Senin, 20 Februari 2012

SALLEKHA SUTTA

Demikian yang saya dengar.
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, Anathapindika Arama, Savatthi. Di waktu malam Bhikkhu Mahacunda bangun dari meditasi, ia pergi menemui Sang Bhagava, memberi hormat kepada Beliau dan ia duduk. Setelah ia duduk ia berkata:
“Bhante, ada banyak pandangan yang muncul di dunia, di antaranya adalah pandangan-pandangan yang berkaitan dengan atta ditthi (pandangan tentang ada jiwa) dan loka ditthi (pandangan tentang dunia). Apakah pelenyapan atau pemusnahan pandangan-pandangan seperti itu dilakukan oleh bhikkhu karena ia hanya memperhatikan tentang permulaan?”
“Bagaimanapun pandangan-pandangan itu muncul, dasarnya dan pelaksanaannya, bilamana seorang melihat (dasarnya) sebagaimana itu apa adanya, dengan pengertian benar seperti: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan jiwaku,’ maka dengan cara ini ia membuang pandangan itu, demikian pula ia melenyapkan pandangan-pandangan itu.
Mungkin seseorang bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma yang tak berguna, mencapai dan berada pada Jhana I dengan vitakka, vicara, piti dan sukkha karena ketenangan. Ia mungkin berpikir: ‘Saya berada dalam pemusnahan’. Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut ‘pemusnahan’ dalam ariya vinaya; hal ini disebut: ‘keadaan yang menyenangkan di sini dan sekarang’ dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan menghilangkan vitaka dan vicara, ia mencapai dan berada pada Jhana II dengan keyakinan, pikiran terpusat (ekagata), piti, sukha yang muncul karena meditasi, tanpa vitaka dan vicara. Ia mungkin berpikir: ‘Saya berada dalam pemusnahan’. Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut ‘pemusnahan’ dalam ariya vinaya, hal ini disebut: ‘keadaan menyenangkan di sini dan sekarang’ dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melenyapkan piti, ia berada dalam keadaan seimbang, sadar dan sangat waspada, bahagia dengan tubuh ia mencapai dan berada pada Jhana III. Ia mungkin berpikir: ‘Saya berada dalam pemusnahan’, Tetapi … dalam Ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melenyapkan kebahagiaan dan ketidakbahagiaan, dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan dan kesusahan. Ia mencapai dan berada pada Jhana IV dengan tanpa kebahagiaan, tanpa ketidakbahagiaan, kesadarannya bersih karena keseimbangan ia mungkin berpikir: ‘Saya berada dalam pemusnahkan.’ Tetapi… dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampaui penerangan tentang jasmani (rupa) dengan lenyapnya pencerapan … tanpa perhatian pada pencerapan dan perbedaan (menyadari bahwa) ‘ruang tanpa batas’, ia mencapai dan berada pada ‘kondisi ruang tanpa batas’. Ia mungkin berpikir: … ini yang disebut ‘ketenangan’ dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampau kondisi ruang tanpa batas (menyadari bahwa): ‘kesadaran tanpa batas’, ia mencapai dan berada pada keadaan kesadaran tanpa batas, ia berpikir … ini yang disebut keadaan ketenangan dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampaui kondisi kesadaran tanpa batas; (menyadari bahwa) ‘kekosongan’, ia mencapai dan berada pada ‘kondisi kekosongan’. Ia berpikir: … ini yang disebut keadaan ‘ketenangan’ dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampaui alam kekosongan; ia mencapai dan berada pada kondisi ‘bukan pencerapan atau bukan tidak pencerapan’ ia berpikir: saya berada pada pemusnahan; Tetapi pencapaian ini bukan disebut pemusnahkan dalam ariya dhamma; ini disebut ‘keadaan tenang’ dalam ariya vinaya.
Pemusnahan akan efektif dalam:
  1. Orang lain kejam; kita tidak akan kejam.
  2. Orang lain membunuh; kita menghindar dari membunuh.
  3. Orang lain mengambil barang yang tak diberikan, kita tidak mengambil barang yang tidak diberikan.
  4. Orang lain tidak mau hidup brahmacari, kita hidup brahmacari.
  5. Orang lain bicara bohong, kita menghindarkan diri untuk bohong.
  6. Orang lain memfitnah, kita menghindarkan diri untuk memfitnah.
  7. Orang lain bicara kasar, kita menghindarkan diri untuk bicara kasar.
  8. Orang lain melakukan gosip, kita menghindarkan diri untuk melakukan gosip.
  9. Orang lain serakah, kita tidak serakah.
  10. Orang lain iri hati, kita tidak iri hati.
  11. Orang lain berpandangan salah, kita berpandangan benar.
  12. Orang lain berpikir salah, kita berpikir benar.
  13. Orang lain berucap salah, kita berucap benar.
  14. Orang lain berperbuatan salah, kita berperbuatan benar.
  15. Orang lain bermata pencaharian salah, kita bermata pencaharian benar.
  16. Orang lain berusaha salah, kita berusaha benar.
  17. Orang lain berperhatian salah, kita berperhatian benar …
  18. Orang lain bermeditasi salah, kita bermeditasi benar …
  19. Orang lain berpengetahuan salah, kita berpengetahuan benar…
  20. Orang lain berpembebasan salah, kita berpembebasan benar …
  21. Orang lain dikuasai ngantuk dan tidur, kita tidak dikuasi ngantuk dan tidur …
  22. Orang lain kacau, kita tidak kacau …
  23. Orang lain tak tentu, kita pasti …
  24. Orang lain marah, kita tidak marah…
  25. Orang lain bermusuhan, kita bersahabat …
  26. Orang lain menghina, kita tidak menghina …
  27. Orang lain menguasai, kita tidak menguasai …
  28. Orang lain cemburu, kita tidak cemburu …
  29. Orang lain kikir, kita tidak kikir …
  30. Orang lain penipu, kita tidak menipu …
  31. Orang lain pembohong, kita tidak membohong…
  32. Orang lain keras kepala (bandel), kita tidak keras kepala…
  33. Orang lain angkuh, kita tidak angkuh …
  34. Orang lain sulit dinasehati, kita mudah dinasehati …
  35. Orang lain berkawan dengan orang jahat, kita berkawan dengan orang baik …
  36. Orang lain lalai, kita rajin …
  37. Orang lain tak berkeyakinan, kita berkeyakinan …
  38. Orang lain tidak hati-hati, kita hati-hati …
  39. Orang lain tidak tahu malu, kita tahu malu …
  40. Orang lain belajar sedikit, kita belajar banyak …
  41. Orang lain malas, kita bersemangat …
  42. Orang lain tak waspada, kita waspada …
  43. Orang lain berpengertian kurang, kita berpengertian …
  44. Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-pandangan pribadinya, ngotot, mempertahankan pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu; kita tidak akan salah mengerti pada pandangan-pandangan pribadi itu dan akan mudah memusnahkan pandangan-pandangan itu; …
Walaupun perkembangan batin dalam kusala dhamma (dhamma yang baik) adalah sangat penting, maka apakah yang harus dikatakan untuk aktivitas tubuh dan ucapan sebagai akibat hal-hal itu? Kita harus berpikir sebagai berikut:
  1. Orang lain kejam, kita tidak akan kejam.
  2. Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan …
Misalnya, ada jalan tak rata dan tak ada jalan rata yang dapat digunakan untuk menghindari jalan tak rata itu. Maka begitu pula:
  1. Orang kejam, karena tak memiliki sifat tak kejam untuk menghindarkannya.
  2. Orang pembunuh, karena tak memiliki pantangan membunuh untuk menghindarkannya.
  3. … mengambil barang yang tak diberikan, karena tak memiliki pantangan untuk tak mengambil barang yang tak diberikan untuk menghindarkannya.
  4. Orang tidak hidup brahmacari, karena hidup brahmacari untuk menghindarkannya.
  5. Orang yang berbohong, karena tak memiliki kejujuran untuk menghindarkannya.
  6. … memfitnah, karena … dan seterusnya.
  7. … dst. …. 43 (materi dasarnya seperti di atas).
Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak ngotot dan mudah memusnahkannya, sebagai cara untuk menghindarinya.
Bagaimanapun akusala dhamma (dhamma tak baik) itu, dhamma seperti itu mengarah ke kondisi yang rendah; sebaliknya, bagaimanapun kusala dhamma (dhamma baik) itu, dhamma seperti itu mengarah ke kondisi lebih tinggi. Dengan demikian:
  1. Orang yang kejam, tidak memiliki tanpa-kekejaman sebagai kondisi lebih tinggi.
  2. Orang yang membunuh, tidak memiliki pantangan membunuh sebagai kondisi lebih tinggi.
  3. - 43 …
44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian, benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak ngotot dan mudah memusnahkannya, adalah kondisi lebih tinggi.
Orang yang menggapai-gapai (menyelamatkan diri) dalam rawa untuk menyelamatkan orang lain yang mengapai-gapai dalam rawa adalah tidak mungkin; orang yang tidak berada dalam rawa dapat menyelamatkan orang yang menggapai-gapai dalam rawa adalah mungkin. Orang tidak terlatih, tidak disiplin dan tidak mencapai nibbana akan melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah tidak mungkin; orang yang terlatih, disiplin dan telah mencapai nibbana bila melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah mungkin. Begitu pula:
  1. Orang kejam berubah menjadi tanpa kekejaman adalah cara untuk mencapai nibbana.
  2. Orang pembunuh berubah menjadi pantang membunuh adalah cara untuk mencapai nibbana.
  3. - 43 …
44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.
Demikianlah, jalan untuk memusnahkan, jalan untuk mengembangkan batin, jalan untuk menghindari, jalan untuk mencapai pencapaian lebih tinggi dan jalan untuk mencapai nibbana telah saya tunjukkan.
Apa yang harus dilakukan untuk siswanya berdasarkan pada kasih sayang Guru yang mengharapkan kesejahteraan dan kasihnya, telah saya kerjakan untuk-Mu, Cunda. Itulah akar dari pohon-pohon, ini pondok-pondok kosong. Cunda kembangkanlah Jhana, jangan menunggu, itu akan mengakibatkan penyesalan. Inilah pesan kami untukmu.”
Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Mahacunda merasa puas dan gembira mendengar uraian Sang Bhagava.