Kamis, 22 Maret 2012

Bhikkhu Vagga

XXV. BHIKKHU

1.
(360)
Sungguh baik mengendalikan mata;
sungguh baik mengendalikan telinga;
sungguh baik mengendalikan hidung;
sungguh baik mengendalikan lidah.
Atthakattha
2.
(361)
Sungguh baik mengendalikan perbuatan;
sungguh baik mengendalikan ucapan;
sungguh baik mengendalikan pikiran;
Seorang bhikkhu yang dapat mengendalikan semuanya
akan terbebas dari semua penderitaan.
Atthakattha
3.
(362)
Seseorang yang mengendalikan
tangan dan kakinya, ucapan dan pikirannya,
yang bergembira dalam samadhi
dan memiliki batin yang tenang,
yang puas berdiam seorang diri,
maka orang lain menamakan dia seorang “bhikkhu”.
Atthakattha
4.
(363)
Seorang bhikkhu yang mengendalikan lidahnya,
yang berbicara dengan bijaksana dan tidak sombong,
yang dapat menerangkan Dhamma beserta artinya,
maka ia akan kedengaran indah ucapannya.
Atthakattha
5.
(364)
Seorang bhikkhu yang selalu berdiam dalam Dhamma
dan bergembira dalam Dhamma,
yang selalu merenungkan dan mengingat-ingat akan Dhamma,
maka bhikkhu itu tidak akan tergelincir dari Jalan Benar Yang Mulia.
Atthakattha
6.
(365)
Hendaklah ia tidak mencela apa-apa yang telah ia peroleh,
juga hendaklah ia tidak merasa iri
terhadap apa yang telah diperoleh orang lain.
Seorang bhikkhu yang merasa iri
terhadap apa yang diperoleh orang lain,
tidak akan dapat mencapai perkembangan dalam samadhi.
Atthakattha
7.
(366)
Walaupun hanya memperoleh sedikit,
tetapi apabila seseorang bhikkhu
tidak mencela apa yang telah diperolehnya,
maka para dewa pun akan memuji orang seperti itu,
yang memiliki kehidupan bersih serta tidak malas.
Atthakattha
8.
(367)
Apabila seseorang tidak lagi melekat pada
konsepsi “aku” atau “milikku”,
baik yang berkenaan dengan batin maupun jasmani,
dan tidak bersedih terhadap apa yang tidak dimilikinya,
maka orang seperti itu layak disebut bhikkhu.
Atthakattha
9.
(368)
Apabila seorang bhikkhu hidup dalam cinta kasih,
dan memiliki keyakinan terhadap ajaran Sang Buddha,
maka ia akan sampai pada keadaan damai (nibbana),
yang merupakan berhentinya hal-hal yang berkondisi (sankhara).
Atthakattha
10.
(369)
O bhikkhu, kosongkanlah perahu (tubuh) ini.
Apabila telah dikosongkan maka perahu ini akan melaju pesat.
Setelah memutuskan nafsu keinginan dan kebencian,
maka engkau akan mencapai nibbana.
Atthakattha
11.
(370)
Putuskanlah lima kelompok belenggu pertama
(dari sepuluh belenggu),
dan singkirkanlah lima kelompok kedua
(dari sepuluh belenggu).
Serta kembangkan lagi lima kekuatan
(keyakinan, perhatian, semangat, konsentrasi dan kebijaksanaan) secara sempurna.
Apabila seorang bhikkhu telah bebas dari lima belenggu,
maka ia disebut seorang ‘Penyeberang Arus’ (sotapanna).
Atthakattha
12.
(371)
Bersamadhilah, O bhikkhu! Jangan lengah !
Jangan biarkan pikiranmu diseret
oleh kesenangan-kesenangan indria!
Jangan karena lengah maka engkau harus menelan bola besi yang membara!
Dan jangan karena terbakar maka engkau meratap,
” O, hal ini sungguh menyakitkan!”
Atthakattha
13.
(372)
Tak ada samadhi dalam diri orang
yang tidak memiliki kebijaksanaan.
Dan tidak ada kebijaksanaan dalam diri
orang yang tidak bersamadhi.
Orang yang memiliki samadhi dan kebijaksanaan,
sesungguhnya sudah berada di ambang pintu nibbana.
Atthakattha
14.
(373)
Apabila seorang bhikkhu pergi ke tempat sepi,
telah menenangkan pikirannya,
dan telah dapat melihat Dhamma dengan jelas,
akan merasakan kegembiraan yang belum pernah dirasakan
oleh orang-orang biasa.
Atthakattha
15.
(374)
Bila seorang dapat melihat dengan jelas
akan timbul dan lenyapnya kelompok kehidupan ( = khandha),
maka ia akan merasakan kegembiraan dan ketentraman batin.
Sesungguhnya, bagi mereka yang telah mengerti
tidak ada lagi kematian.
Atthakattha
16.
(375)
Pertama-tama inilah yang harus dikerjakan
oleh seorang bhikkhu yang bijaksana,
yaitu mengendalikan indria-indria,
merasa puas dengan apa yang ada,
menjalankan peraturan-peraturan ( = patimokha),
serta bergaul dengan teman kehidupan suci
( = sabrahmacari) yang rajin
dan bersemangat.
Atthakattha
17.
(376)
Hendaklah ia bersikap ramah
dan sopan tingkah lakunya.
Karena merasa gembira
dalam menjalankan hal-hal tersebut,
maka ia akan bebas dari penderitaan.
Atthakattha
18.
(377)
Seperti tanaman Vassika
( = pohon melati yang merambat)
menggugurkan bunga-bunganya sendiri
yang layu kering,
begitu pula hendaknya engkau, O bhikkhu,
membuang nafsu dan dendam.
Atthakattha
19.
(378)
Seorang bhikkhu yang memiliki perbuatan, ucapan,
serta pikiran yang tenang dan terpusat,
yang telah dapat menyingkirkan hal-hal duniawi,
maka ia adalah orang yang benar-benar damai.
Atthakattha
20.
(379)
Engkaulah yang harus mengingatkan
dan memeriksa dirimu sendiri.
O bhikkhu, bila engkau dapat menjaga dirimu sendiri,
dan selalu sadar,
maka engkau akan hidup dalam kebahagiaan.
Atthakattha
21.
(380)
Sesungguhnya diri sendiri
menjadi tuan bagi diri sendiri.
Diri sendiri adalah pelindung bagi diri sendiri.
Oleh karena itu,
kendalikan dirimu sendiri,
seperti pedagang kuda menguasai kuda yang baik.
Atthakattha
22.
(381)
Dengan penuh kegembiraan
dan penuh keyakinan terhadap ajaran Sang Buddha,
seorang bhikkhu akan sampai
pada keadaan damai (nibbana)
disebabkan oleh berakhirnya semua ikatan.
Atthakattha
23.
(382)
Walaupun seorang bhikkhu masih berusia muda,
namun bila ia tekun menghayati ajaran Sang Buddha,
maka ia akan menerangi dunia ini,
bagaikan bulan yang terbebas dari awan.
Atthakattha