Kamis, 23 Februari 2012

VEKHANASSA SUTTA

[40]1. DEMIKIAN YANG SAYA DENGAR. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika.
2. Pada saat itu Kelana Vekhanassa menghadap Yang Terberkahi dan bertegur sapa dengan Beliau787. Setelah ramah tamah ini berakhir, dia berdiri di satu sisi dan di hadapan Yang Terberkahi mengutarakan cetusan ini:
“Ini adalah kegemilangan sempurna! Ini adalah kegemilangan sempurna”
“Tetapi, Kaccana, mengapa engkau mengatakan: ‘Ini adalah kegemilangan sempurna, ini adalah kegemilangan sempurna!’? Apakah kegemilangan sempurna itu?”
“Tuan Gotama, kegemilangan itu adalah kegemilangan sempurna yang tak tertandingi oleh kegemilangan lain yang lebih tinggi dan lebih agung.”
“Tetapi, Kaccana, apakah kegemilangan sempurna yang tak tertandingi oleh kegemilangan lain yang lebih tinggi dan lebih agung itu?”
“”Tuan Gotama, kegemilangan itu adalah kegemilangan sempurna Yang tak tertandingi oleh kegemilangan lain yang lebih tinggi clan lebih agung.”
3-11. “Kaccana, engkau bisa saja terus melanjutkan dengan cara ini untuk waktu yang lama … (seperti Sutta 79, §10-18) … [41, 42] tetapi engkau tidak menunjukkan apa kegemilangan itu.
12. “Kaccana, ada lima tali kesenangan indera ini.788 Apakah yang lima itu? Bentuk yang dapat dikognisi oleh mata yang diinginkan, dihasrati, menyenangkan, dan disukai yang berhubungan dengan kesenangan indera dan membangkitkan nafsu. Suara yang dapat dikognisi oleh telinga … Bebauan yang dapat dikognisi oleh hidung … Citarasa yang dapat dikognisi oleh lidah … Sentuhan yang dapat dikognisi oleh tubuh [43] yang diinginkan, dihasrati, menyenangkan, dan disukai yang berhubungan dengan kesenangan indera dan membangkitkan nafsu. Ini adalah lima tali kesenangan indera.
13. “Nah, Kaccana, kesenangan dan sukacita yang muncul bergantung pada lima tali kesenangan indera ini disebut kesenangan indera. Jadi, kesenangan indera [muncul] melalui kesenangan-kesenangan indera, tetapi di luar kesenangan indera ada kesenangan yang lebih tinggi daripada indera, dan hal itu dinyatakan sebagai yang tertinggi di antara kesenangankesenangan itu.”789
14. Ketika hal ini dikatakan, Vekhanassa si kelana berkata: “Bagus sekali, Guru Gotama, luar biasa, betapa bagusnya hal itu telah diungkapkan oleh Guru Gotama: ‘Jadi, kesenangan indera [muncul] melalui kesenangan-kesenangan indera, tetapi di luar kesenangan indera ada kesenangan yang lebih tinggi daripada kesenangan indera, dan hal itu dinyatakan sebagai yang tertinggi di antara kesenangan-kesenangan itu.”‘
“Kaccana, bagimu yang memiliki pandangan lain, yang menerima ajaran lain, yang setuju dengan ajaran lain, yang mengejar ajaran yang berbeda, yang mengikuti guru yang berbeda, sungguh sulit mengetahui apa sensualitas itu, atau apa kesenangan indera itu, atau apa kesenangan yang lebih tinggi daripada kesenangan indera itu. Tetapi para bhikkhu yang Arahat dengan noda-noda yang telah hancur, yang telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah meletakkan beban, telah mencapai tujuan sejati, telah menghancurkan belenggu dumadi, dan telah sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir – merekalah yang mengetahui apa sensualitas itu, apa kesenangan indera itu, dan apa kesenangan yang lebih tinggi daripada kesenangan
indera itu.”
15. Ketika hal ini dikatakan, Vekhanassa si kelana marah dan tidak senang hati. Dia mencaci, merendahkan, dan mencela Yang Terberkahi, dengan mengatakan: “Petapa Gotama akan terkalahkan.” Dia kemudian berkata kepada Yang Terberkahi: “Kalau demikian, ada beberapa petapa dan brahmana di sini yang, tanpa mengetahui kehidupan lampau dan tanpa melihat masa depan, namun menyatakan: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada kemunculan lagi di alam mana pun juga.’ Yang mereka katakan itu ternyata konyol; ternyata itu hanyalah sekadar kata-kata, yang kosong dan hampa.”
16. “Jika petapa atau brahmana mana pun [44], tanpa mengetahui kehidupan lampau dan tanpa melihat masa depan, namun menyatakan: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada kemunculan lagi di alam mana pun juga,’mereka dapat dibantah sesuai dengan Dhamma. Alih-alih, biarkan saja kehidupan lampau, Kaccana, dan biarkan saja masa depan. Biarkan seorang manusia bijak datang, manusia yang jujur dan tulus, manusia dengan keluhuran. Aku memberinya instruksi, aku mengajarnya Dhamma dengan cara sedemikian sehingga dengan cara berlatih seperti yang diinstruksikan itu dia akan segera mengetahui dan melihat sendiri: ‘Demikianlah, memang, sudah sepantasnya muncul pembebasan dari ikatan, yaitu, dari ikatan ketidak-tahuan.’Seandainya saja, Kaccana, ada bayi muda lemah yang terbaring tengkurap, diikat dengan ikatan yang kuat [pada empat tangan dan kakinya] dengan yang kelima di leher; dan kemudian, sebagai hasil pertumbuhan dan masaknya kemampuan inderanya, ikatan itu pun mengendor, kemudian dia pun tahu ‘Aku telah bebas’dan tidak akan ada lagi ikatan. Demikian juga, biarlah seorang manusia bijak datang … Demikianlah, memang, sudah sepantasnya muncul pembebasan dari ikatan, yaitu, dari ikatan ketidak-tahuan.”‘
17. Ketika hal ini dikatakan, Vekhanassa si kelana berkata kepada Yang Terberkahi: “Luar biasa, Guru Gotama! Luar biasa, Guru Gotama! Guru Gotama telah membuat Dhamma jelas … (seperti Sutta 79, § 19) … bagi mereka yang memiliki penglihatan untuk melihat bentuk. Saya pergi kepada Guru Gotama untuk perlindungan dan kepada Dharnma serta Sangha para bhikkhu. Mulai hari ini, sudilah Yang Terberkahi mengingat saya sebagai pengikut awam yang telah pergi kepada Beliau untuk perlindungan sepanjang hidup.”
Catatan
787
MA mengidentifikasi Vekhanassa sebagai guru Sakuludayin.
788
MA: Walaupun merupakan seorang kelana, dia sangat asyik dengan kesenangan indera. Sang Buddha memberikan ajaran ini untuk membuatnya mengenali perhatiannya yang kuat pada kesenangan-kesenangan indera, dan dengan demikian khotbah itu akan bermanfaat untuk dia.
789
Dalam bahasa Pali, kalimat ini mengambil bentuk teka-teki, dan terjemahannya di sini bersifat terkaan. MA menjelaskan bahwa “kesenangan yang lebih tinggi daripada kesenangan indera” (atau “kesenangan indera tertinggi,” kamaggasukham) adalah Nibbana.