Selasa, 21 Februari 2012

MARATAJJANIYA SUTTA

[332] 1. Demikian yang saya dengar. Pada suatu ketika, Y.M. Maha Moggallana sedang berdiam di negeri Bhagga di Sumsumaragira di Hutan Bhesakala, di Taman Rusa.
2. Pada saat itu, Y.M. Maha Moggallana sedang berjalan hilir mudik di udara terbuka. Dan pada saat itu Mara Si Jahat masuk ke perut Y.M. Maha Moggallana dan memasuki ususnya. Kemudian Y.M. Maha Moggallana mempertimbangkan demikian: “Mengapa perutku sangat berat? Orang akan berpikir perutku penuh kacang-kacangan.” Maka dia berhenti berjalan-jalan dan masuk ke kediamannya. Di situ dia duduk di tempat duduk yang telah disiapkan.
3. Setelah duduk, beliau memperhatikan dirinya dengan seksama, dan beliau melihat bahwa Mara Si Jahat telah masuk ke perutnya dan memasuki ususnya. Ketika melihat hal ini, beliau berkata: “Keluarlah, Si Jahat! Keluarlah, Si Jahat! Jangan mengganggu Sang Tathagata, jangan mengganggu siswa Tahtagata, atau, hal itu akan membawamu pada kerugian dan penderitaan yang lama.”
4. Mara Si Jahat berpikir: “Petapa ini mengenalku. Dia melihatku ketika berkata demikian. Bahkan gurunya saja tidak mengenalku demikian cepat, bagaimana siswa ini bisa mengenalku?’
5. Maka Y.M. Maha Moggallana berkata: “Walaupun begitu, aku mengenalmu, Si Jahat. Janganlah berpikir: ‘Dia tidak mengenalku.’ Engkau adalah Mara, Si Jahat. Tadi engkau sedang berpikir demikian, Si Jahat: ‘Petapa ini tidak mengenalku. Dia tidak melihatku ketika berkata demikian. Bahkan gurunya saja tidak mengenalku demikian cepat, bagaimana siswa ini bisa mengenalku?’”
6. Maka Mara Si Jahat berpikir: “Petapa ini tidak mengenalku. Dia tidak melihatku ketika berkata demikian,” dan dengan demikian dia keluar dari mulut Y.M. Maha Moggallana dan berdiri bersandar pada palang pintu.
7. Y.M. Maha Moggallana melihatnya berdiri di sana dan berkata: “Aku melihatmu di sana juga, Si Jahat. Janganlah berpikir: ‘Dia tidak melihatku. ‘Engkau sedang berdiri bersandar pada palang pintu, Si Jahat.
8. “Pernah terjadi satu kali, Si Jahat, bahwa aku adalah Mara yang bernama Dusi,517 dan aku mempunyai saudara perempuan bernama Kali. Pada waktu itu, engkau adalah anak lelakinya, sehingga dulu engkau adalah keponakanku.
9. “Nah, pada waktu itu Yang Terberkahi Kakusandha, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, telah muncul di dunia.518 Yang Terberkahi Kakusandha, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, mempunyai sepasang siswa utama yang luar biasa, bernama Vidhura dan Sanjiva. Di antara semua siswa Yang Terberkahi Kakusandha, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, tidak ada yang setara dengan Y.M. Vidhura di dalam mengajarkan Dhamma. Itulah sebabnya Y.M. Vidhura menjadi memiliki nama Vidhura.’519 Tetapi, Y.M. Sanjiva, yang pergi ke hutan di akar pohon atau gubug kosong, tanpa kesulitan masuk ke dalam berhentinya persepsi dan perasaan.
10. “Pernah terjadi satu kali, Si jahat, bahwa Y.M. Sanjiva telah duduk di akar sebuah pohon dan masuk ke dalam berhentinya persepsi dan perasaan. Beberapa penggiring sapi, gembala, dan pembajak yang lewat melihat Y.M. Sanjiva duduk di akar sebuah pohon dan masuk ke dalam berhentinya persepsi dan perasaan. Mereka berpikir: ‘Sungguh luar biasa, tuan-tuan, sungguh hebat! Ada petapa yang duduk ini, yang sudah mati. Mari kita kremasikan.” Maka para pengiring sapi, gembala, dan pembajak itu mengumpulkan rumput, kayu, dan tahi sapi, Setelah menumpuknya di atas tubuh Y.M. Sanjiva, mereka membakarnya dan melanjutkan perjalanan.
11. “Si Jahat, ketika malam telah berakhir, Y.M. Sanjiva muncul dari pencapaian itu.520 Dia menggoyangkan jubahnya, dan kemudian, karena sudah pagi, dia berpakaian, mengambil mangkuk dan jubah luarnya. Lalu beliau pergi ke desa untuk mengumpulkan dana makanan. Para pengiring sapi, gembala, dan pembajak yang lewat melihatnya Y.M. Sanjiva berkelana mengumpulkan dana makanan, dan mereka berpikir: ‘Sungguh luar biasa, sungguh hebat! Petapa yang kemarin duduk di sana meninggal telah hidup lagi! [334] Demikianlah bagaimana Sanjiva mendapat nama ‘Sanjiva’.521
12 “Kemudian, Si Jahat, Mara Dusi mempertimbangkan demikian: ‘Ada bhikkhu-bhikkhu luhur yang mempunyai karakter yang baik, tetapi aku tidak mengetahui kedatangan atau kepergiannya. Biarlah aku sekarang menguasai para perumah-tangga brahmana, dan memberitahu mereka: “Datanglah sekarang, maki-makilah, cercalah, omelilah, dan lecehkan bhikkhu-bhikkhu luhur yang mempunyai karakter yang baik; dengan demikian, mungkin setelah mereka dimaki-maki, dicerca, diomeli, dan dilecehkan olehmu, akan muncul perubahan di pikiran mereka sehingga Mara Dusi bisa memperoleh kesempatan.”’522
13 “Kemudian, Si Jahat, Mara Dusi menguasai para perumah-tangga brahmana itu, dengan memberitahu mereka: ‘Datanglah sekarang, maki-makilah, cercalah, omelilah, dan lecehkan bhikkhu-bhikkhu luhur yang mempunyai karakter yang baik; sehingga mungkin setelah mereka dimaki-maki, dicerca, diomeli, dan dilecehkan olehmu, akan muncul perubahan di pikiran mereka sehingga Mara Dusi bisa memperoleh kesempatan.’ Kemudian, ketika Mara Dusi telah menguasai para perumah tangga brahmana, mereka memaki-maki, mencerca, mengomeli dan melecehkan para bhikkhu luhur yang berwatak baik dengan cara demikian:523 ‘Para pertapa gundul ini, keturunan rendah kehitam-hitaman dari kaki Sanak Saudara,524 menyatakan: “Kami meditator, kami meditator!” dan dengan bahu terkulai, kepala tertunduk serta semuanya kendor, mereka bermeditasi, pra-meditasi, keluar-meditasi, salah-meditasi.525 Persis seperti seekor burung hantu – yang menunggu tikus – bermeditasi, pra-meditasi, keluar-meditasi, dan salah-meditasi, atau seperti seekor serigala – di tepi sungai menunggu ikan – bermeditasi, pra-meditasi, keluar-meditasi, dan salah-meditasi, atau bagaikan seekor kucing – didekat tiang pintu atau tong-sampah atau saluran buangan menunggu tikus-bermeditasi, pra-meditasi, keluar-meditasi, dan salah-meditasi, atau bagaikan seekor keledai tanpa muatan- yang berdiri dekat tiang pintu atau tong-sampah atau saluran buangan-bermeditasi, pra-meditasi, keluar-meditasi, dan salah-meditasi, begitu pula pertapa-pertapa gundul ini, keturunan rendah kehitam-hitaman dari kaki Sanak Saudara, menyatakan: “Kami meditator, kami meditator!” dan dengan bahu terkulai, kepala tertunduk serta semuanya kendor, mereka bermeditasi, pra-meditasi, keluar-meditasi, salah-meditasi.’ Nah, Si Jahat, pada kesempatan itu sebagian besar manusia ini, ketika meninggal, pada saat hancurnya tubuh, setelah mematikan, muncul kembali di dalam keadaan kekurangan, di tempat tujuan yang tidak bahagia, di dalam penderitaan berkepanjangan, bahkan di neraka. [335]
14. “Kemudian Yang Terberkahi Kakusandha, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, berkata kepada para bhikkhu demikian: ‘Para bhikkhu, Mara Dusi telah menguasai para perumah tangga brahmana, dengan memberitahu mereka: “Datanglah sekarang, maki-makilah, cercalah, omelilah, dan lecehkkan bhikkhu-bhikkhu luhur yang mempunyai karakter yang baik; dengan demikian mungkin setelah mereka dimaki-maki, dicerca, diomeli, dan dilecehkan olehmu, akan muncul perubahan di pikiran mereka sehingga Mara Dusi bisa memperoleh kesempatan.” Marilah, para bhikkhu, berdiamlah meliputi satu perempat bagian dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih, demikian pula perempat bagian kedua, demikian pula perempat bagian ketiga, demikian pula perempat bagian keempat; demikian pula di atas, di bawah, disekeliling, dan dimana-mana, dan kepada semua seperti pada dirinya sendiri, berdiamlah meliputi seluruh dunia yang mencakup-seluruhnya dengan pikiran yang dipenuhi cinta-kasih, melimpah, agung, tak-terukur, tanpa permusuhan dan tanpa niat-jahat. Berdiamlah meliputi satu perempat bagian dengan pikiran yang dipenuhi kasih sayang …. Dengan pikiran yang dipenuhi kegembiraan simpati….dengan pikiran yang dipenuhi ketenang-seimbangan….melimpah, agung, tak-terukur, tanpa permusuhan dan tanpa niat-jahat.’526
15. “Jadi, Si jahat, ketika para bhikkhu itu telah dinasehati dan diberi instruksi demikian oleh Yang Terberkahi Kakusandha, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, kemudian mereka pergi ke hutan atau ke akar pohon atau gubuk kosong. Mereka berdiam meliputi satu perempat bagian dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih …. dengan pikiran yang dipenuhi kasih sayang…dengan pikiran yang dipenuhi kegembiraan simpati…dengan pikiran yang dipenuhi ketenang-seimbangan …. melimpah, agung, tak-terukur, tanpa permusuhan dan tanpa niat-jahat.
16. “Kemudian, Si Jahat, Mara Dusi mempertimbangkan demikian: ‘Walaupun aku melakukan apa yang sedang kulakukan ini, tetap saja aku tidak mengetahui kedatangan atau kepergian para bhikkhu luhur yang mempunyai karakter yang baik ini. Biarlah sekarang aku menguasai para perumah-tangga brahmana ini, dengan, memberitahu mereka: “Datanglah sekarang, hormati, hargai, puja, dan junjung tinggilah para bhikkhu luhur yang baik karaktenya;[336] dengan demikian, mungkin jika mereka dihormati, dihargai, dipuja dan dijunjung tinggi oleh kalian, akan muncul perubahan di pikiran mereka sehingga Mara Dusi bisa memperoleh kesempatan.”’527
17. “Maka, Si Jahat, Mara Dusi menguasai para perumah-tangga brahmana itu dengan memberitahu mereka: “Datanglah sekarang, hormati, hargai, puja, dan junjung tinggilah para bhikkhu luhur yang mempunyai karakter yang baik;[336] dengan demikian, mungkin jika mereka dihormati, dihargai, dipuja dan dijunjung tinggi oleh kalian, akan muncul perubahan di pikiran mereka sehingga Mara Dusi bisa memperoleh kesempatan.’ Maka, setelah Mara Dusi menguasai para perumah-tangga brahmana itu, mereka menghormati, menghargai, memuja dan menjunjung tinggi para bhikkhu luhur yang mempunyai karakter yang baik itu. Si Jahat, pada waktu itu sebagian besar manusia ini, ketika meninggal, pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, muncul kembali di tempat tujuan yang membahagiakan, bahkan di alam surga.
18. ‘Jadi, Si Jahat, Yang Terberkahi Kakussandha, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, berbicara kepada para bhikkhu demikian: ‘Para bhikkhu, Mara Dusi telah menguasai para perumah-tangga brahmana dengan memberitahu mereka: “Datanglah sekarang, hormati, hargai, puja, dan junjung tinggilah para bhikkhu luhur yang mempunyai karakter yang baik itu; dengan demikian, mungkin jika mereka dihormati, dihargai, dipuja dan dijunjung tinggi oleh kalian, akan muncul perubahan di pikiran mereka sehingga Mara Dusi bisa memperoleh kesempatan.” Marilah, para bhikkhu, berdiamlah merenungkan sifat menjijikkan di dalam tubuh, memahami sifat memuakkan di dalam makanan, memahami ketidak-tertarikan pada semua alam, merenungkan ketidak-kekalan di dalam semua bentukan.’528
19. ‘Jadi, Mara Si Jahat, ketika para bhikkhu telah diberitahu dan diberi instruksi oleh Yang Terberkahi Kakusandha, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, kemudian mereka pergi ke hutan atau akar pohon atau gubuk kosong. Mereka berdiam merenungkan sifat menjijikan di dalam tubuh, memahami sifat memuakkan di dalam makanan, memahami ketidak-tertarikan pada semua alam, merenungkan ketidak-kekalan di dalam semua bentukan.
20. “Pada saat pagi menjelang, Yang Terberkahi Kakusandha, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, berpakaian, membawa mangkuk dan jubah luarnya, pergi ke desa untuk mengumpulkan dana makanan dengan ditemani oleh Y.M. Vidhura sebagai pengiringnya.
21. “Kemudian, Mara Dusi menguasai seorang anak. Anak itu mengambil batu dan melemparkannya ke kepala Y.M. Vidhura dan melukainya. Dengan darah yang mengalir dari kepala yang terluka, [337] Y.M. Vidhura mengikuti persis di belakang Yang Terberkahi Kakusandha, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan. Kemudian Yang Terberkahi Kakusandha, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, berbalik dan memandangnya dengan tatapan-gajah: ‘Mara Dusi ini tidak mengenal batas.’ Dengan tatapan itu, Si Jahat, Mara Dusi jatuh dari tempat itu dan muncul kembali di Neraka Besar.529
22. “Si Jahat, ada tiga nama untuk Neraka Besar: neraka enam landasan untuk kontak, neraka penyulakan dengan pancang, dan neraka yang harus dirasakan oleh diri sendiri.530 Kemudian, Si Jahat, penjaga-penjaga neraka datang padaku dan berkata: ‘Tuan yang baik, ketika pancang bertemu pancang di jantungmu, maka kamu akan tahu: “Aku telah terpanggang di neraka selama seribu tahun.”’
23. “Selama bertahun-tahun, Mara Si Jahat, selama berabad-abad, selama ribuan tahun, aku terpanggang di Neraka Besar itu. Selama sepuluh ribu tahun aku terpanggang di tambahan Neraka Besar tersebut, mengalami perasaan yang disebut kemunculan dari kematangan.531 tubuhku memiliki bentuk yang sama sebagai manusia, Si Jahat, tetapi kepalaku berbentuk kepala ikan.
24. “Dengan apakah neraka dapat dibandingkan
Yang di dalamnya Dusi terpanggang, penyerang
Vidhura sang siswa
Dan brahmana Kakusandha?532
Pancang-pancang baja, bahkan seratus,
Masing-masing diderita secara terpisah;
Ini dapat dibandingkan dengan neraka
Yang di dalamnya Dusi terpanggang, penyerang
Vidhura sang siswa
Dan brahmana Kakusandha.
Si Gelap, engkau masih akan banyak menderita
Dengan menyerang bhikkhu semacam itu,
Siswa Yang Tercerahkan
Yang langsung mengetahui kenyataan ini.
25 “Di tengah samudera
Terdapat istana-istana yang bertahan berkalpa-kalpa,
Bersinar-safir, memancar bagai api,
Dengan kemilau tembus pandang yang jernih,
Di mana peri-peri laut yang berwarna-warni menari
Dengan ritme yang kompleks dan rumit,
Si Gelap, engkau masih akan banyak menderita …
Yang langsung mengetahui kenyataan ini.
26. “Saya adalah dia yang, ketika didesak
Oleh Yang Tercerahkan sendiri,
Telah menggoncangkan Istana Ibu Migara
Dengan jari kakinya, sementara Sangha memandang.533
Si Gelap, engkau harus banyak menderita….
Yang langsung mengetahui kenyataan ini.
27 “Saya adalah dia yang, dengan mantap memiliki
Kekuatan kesaktian-kesaktian supranormal,
Menggoncang seluruh Istana Vejayanta
Dengan jari kaki untuk membuat murka para dewa:534 [338]
Si Gelap, engkau masih akan banyak menderita…
Yang langsung mengetahui kenyataan ini.
28. “Saya adalah dia yang, di istana itu,
Mengajukan kepada Sakka pertanyaan ini:
‘Apakah engkau mengetahui, sahabat, pembebasan
Yang disebabkan oleh hancur totalnya nafsu keserakahan?’
Sakka kemudian menjawab
Dengan tulus pertanyaan yang diajukan kepadanya:535
Si Gelap, engkau masih akan banyak menderita…
Yang langsung mengetahui kenyataan ini.
29. ‘Saya adalah dia yang telah berpikir mengajukan
Kepada Brahma pertanyaan ini
Di Aula Sudhamma di surga:
‘Apakah masih ada di dalam dirimu, sahabat,
Pandangan salah yang telah pernah engkau terima?
Apakah cemerlangnya surga
Terlihat jelas olehmu ketika lewat?’
Brahma kemudian menjawab pertanyaanku
Dengan tulus, dan sesuai urutan:
‘Tak lagi ada dalam diriku,
Tuan, pandangan salah yang pernah kumiliki;
Seluruh cemerlangnya surga
Sekarang saya lihat dengan jelas ketika lewat;
Saya membatalkan pernyataanku sebelumnya
Bahwa itu kekal, abadi’:536
Si Gelap, engkau masih akan banyak menderita….
Yang langsung mengetahui kenyataan ini.
30. “Saya adalah dia yang, melalui pembebasan,
Telah menyentuh puncak Gunung Sineru,
Mengunjungi India dan Pubbavideha
Dan semua bagian bumi.537
Si Gelap, engkau masih akan banyak menderita
Dengan menyerang bhikkhu semacam itu,
Siswa Yang Tercerahkan
Yang langsung mengetahui kenyataan ini.
31. “Belum pernah ditemukan api
Yang berniat, ‘Biarlah saya membakar di tolol,’
Tetapi orang tolol yang menyerang api
Membakar dirinya dengan kelakuannya.
Begitu juga denganmu, O Mara:
Dengan menyerang Tathagata,
Bagaikan si tolol yang bermain dengan api
Engkau hanya membakar dirimu sendiri saja.
Dengan menyerang Tathagata
Engkau membuat banyak karma buruk,
Si Jahat, apakah engkau membayangkan
Bahwa kejahatanmu tidak akan matang?
Dengan melakukan ini, engkau menimbun kejahatan
Yang akan berlangsung lama, O, Pembuat-akhir!
Mara, jauhilah Yang Tercerahkan
Jangan lagi memainkan tipu muslihatmu pada para bhikkhu.”
Maka bhikkhu tersebut menginsyafkan Mara
Di dalam hutan Bhesakala
Dan kemudian makhluk halus yang muram itu
Lenyap pada waktu itu dan di situ juga.
Catatan :
(517) Nama itu berarti “Si Koruptor” atau “Yang Terkorupsi.” Di dalam konsep Buddhis tentang alam semesta, posisi Mara, seperti halnya posisi Maha Brahma, merupakan posisi tetap yang diterima oleh berbagai individu sesuai dengan karma mereka.
(518) Kakusandha adalah Buddha pertama yang muncul di siklus kosmologi sekarang ini, yang disebut “Masa yang Menjanjikan Keberuntungan.” Beliau diikuti oleh Buddha Konagamana dan Kassapa, dan baru sesudahnya kemudian muncul Buddha Gotama ini.
(519) Nama itu berarti “yang Tak-Tertandingi.”
(520) Tampaknya, orang yang telah sampai pada penghentian tidak bisa terkena cedera atau kematian di dalam pencapaian itu sendiri. Di Vsm XXIII, 37 dikatakan bahwa pencapaian itu bahkan juga melindungi harta bendanya-seperti misalnya jubah dan tempat duduk – dari kehancuran.
(521) Nama itu berarti “Yang Bertahan Hidup.”
(522) Yaitu, dengan menyebabkan kekotoran batin muncul di pikiran mereka, dia akan mencegah mereka sehingga tidak bisa lolos dari samsara.
(523) MA Bersusah-payah menunjukkan bahwa Mara tidak menggunakan kendalinya atas tindakan-tindakan mereka, dalam hal itu dia sendiri yang bertanggung jawab dan para brahmana tidak dapat membangkitkan kamma buruk melalui perbuatan-perbuatan mereka. Sebaliknya, mara menyebabkan para brahmana membayangkan pemandangan-pemandangan tentang para bhikkhu yang terlibat dalam perilaku tak pantas, dan hal ini menggugah permusuhan mereka dan menyebabkan mereka mengusik para bhikkhu. Mara melakukan hal itu dengan tujuan untuk membuat para bhikkhu marah dan kesal.
(524) “Sanak Saudara” (Bandhu) adalah Brahma, yang disebut demikian oleh para brahmana karena mereka menganggapnya sebagai nenek moyang asli mereka. MA menjelaskan bahwa merupakan kepercayaan di antara para brahmana bahwa mereka sendiri merupakan keturunan dari mulut Brahma, para khattiya dari dada Brahma, para vessa dari perut Brahma, para sudda dari kaki Brahma, dan para samana dari tapak kaki Brahma.
(525) Jhayanti pajjhayanti nijjhayanti apajjhayanti. Walaupun masing-masing kata-kata kerja itu tidak memiliki pengertian merendahkan yang telah terbukti, rentetannya jelas dimaksudkan sebagai penghinaan. Di MN 108.26 empat kata kerja itu digunakan untuk menjelaskan meditasi seseorang yang pikirannya terobsesi oleh lima rintangan.
(525) Empat brahmavihara adalah penangkal yang cocok untuk rasa permusuhan pada orang lain, dan juga untuk kecenderungan terhadap kemarahan dan kekesalan di dalam pikirannya sendiri.
(527) Kali ini Mara berniat untuk menyebabkan para bhikkhu jatuh ke dalam kesombongan, kemalasan, dan kelalaian.
(528) MA mengutip sutta (AN 7:46/iv.46-53) yang menyatakan bahwa empat meditasi ini merupakan penangkal – secara berturut-turut untuk nafsu seksual, nafsu keserakahan untuk citarasa, ketertarikan pada dunia, dan tergila-gila pada perolehan, kehormatan, dan pujian.
(529) MA: Pandangan gajah (nagapalokita) berarti bahwa tanpa memutar lehernya, Beliau membalikkan seluruh tubuh untuk melihat. Mara Dusi tidak mati karena pandangan gajah Sang Buddha, melainkan karena karma buruk-yang dibangkitkannya sebagai akibat menyalahi seorang siswa agung – telah memutuskan kehidupannya persis di situ juga.
(530) Neraka Besar, di sebut juga Avici, digambarkan secara lebih terperinci di MN 130. 16-19.
(531) MA: Perasaan ini, yang dialami di bagian pinggir (ussada) Neraka Besar, dikatakan lebih menyakitkan dari pada perasaan yang dialami di Neraka Besar itu sendiri.
(532) Buddha Kakusandha disebut juga brahmana dalam arti MN 39.24.
(533) Acuan ini adalah untuk SN 51:14/v.269-70.
(534) Lihat MN 37.11
(535) Lihat MN 37.12.
(536) Acuan ini adalah untuk SN 6:5/i.145.
(537) Syair ini mengacu pada penguasaan Y.M. Moggallana atas kekuatan supra-normal yaitu berjalan di udara seperti burung.