1. DEMIKIAN YANG SAYA DENGAR. Pada suatu ketika Yang Terberkahi
sedang berdiam di Vesali di Hutan Besar di Aula dengan Atap Runcing.
2. Pada kesempatan itu, seorang kelana bernama vacchagotta berdiam di Taman Kelana Pohon Mangga Teratai Putih Tunggal.(712)
3. Kemudian, ketika menjelang pagi, Yang Terberkahi berpakaian,
mengambil mangkuk serta jubah luar Beliau, dan pergi ke Vesali untuk
mengumpulkan dana makanan. Kemudian Yang Terberkahi berpikir: “Saat ini
masih terlalu pagi untuk berkelana mengumpulkan dana makanan di
Vesali. Sebaiknya aku pergi ke Vacchagotta si kelana di Taman Kelana
Pohon Mangga Teratai-Putih Tunggal.”
4. Maka Yang Terberkahi pergi ke
Vacchagotta si kelana di Taman Kelana Pohon Mangga Teratai-Putih
Tunggal. Vacchagotta si kelana melihat Yang Terberkahi datang dari
kejauhan dan berkata kepada Beliau: “Silakan Yang Terberkahi datang,
tuan yang terhormat! Selamat datang kepada Yang Terberkahi! Sudah lama
Yang Terberkahi tidak mempunyai kesempatan untuk datang kemari.
Silahkan Yang Terberkahi duduk; tempat duduk telah siap.” Yang
Terberkahi duduk di tempat yang telah disiapkan, dan Vacchagotta si
kelana [482] mengambil tempat duduk yang lebih rendah, duduk di satu
sisi dan berkata kepada yang Terberkahi:
5. Tuan yang terhormat, saya telah mendengar hal ini: ‘Petapa
Gotama menyatakan diri sebagai mahatahu dan melihat-segala, memiliki
pengetahuan lengkap dan visi demikian: “Tak peduli apakah aku sedang
berjalan atau tidur atau terjaga,pengetahuan dan visi ada padaku
secara terus-menerus dan tak-terputus.”’(713) Tuan yang terhormat,
apakah mereka yang mengatakan demikian itu menyampaikan apa yang telah
dikatakan oleh Yang Terberkahi, dan bukan salah mewakili Beliau dengan
apa yang berlawanan dengan kenyataan? Apakah mereka menjelaskan
sesuai dengan Dhamma sedemikian sehingga tidak ada dasar untuk celaan
apa pun yang dapat secara sah disimpulakn dari pernyataan mereka?”
“Vaccha, mereka yang mengatakan demikian itu tidak menyampaikan apa
yang telah dikatakan olehku, melainkan salah mewakiliku dengan apa
yang tidak benar dan berlawanan dengan kenyataan.”(714)
6. “Tuan yang terhormat, bagaimana saya harus menjawab agar saya
menyampaikan apa yang telah dikatakan oleh Yang Terberkahi dan bukan
salah mewakili Beliau dengan apa yang berlawanan dengan kenyataan?
Bagaimana saya bisa menjelaskan sesuai dengan Dhamma sedemikian
sehingga tidak ada dasar untuk celaan apa pun yang dapat secara sah
disimpulkan dari pernyataan saya?”
“Vaccha, jika engkau menjawab demikian: ‘Petapa Gotama memiliki Pengetahuan sejati berunsur-tiga,’
engkau menyampaikan apa yang telah dikatakan olehku dan tidak akan
salah mewakiliku dengan apa yang berlawanan dengan kenyataan. Engkau
menjelaskan sesuai dengan Dhamma sedemikian sehingga tidak ada dasar
untuk celaan apa pun yang dapat secara sah disimpulkan dari
pernyataanmu.
7. “Karena sejauh yang aku inginkan, aku mengingat kembali berbagai
kehidupan lampauku yang berunsur-banyak, yaitu, satu kelahiran, dua
kelahiran…(seperti Sutta 51, §24) … Demikianlah, bersama dengan aspek
dan cirri khasnya, aku mengingat berbagai kehidupan lampauku yang
berunsur-banyak.
8. “Dan sejauh yang aku inginkan, dengan mata dewa, yang
termurnikan dan melampaui manusia, aku melihat para makhluk lenyap dan
muncul kembali, rendah dan tinggi, elok dan buruk rupa, beruntung dan
sial, dan aku memahami bagaimana para makhluk berlanjut sesuai dengan
tindakan-tindakan mereka…(seperti Sutta 51, §25)…
9. “Dan dengan merealisasikan bagi diriku sendiri melalui
pengetahuan langsung, aku di sini dan kini masuk dan berdiam di dalam
pembebasan pikiran dan pembebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa-noda
bersama dengan hancurnya noda-noda.
10. Jika engkau menjawab demikian: ‘Petapa Gotama memiliki
pengetahuan sejati berunsur-tiga,’ [483] engkau menyampaikan apa yang
telah dikatakan olehku dan tidak akan salah mewakiliku dengan apa yang
berlawanan dengan kenyataan. Engkau menjelaskan sesuai dengan Dhamma
sedemikian sehingga tidak ada dasar untuk celaan apa pun yang dapat
secara sah disimpulkan dari pernyataanku.”
11. Ketika hal ini dikatakan, Vacchagotta si kelana bertanya kepada Yang Terberkahi: “Tuan Gotama, adakah perumah-tangga yang –tanpa meninggalkan belenggu kerumah-tanggaan- pada saat hancurnya tubuh telah mengakhiri penderitaan?”(715)
“Vaccha, tidak ada perumah-tangga yang –tanpa meninggalkan belenggu
kerumah-tanggaan-pada saat hancurnya tubuh telah mengakhiri
penderitaan.”
12. “Tuan Gotama, adakah perumah-tangga yang-tanpa meninggalkan belenggu kerumah-tanggaan-pada saat hancurnya tidah masuk ke surga?”
Vaccha, tidak hanya ada seratus atau dua atau tiga atau empat atau
lima ratus, melainkan ada jauh lebih banyak perumah-tangga yang –tanpa
meninggalkan belenggu kerumah-tanggaan-pada saat hancurnya tubuh
masuk ke surga.”
13. “Tuan Gotama, adakah Ajivika yang –paada saat hancurnya tubuh – telah mengakhiri penderitaan?”(716)
“Vaccha, tidak ada Ajivika yang – pada saat hancurnya tubuh –telah mengakhiri penderitaan.”
14. “Tuan Gotama, adakah Ajivika yang – pada saat hancurnya tubuh – masuk ke surga?”
“ Bila kuingat kembali masa sembilan-puluh-satu kalpa yang telah
lalu, Vaccha, aku tidak ingat satu Ajivika pun yang –pada saat
hancurnya tubuh – masuk ke surga, dengan satu perkecualian, dan dia
memegang doktrin kemujaraban moral tindakan, doktrin kemujaraban moral
prbuatan-perbuatan.”(717)
15. “Kalau demikian adanya, Tuan Gotama, sekte lain ini terbungkus
dalam kekosongan bahkan untuk [kesempatan] menuju ke alam surga.”
“Karena demikianlah adanya, vaccha, sekte lain ini terbungkus dalam kekosongan bahkan untuk [kesempatan] menuju ke surga.”
Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Vacchagotta si
kelana merasa puas dan bergembira di dalam kata-kata Yang Terberkahi.
Catatan
(712) Sutta ini dan dua berikutnya tampaknya menyajikan keterangan
kronologis tentang evolusi spiritual Vacchagotta. Samyutta Nikaya
berisi seluruh bagian diskusi-diskusi pendek antara Sang Buddha dan
Vacchagotta, SN 33/iii.257-62. Lihat juga SN 44:7 – 11/ iv.391-402.
(713) Ini merupakan jenis kemahatahuan yang dinyatakan oleh guru Jain Nigantha Nataputta di MN 14. 17.
(714)MA menjelaskan bahwa walaupun sebagian pernyataan itu sah,
Sang Buddha menolak seluruh pernyataan karena bagian yang tidak sah
itu. Bagian pernyataan yang sah adalah penegasan bahwa Sang Buddha
adalah mahatahu dan melihat-segala; bagian yang berlebihan adalah
penegasan bahwa pengetahuan dan visi terus-menerus berada di dalam diri
Beliau. Menurut Tradisi Theravada, Sang Buddha adalah mahatahu dalam
pengertian bahwa Beliau bepotensi mengakses semua hal yang dapat
diketahui. Tetapi, Beliau tidak dapat mengetahui segalanya secara
sekaligus dan harus menyebutkan apa yang ingin Beliau ketahui. Di MN
90.8 Sang Buddha mengatakan bahwa memang mungkin untuk mengetahui dan
melihat semuanya, walaupun tidak secara sekaligus, dan di AN 4:24 /
ii.24 Beliau menyatakan mengetahui semua yang dapat dilihat, didengar,
dirasakan, dan dikognisi, yang dippahammiii oleh tradisi
Theravaada sebagi penegasan kemahatahuan dalam pengertian yang
memenuhi syarat. Lihat juga dalam hubungan ini Miln 102-7.
(715) MA menjelaskan “belengguu kerumah-tangga” (gihisamyojana)
sebagai kemelekatan pada kebutuhan-kebutuhan perumah-tangga, yang oleh
MT dirinci sebagai tanah, hiasan, kekayaan, biji-bijian, dsb. MA
mengatakan bahwa walaupun teks-teks menyebutkan beberapa individu yang
mencapai tingkat arahat sebagai perumah-tangga, melalui jalan tingkat
arahat mereka menghancurkan semua kemelekatan pada hal-hal duniawi
sehingga menjadi bhikkhu atau meninggal segera setelah pencapaian
mereka. Pernyataan tentang Arahat awam dibahas di Miln 264.
(716) Tentang Ajivika, lihat MN 5.5.
(717) Karena Ajivika ini percaaya paaadaa manjurnya moral tindakan,
sebetulnya dia tidak dapat menganut fatalisme filosofis orthodoks
para Ajivika, yang menolak peran karma yang berlaku serta
perbuatan-berkehendak dalam mengubah nasib manusia. MA mengidentifikasi
Ajivika ini dengan Bodhisatta dalam kelahiran sebelumnya.