uban yang tumbuh di kepala Raja Mahkhadeva.810. ketika melihat uban-uban itu, dia berkata kepada raja : ‘Utusan-utusan surgawi telah muncul, Baginda; uban-uban terlihat tumbuh di kepala Tuan Baginda.’- ‘Kalau demikian, tukang cukur, dengan hati-hati cabutlah uban-uban itu dengan capit, dan taruhlah di telapak tanganku.’ – ‘Ya, Baginda,’ jawabnya. Dengan hati-hati dia mencabut uban-uban itu dengan capit, dan menaruhnya di telapak tangan raja.
“Kemudian Raja Makhadeva memberikan kotapraja terbaik kepada tukang cukurnya. Dia memanggil pangeran, putra sulungnya, dan berkata: ‘Pangeran anakku, utusan-utusan surgawi telah muncul;811 uban-uban terlihat tumbuh dikepalaku. Aku telah menikmati kesenangan-kesenangan indera manusiawi; sekarang tiba waktunya untuk mencari kesenangan –kesenangan indera surgawi. Ayo, Pangeran, ambil alih jabatan raja. Aku akan mencukur rambut dan jenggotku, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan berumah menuju tak-berumah. Dan Pangeran, bila engkau juga melihat uban-uban tumbuh di kepalmu, maka setelah memberikan kotapraja terbaik kepada tukang cukurmu, dan setelah dengan seksama memberikan instruksi kepada pangeran, putra sulungmu, untuk jabatan raja, cukurlah rambut dan jenggotmu, kenakan jubah kuning, dan tinggalkan kehidupan berumah menuju tak-berumah. Lanjutkan praktek yang baik ini, yang telah kuadakan, dan janganlah menjadi orang terakhir. Pangeran, jika ada dua orang yang hidup, orang yang di bawahnya terjadi pelanggaran praktek yang baik ini – dialah orang terakhir di antara kedua orang itu. Karena itu, Pangeran, kukatakan kepadamu: Lanjutkan praktek yang baik ini,[76] yang telah kuadakan, dan janganlah menjadi orang terakhir.
5. “Kemudian, setelah memberikan kotapraja terbaik kepada tukang cukurnya dan setelah dengan teliti memberikan instruksi kepada pangeran, putra sulungnya, untuk jabatan raja, du Hutan Mangga Makhadeva raja mencukur rambut dan jenggotnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan berumah menuju tak-berumah.
“Dia berdiam meliputi satu penjuru dengan pikiran yang memiliki cinta-kasih, demikian pula kedua, demikian pula ketiga, demikian pula keempat, demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke mana pun, dan kepada semua makhluk seperti pada dirinya sendiri, dia berdiam meliputi seluruh alam-yang-tercakup dengan  pikiran yang memiliki cinta-kasih, melimpah, tinggi, tak-terukur, tanpa rasa permusuhan dan tanpa niat-jahat.
“Dia berdiam meliputi satu penjuru dengan pikiran yang memiliki kasih-sayang …dengan pikiran yang memiliki kegembiraan bersimpati…dengan pikiran yang memiliki ketenang-seimbangan, demikian pula kedua, demikian pula ketiga, demikian pula keempat, demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke mana pun, dan kepada semua makhluk seperti pada dirinya sendiri, dia berdiam meliputi seluruh alam-yang tercakup dengan pikiran yang memiliki ketenang-seimbangan, melimpah, tinggi, tak-terukur, tanpa rasa permusuhan dan tanpa niat-jahat.
6. “Selama delapan-puluh empat ribu tahun Raja Makhadeva memainkan permainan-permainan anak-anak; selama delapan puluh empat ribu tahun dia bertindak sebagai wakil-bupati; selama delapan-puluh empat ribu tahun dia memerintah kerajaan; selama delapan-puluh empat ribu tahun dia memerintah kerajaan; selama delapan-puluh empat ribu tahun dia menjalankan kehidupan suci di Hutan Mangga Makhadeva ini setelah mencukur rambut dan jenggotnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan berumah menuju tak-berumah. Dengan mengembangkan empat kediaman murni, pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, dia berpindah ke alam-brahma.
7-9. “Di akhir banyak tahun, ratusan tahun. Ribuan tahun, putra Raja makhadeva berkata kepada tukang cukurnya demikian: …(seperti di atas, §4-6, dengan “Putra Raja Makhadeva” di seluruh bagian ) … [77,78] … Dengan mengembangkan empat kediaman murni, pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, dia berpindah ke alam-Brahma.
10. Seluruh keturunan putra Raja Makhadeva sampai sejumlah delapan-puluh-empat ribu raja berturut-turut-setelah mencukur rambut dan jenggotnya- mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan berumah menuju tak-berumah di Hutan Mangga Makhadeva ini. Mereka berdiam menyelimuti satu penjuru dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih … dengan kasih-sayang … dengan kegembiraan bersimpati … dengan ketenang-seimbangan … tanpa niat-jahat.
11. “Selama delapan-puluh empat ribu tahun mereka memainkan permainan-permainan anak-anak, selama delapan puluh empat ribu tahun mereka memerintah kerajaan; selama delapan-puluh empat ribu tahun mereka memerintah kerajaan; selaam delapan-puluh empat ribu tahun mereka menjalankan kehidupan suci di Hutan Mangga Makhadeva ini setelah mencukur rambut dan jenggot mereka, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan berumah menuju tak-berumah. Dengan mengembangkan empat kediaman murni, pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, mereka berpindah ke alam-Brahma.
12. “Nimi adalah yang terakhir dari raja-raja itu. Dia adalah raja yang luhur yang memerintah sesuai Dhamma, raja yang agung yang mantap dalam Dhamma. Dia membawakan diri sesuai Dhamma di antara para brahmana dan perumah-tangga, di antara penduduk-kota dan penduduk-desa, dan dia menjalankan hari-hari Uposatha pada hari keempatbelas, kelimabelas, dan kedelapan dari dua-mingguan.
13. “Pernah, Ananda, ketika para dewa dari Alam Tiga-Puluh-Tiga [79] bertemu dan duduk di Perkumpulan Sudhamma, diskusi ini muncul di antara mereka: ‘Merupakan keberuntungan, tuan-tuan, bagi rakyat Videha, merupakan keberuntungan besar bagi rakyat Videha bahwa Raja Nimi mereka adalah raja yang luhur yang memerintah sesuai Dhamma, raja yang agung yang mantap dalam Dhamma. Dia membawakan diri sesuai Dhamma di antara para brahmana dan perumah-tangga, di antara penduduk-kota dan penduduk-desa, dan dia menjalankan hari-hari Uposatha pada hari keempatbelas, kelimabelas, dan kedelapan dari dua-mingguan.
“Kemudian Sakka, penguasa para dewa, berkata kepada para dewa dari Alam Tiga-Puluh-Tiga: ‘Tuan-tuan yang baik, Apakah kalian ingin melihat Raja Nimi?’ – ‘Tuan yang baik, kami ingin melihat Raja Nimi.’
“Pada saat itu, hari Uposatha di hari kelimabelas, Raja Nimi telah mencuci kepalanya dan naik ke ruang istana bagian atas, di mana dia duduk untuk menjalankan Uposatha. Pada saat itu, secepat orang kuat meregangkan lengannya yang tertekuk atau menekuk lengannya yang teregang, Sakka, penguasa para dewa, lenyap dari antara para dewa di Alam Tiga-Puluh-Tiga dan muncul di hadapan Raja Nimi. Sakka berkata: ‘Merupakan keberuntungan bagimu, raja yang agung. Ketika para dewa dari Alam Tiga-Puluh-Tiga bertemu dan duduk di Perkumpulan Sudhamma, diskusi ini muncul di antara meeka: “Merupakan keberuntungan, tuan-tuan, bagi rakyat Videha… kedelapan dari  dua minguan.” Raja yang agung, para dewa ingin melihatmu. Aku akan mengirim kerata kencana yang ditarik seribu keturunan murni untukmu, raja yang agung. Raja yang agung. Naikilah kereta surgawi itu tanpa waswas.’
“Raja Nimi setuju dengan berdiam diri. Kemudian, secepat orang kuat meregangkan lengannya yang tertekuk atau menekuk lengannya yang teregang, Sakka, pengausa para dewa, lenyap dari hadapan Raja Nimi dan muncul di antara para dewa dari Alam Tiga-Puluh-Tiga.
14. “Kemudian Sakka, penguasa para dewa, berbicara kepada kusir kereta kencana Matali demikian: ‘Ayo, Matali yang baik, siapkan sebuah kereta kencana yang ditarik seribu keturunan murni, dan pergilah ke raja Nimi dan berkata: “Raja yang agung, kereta kencana yang ditarik seribu keturunan murni ini telah dikirim untukmu oleh Sakka, penguasa para dewa. Raja yang agung, naikilah kereta surgawi [80] itu tanpa was-was.’”
“Semoga kata-katamu dianggap sakral,’ jawab kusir kereta kencana Matali. Dan setelah menyiapkan kereta kencana yang ditarik seribu keturunan murni, dia pergi ke Raja Nimi dan berkata : ‘Raja yang agung, kereta kencana yang ditarik seribu kuda keturunan murni ini telah dikirim untukmu oleh Sakka, penguasa para dewa. Raja yang agung, naiklah kereta surgawi[80] itu tanpa was-was. Tetapi , raja yang agung, melalui jalan mana saya harus mengantarmu; melalui jalan di mana pelaku-pelaku kejahatan mengalami akibat-akibat dari tindakan-tindakan jahat mereka, atau melalui jalan di mana pelaku-pelaku kebaikan mengalami akibat-akibat dan tindakan-tindakan baik mereka?’ – ‘Lewatkan saya di dia jalan itu, Matali.’812
15. “Matali membawa Raja Nimi ke Perkebunan Sudhamma. Sakka, penguasa para dewa, melihat Raja Nimi datang dari kejahuan dan berkata kepadanya:’Mari, raja Yang agung! Selamat datang, raja yang agung! Para dewa dari Alam Tiga-Puluh-Tiga, raja yang agung, yang duduk di Perkumpulan Sudhamma, telah mengungkapkan diri demikian:”Merupakan keberuntungan, tuan-tuan, bagi rakyat Videha … kedelapan dari dua-mingguan. Raja yang agung, para dewa dari alam Tiga-Puluh-Tiga ingin melihatmu. Raja yang agung, nikmatilah kekuatan surgawi di antara para dewa.’
“Cukup, tuan-tuan yang baik. Biarlah kusir membawaku kembali ke Mitthila. Di sana saya akan membawakan diri sesuai Dhamma di antara para brahmana dan perumah-tangga, di antara penduduk-kota dan penduduk-desa; di sana saya akan menjalankan hari-hari Uposatha pada hari keempatbelas, kelimabelas, dan kedelapan dari dua-mingguan.’
16. “Kemudian, Sakka, penguasa para dewa, memberitahu kusir Matali. Dan setelah menyiapkan kereta kencana yang ditarik seribu keturunan murni, dia membawa Raja Nimi kembali ke Mithila, Dan di sana, memang, Raja Nimi membawakan diri sesuai Dhamma di antara para brahmana dan perumah-tangga, di antara penduduk-kota dan penduduk-desa; dan di sana[81] dia menjalankan hari-hari Uposatha pada hari keempatbelas, kelimabelas, dan kedelapan dan dua-mingguan.
17-19.’Kemudian di akhir banyak tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, Raja Nimi berkata kepada tukang cukurnya demikian: … (seperti di atas,§4-6, dengan “Raja Nimi” di seluruh bagian)…9820 … Dengan mengembangkan empat kediaman murni, pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, dia berpindah ke alam-Brahma.
20 . “Raja Nimi mempunyai seorang putra bernama kalarajanaka. Dia tidak meninggalkan kehidupan berumah menuju tak-berumah. Dia memutus praktek yang bagus itu. Dia adalah manusia terakhir di antara mereka.
21. “Ananda, mungkin saja engkau berpikir demikian: ‘Tentu saja, ada orang lain yang dulunya adalah Raja Makhadeva.’ Tetapi janganlah dianggap demikian. Akulah Raja Makhadeva pada saat itu, Akulah yang mengadakan praktek yang baik itu dan generasi-generasi selanjutnya melanjutkan praktek yang baik yang diadkan olehku. Tetapi praktek semacam itu tidak membawa menuju ketidak-tertarikan. Menuju hilangnya-nafsu, menuju penghentian, menuju kedamaian, menuju pengetahuan langsung, menuju pencerahan, menuju Nibbana, melainkan hanya menuju kemunculan di alam-Brahma. Namun ada jenis praktek yang baik yang diadakan olehku sekarang, yang membawa menuju ketidak-tertarikan total, menuju hilangnya-nafsu, menuju penghentian, menuju kedamaian, menuju pengetahuan langsung, menuju pencerahan, menuju Nibbana. Dan apakah praktek yang baik itu? Itu adalah Jalan Mulia Berunsur-Delapan; Yaitu, pandangan benar, niat benar, ucapan benar, tindakan benar, penghidupan benar, [83] usaha benar, kewaspadaan benar, dan konsentrasi benar. Inilah praktek bagus yang diadakan olehku sekarang, yang membawa menuju ketidak-tertarikan total, menuju hilangnya-nafsu, menuju penghentian, menuju kedamaian, menuju pengetahuan langsung, menuju pencerahan, menuju Nibbana.
“Ananda, kukatakan kepadamu; lanjutkanlah praktek yang baik yang diadakan olehku dan janganlah menjadi manusia terakhir. Ananda, jika ada dua orang yang hidup, dia yang dibawahnya muncul pelanggaran praktek yang baik ini – dialah manusia terakhir di antara keduanya itu. Maka, Ananda, kukatakan kepadamu: lanjutkanlah praktek yang baik yang diadakan olehku ini dan janganlah menjadi manusia terakhir.”813
Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi Y.M. Ananda merasa puas dan bergembira di dalam kata-kata Yang Terberkahi.Catatan
806
Lihat Makhadewa Jakata (No.9) dan Nimi Jakata (No. 54). Raja Makhadeva dan Raja Nimi adalah kelahiran-kelahiran Buddha Gotama sebelumnya.
807
Hutan itu mulanya ditanami oleh Makhadeva sehingga namanya masih dipakai.
808
MA: Dia telah mantap dalam sepuluh jenis tindakan yang bajik.
809
Uposatha merupakan hari praktek keagamaan di India kuno, juga diserap seperti itu ke dalam Buddhisme. Lihat n.59.
810
Menurut kosmologi Buddhis, masa hidup manusia berkisar antara minimum sepuluh tahun dan maksimum ribuan tahun. Makhadeva hidup pada suatu zaman di mana masa kehidupan ada di ujung panjang spektrum itu.
811
Tentang “utusan-utusan surgawi” – Tanda-tanda peringatan usia tua, penyakit, dan kematian – lihat MN 130.
812
MA: Matali membawanya pertama-tama ke neraka-neraka, kemudian dia berbalik dan membawanya melewati alam surgawi.
813
MA: Praktek yang baik ini sedang diputus oleh seorang bhikkhu yang luhur apabila dia berpikir, “Aku tidak bisa mencapai tingkat arahat” dan tidak mengerahkan energi. Praktek yang baik ini telah diputus oleh bhikkhu yang rusak. Praktek yang baik ini sedang dilanjutkan oleh tujuh sekha. Praktek yang baik ini telah dilanjutkan oleh Arahat.