Kamis, 01 Maret 2012

IV. KELOMPOK SATULLAPA

31 (1) Dengan yang Baik
Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, sejumlah devata yang termasukl kelompok Satullapa, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, menghampiri Yang Terberkahi.59 Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan berdiri di satu sisi. [17]
Kemudian satu devata, sambil berdiri di satu sisi, mengucapkan syair ini di hadapan Yang terberkahi:
78 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik; <38>
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang menjadi lebih baik, tak pernah lebih buruk.”
Kemudian lima devata lain secara bergantian megucapkan syair-syair mereka di hadapan Yang Terberkahi:
79 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Kebijaksanaan diperoleh, tetapi bukan dari yang lain.”60
80 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik, <39>
Orang tidak menderita di tengah penderitaan.”
81 “orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang bersinar di antara sanak-saudaranya.”
82 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setalah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Para makhluk menjalani kehidupan menuju tempat yang baik.”
83 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik:
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setalah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Para makhluk berdiam dengan nyaman.”61
Kemudian devata lain berkata pada Yang Terberkahi: ‘Yang mana, Yang Terberkahi, yang telah berbicara dengan baik?”
Kalian semua telah berbicara dengan baik dalam satu sisi.62 Tetapi dengarkan aku juga:[18]
84 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang terbebas dari semua penderitaan.”
Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Dengan sangat gembira, para devata itu memberi hormat kepada Yang Terberkahi. Dan, dengan tetap menjaga agar beliau tetap di sisi kanan mereka, mereka lenyap di sana juga.
32 (2) Kekikiran
Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindhika. Kemudian , ketika suatu malam telah larut, sejumlah devata yang termasuk kelompok Satullapa, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, menghampiri Yang Terberkahi. Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan berdiri di satu sisi [17]
Kemudian satu devata, sambil berdiri di satu sisi, mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
85 “Melalui kekikiran dan kelalaian
Suatu dana tidak diberikan.
Dia yang tahu, yang menginginkan jasa kebajikan, <40>
Sudaj pasti seharusnya memberikan dana.”
Kemudian satu devata lain mengucapkan syair-syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
86 “Hal yang membuat orang kikir takut ketika dia tidak memberi
Justru merupakan bahaya yang datang pada yang tidak memberi.
Kelaparan dan kehausan yang ditakutkan si kikir
Menyerang si tolol itu di dunia ini dan di dunia berikutnya
87 “Karena itu, setelah menghilangkan kekikiran,
Penakluk noda seharusnya memberikan dana.63
Tindakan-tindakan jasa merupakan penopang bagi makhluk hidup
[ketika mereka muncul] di dunia lain.”
Kemudian devata lain mengucapkan syair-syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
88 “Mereka tidak mati di antara yang mati
Yang, bagaikan sesama pelancong di jalan,
Memberikan walaupun mereka hanya punya sedikit:
Ini adalah prinsip kuno.64 <41>
89 “Beberapa memberikan dari sedikit yang mereka miliki,
Yang lain yang kaya tidak suka memberi.
Persembahan yang diberikan dari yang sedikit yang dimiliki
Adalah sepadan dengan seribu kali nilainya.”[19]
Kemudian satu devata lain mengucapkan syair-syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
90 “yang buruk tidak berusaha menyamai yang baik,
Yang memberikan apa yang sulit diberikan
Dan melakukan tindakan-tindakan yang sulit dilakukan:
Dhamma tentang yang baik sulit diikuti.
91 “Karena itu, tujuan mereka setelah kematian
Berbeda bagi yang baik dan yang buruk:
Yang buruk pergi ke neraka,
Yang baik pasti ke surga.”
Kemudian satu devata lain berkata kepada Yang Terberkahi: “Yang mana, Yang Terberkahi yang telah berbicara dengan baik?”
“Kalian semua telah berbicara dengan baik dalam satu sisi. Tetapi dengarkan aku juga: <42>
92 “Jika orang mempraktekkan Dhamma
Walaupun bertahan hidup dengan mengumpulkan sisa-sisa,
Jika sementara menopang istrinya
Dia memberikan dari sedikit yang dimilikinya,
Maka seratus ribu persembahan
Dari mereka yang mengorbankan seribu
Tidak sepadan bahkan dengan satu bagian
[Dari dana] orang seperti dia.”65
Kemudian satu devata lain berbicara kepada Yang Terberkahi dengan syair:
93 “mengapa pengorbanan mereka, yang banyak dan besar,
Tidak sama nilainya dengan dana orang yang luhur?
Mengapa seratus ribu persembahan
Dari mereka yang mengorbankan seribu,
Tidak sepadan bahkan dengan satu bagian
[Dari dana] orang seperti dia?”
Kemudian Yang Terberkahi menjawab devata itu dengn syair:
94 “Karena dia memberi sementara terbenam dalam ketidakluhuran,
Setelah membantai dan membunuh, menyebabkan kesedihan,
Persembahan mereka – yang penuh air mata, penuh kekerasan –
Tidak memiliki nilai dari dana orang yang luhur. <43>
Itulah sebabnya seratus ribu persembahan
Dari mereka yang mengorbankan seribu
Tidak sepadan bahkan dengan satu bagian
[Dari dana] orang seperti dia.” [20]
33 (3) Baik
Di Savatthi. Kemudian, ketika malam telah larut, sejumlah devata yang termasuk kelompok Satullapa, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Yang Terberkahi, dan berdiri di satu sisi.
Kemudian satu devata, sambil berdiri di satu sisi, mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi:
“Memberi adalah baik, tuan yang baik!
95”Melalui kekikiran dan kelalaian
Suatu dana tidak diberikan.
Orang yang tahu, yang menginginkan jasa kebajikan,
Sudah pasti seharusnya memberikan dana.”
Kemudian satu devata lain mengeluarkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi:
“Memberi adalah baik, tuan yang baik!”
Dan selanjutnya:
Bahkan walaupun hanya ada sedikit, memberi dalah baik. <44>
96 “Beberapa memberikan dari yang sedikit yang mereka miliki,
Yang lain yang kaya tidak suka memberi.
Persembahan yang diberikan dari yang sedikit yang dimiliki
Adalah sepadan dengan seribu kali nilainya.”
Kemudian satu devata lain mengeluarkan cetusan penuh inspirasi di hadapan Yang Terberkahi:
“Memberi adalah baik, tuan yang baik!
Bahkan walaupun hanya ada sedikit, memberi adalah baik
Dan selanjutnya:
Bila dilakukan dengan keyakinan juga, memberi adalah baik.
97 “Memberi dan peperangan itu mirip, kata mereka:
Beberapa yang baik menaklukkan banyak.
Jika orang dengan keyakinan memberikan sekalipun sedikit,
Karena itu dia menjadi bahagia di dunia lain.”66
Kemudian satu devata lain mengeluarkan cetusan penuh inspirasi di hadapan Yang Terberkahi:
“Memberi adalah baik, tuan yang baik!
bahkan walaupun hanya ada sedikit, memberi adalah baik [21]
Bila dilakukan dengan keyakinan juga, memberi adalah baik.
Dan selanjutnya:
Dana dari perolehan yang benar pun juga baik.<45>
98 “Ketika dia memberikan dana dari hasil perolehan yang benar
Yang diperoleh melalui usaha dan semangat,
Setelah melewati sungai Vetarani miliki Yama,
Maklhuk hidup itu tiba di keadaan-keadaan surgawi.”67
Kemudian satu devata lain mengeluarkan cetusan penuh inspirasi di hadapan Yang terberkahi:
“Memberi adalah baik, tuan yang baik!
Bahkan walaupun hanya ada sedikit, memberi adalah baik
Bila dilakukan dengan keyakinan juga, memberi adalah baik;
Dana dari perolehan yang benar juga baik.
Dan selanjutnya:
Memberi secara pilih-pilih pun juga baik.68
99 “Memberi secara pilih-pilih dipuji oleh Yang Beruntung –
Kepada mereka yang pantas menerima persembahan
Di sini di dunia makhluk hidup.
Apa yang diberikan kepada mereka memberikan buah yang besar
Bagaikan benih-benih yang ditaburkan di ladang yang subur.”
Kemudian devata lain mengucapkan cetusan penuh inspirasi ini dihadapan Yang Terberkahi:
“Bahkan walaupun hanya ada sedikit, memberi adalah baik
Bila dilakukan dengan keyakinan juga, memberi adalah baik;
Dana dari perolehan yang benar juga baik.
Dan selanjutnya:
Memberi secara pilih-pilih pun juga baik.<46>
Dan selanjutnya:
Pengendalian diri terhadap makhluk hidup juga baik.
100 “Dia yang hidupnya tidak merugikan makhluk hidup
Tidak melakukan kejahatan karena takut dicela orang lain.
Karena itu mereka memuji yang takut, bukan yang berani,
Karena rasa takutlah maka yang baik tidak melakukan kejahatan.”
Kemudian satu devata lain berkata kepada Yang Terberkahi: [22] ‘Yang mana, Yang Terberkahi, yang telah berbicara dengan baik?”
“Kalian semua telah berbicara dengan baik dalam satu sisi. Tetapi dengarkan aku juga:
101 “Tentu saja memberi itu dipuji dalam banyak hal,
Tetapi jalan Dhamma melampaui memberi.
Karena di masa lalu dan bahkan jauh sebelumnya,
Mereka yang baik dan bijak mencapai Nibbana.”69
34 (4) Tidak ada <47>
Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Ananthapindika, ketika malam telah larut, sejumlah devata dengan keelokan yang memukau, yamg menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Tyerberkahi. Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Yang Terberkahi, dan berdiri di satu sisi.
Kemudian satu devata, sambil bediri di satu sisi, mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
102 “Tidak ada di antara manusia
Kesenangan-kesenangan indera yang abadi;
Di sini hanya ada hal-hal yang diinginkan.
Bila orang terikat kepada hal-hal ini,
Lalai di antara hal-hal ini,
Dari alam kematian dia tidak mencapai
Keadaan yang – tidak – kembali – lagi.”70
[Devata lain:] “Kesengsaraan terlahir dari keinginan; penderitaan terlahir dari keinginan. Dengan lenyapnya keinginan, kesengsaraan pun hilang; dengan lenyapnya kesengsaraan, penderitaan pun hilang.”71
[Yang Terberkahi:]
103 “Bukanlah kesenangan-kesenangan indera, hal-hal indah di dunia itu:
Sensualitas manusia adalah niat nafsu jasmani.<48>
Hal-hal indah itu tetap seperti apa adanya di dunia ini
Tetapi para bijaksana melenyapkan nafsu akan hal-hal itu.72 [23]
104 “orang harus membuang kemarahan, membuang kesombongan,
Menstransendenkan semua belenggu.
Tidak ada penderitaan yang menyiksa orang yang tidak memiliki apa pun,
Yang tidak melewati batin-dan-bentuk.73
105 “Dia meninggalkan perkiraan, tidak memangku kesombongan;
Dia memotong nafsu keinginan di sini akan batin-batin bentuk.
Walaupun para dewa dan manusia mencarinya
Di sini dan di luar sana, di surga dan di semua kediaman,
Mereka tidak menemukan dia yang simpul-simpulnya telah dipotong,
Dia yang tak-terganggu, yang bebas dari kerinduan.”
106 “Jika para dewa dan manusia tidak melihat
Dia yang telah terbatas di sini atau di luar sana,”
[kata Y.M. Mogharaja],
“Apakah pantas dipuji, mereka yang menghormati beliau,
Manusia terbaik, yang hidup demi kebaikan manusia?”74 <49>
107 “Bhikkhu-bhikkhu itu juga pantas dipuji,
[Mogharaja,” kata yang Terberkahi,]
“Yang menghormat beliau, manusia yang telah terbebas demikian,
Tetapi setelah mengenal Dhamma dan meninggalkan keraguan,
Para bhikkhu itu bahkan menjadi manusia yang mengatasi ikatan.”75
35 (5) pencari-cari Kesalahan
Pada suatu hari ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Huttan Jeta, Taman Anathapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, sejumlah devata dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi, dan berdiri di udara.76 [24]
Kemudian satu devata, sambil berdiri di udara, mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
108 “Jika sementara menunjukkan dirinya dengan satu cara
Sementara sesungguhnya dia adalah sebaliknya,
Apa yang dinikmati orang itu diperoleh melalui pencurian
Seperti perolehan penjudi yang menipu.”77
[Devata lain] <50>
109 “Orang seharusnya berbicara seperti apa yang dia lakukan;
jangan berbicara lain daripada yang dilakukannya
Para bijaksana melihat dengan jelas orang tersebut
Yang tidak mempraktekkan apa yang dia khotbahkan.”
[Yang Terberkahi:]
110 “Bukan sekadar melalui ucapan bukan pula hanya melalui mendengarkan
Orang dapat maju pada jalan praktek yang kokoh ini
Yang melaluinya para bijaksana, para mediator,
Terbebas dari jeratan Mara.
111 “Sungguh, para bijaksana tidak berpura-pura,
Karena mereka telah memahami cara dunia.
Melalui pengetahuan akhir para bijaksana padam:
Mereka telah menyeberangi kemelekatan terhadap dunia.”
Kemudian para devata itu, setelah turun ke bumi, menghormat dengan kepala mereka dikaki Yang Terberkahi dan berkata kepada Beliau:<51> “Pelanggaran telah menguasai kami, Yang Mulia Bhante, karena begitu tolol, begitu bodoh, begitu tak terampil sehingga kami bayangkan kami dapat menyerang Yang Terberkahi. Semoga Yang Terberkahi memaafkan pelanggaran kami yang dilihat sedemikian rupa demi untuk pengendalian di masa depan.”
Maka Yang Terberkahi menunjukkan senyuman.78 Para devata itu, yang bahkan mencari-cari kesalahan lebih jauh lagi, kemudian naik ke udara. Satu devata mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
112 “Jika orang tidak memberi maaf
Kepada mereka yang mengakui pelanggaran,
Marah di hati, berniat membenci,
Dia menyimpan kuat-kuat rasa permusuhan.”
[Yang Terberkahi:] <52>
113 “Seandainya saja tidak ada pelanggaran,
Seandainya saja di sini tidak ada penyelewengan,
Dan seandainya saja rasa permusuhan diredakan,
Maka orang tidak akan bersalah di sini.”79
[Satu devata:]
114 “Bagi siapa tidak ada pelanggaran?
Bagi siapa tidak ada penyelewengan?
Siapa yang tidak terjatuh ke dalam kebingungan?
Dan siapa yang bijaksana, yang selalu waspada?”[25}
[Yang Terberkahi]
115 “Sang Tathagata, Yang Tercerahkan,
Penuh welas asih bagi semua makhluk:
Bagi Beliau tidak ada pelanggaran,
Bagi Beliau tidak ada penyelewengan;
Beliau tidak lagi jatuh ke dalam kebingungan,
Dan Beliaulah yang bijaksana, yang selalu waspada.
116 “Jika orang tidak memberi maaf
Kepada mereka yang mengakui pelanggaran,<53>
Marah di hati, berniat membenci,
Dia menyimpan kuat-kuat rasa permusuhan.
Di dalam rasa permusuhan itu tidak bersukacita,
Jadi kumaafkan pelanggaranmu.”
36 (6) Keyakinan
Pada suatu ketika yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Ananthapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, sejumlah devata yang termasuk kelompok Satullapa, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan berdiri di satu sisi.
Kemudian satu devata, sambil berdiri di satu sisi, mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
117 “Keyakinan adalah sahabat orang;
Jika kurang keyakinan tidak berlangsung lama
Maka kemasyhuran dan ketenaran akan datang padanya,<54>
Dan dia pergi ke surga ketika meninggalkan tubuh ini,”
Kemudian devata lain mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:80
118 “orang seharusnya membuang kemarahan, membuang kesombongan,
Mentransendenkan semua belenggu.
Tidak ada ikatan yang menyiksa orang yang tidak memiliki apa pun,
Yang tidak melekati batin-dan bentuk.”81
[Devata lain:]
119 “Orang–orang tolol yang tidak memiliki kebijaksanaan
Membaktikan diri pada kelalaian.
Tetapi manusia bijaksana menjaga ketekunan
Sebagai harta karunnya yang terpenting.
120 “Jangan menyerah pada kelalaian,
Jangan berdekatan dengan kesenangan indera.
Karena mereka yang tekun, yang bermeditasi,
Mencapai kebahagiaan tertinggi.”[26]
37 (7) Pertemuan Besar <55>
Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di anatara Suku Sakya di Kapilavatthu di Hutan Besar bersama dengan sekelompok besar Sangha para bhikkhu, dengan lima ratus bhikkhu yang semuanya Arahat.82 Dan sebagian besar devata dari sepuluh system dunia telah berkumpul untuk melihat Yang Terberkahi dan Sangha Bhikkhu. Kemudian pemikiran ini muncul pada empat devata dari kelompok di kediaman-kediaman Murni:83 “Yang Terberkahi ini sedang berdiam di antara Suku Sakya di Kapilavatthu di Hutan Besar bersama dengan sekelompok besar Sangha para bhikkhu, dengan lima ratus bhikkhu yang semuanya Arahat. Dan sebagian besar devata dari sepuluh system dunia telah berkumpul untuk melihat Yang Terberkahi dan Sangha Bhikkhu. Mari kita juga mendatangi Yang Terberkahi dan, di hadapan Beliau, masing-masing dari kita menyampaikan syair kita sendiri.”
Kemudian secepat orang kuat meregangkan tangannya yang tertekuk atau menarik tangannya yang teregang, para devata itu lenyap dari antara devata di kediaman-kediaman Murni <56> dan muncul kembali di hadapan Yang Terberkahi. Kemudian para devata tersebut memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan berdiri di satu sisi. Sambil berdiri di satu sisi, satu devata mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
121“Pertemuan yang besar terjadi di hutan ini,
Kelompok-kelompok dewa telah berkumpul.
Kami datang ke pertemuan Dhamma ini
Untuk melihat Sangha yang tak-terkalahkan.”
Kemudian satu devata lain mengucapkan syair ini di hadapan Yang terberkahi:
122 “Para bhikkhu di sana terkonsentrasi;
Mereka telah meluruskan pikiran mereka sendiri.
Bagaikan kusir yang memegang tali kendali,
Para bijaksanan menjaga kemampuan batin mereka.”[27]
Kemudian satu devata lain menucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
123 “Setelah memotong kegersangan, memotong palang lintang,
Setelah mencabut akar pilar-pilar Indra, tak-tergoncang,
Mereka berkelana, murni dan tanpa-noda,
Para naga muda yang dijinakkan dengan baik oleh Beliau yang Bervisi.”84<57>
Kemudian satu devata lain mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
124 “Mereka yang telah pergi pada Sang Buddha untuk perlindungan
Tidak akan pergi ke alam kesengsaraan.
Ketika meninggalkan tubuh manusia ini,
Mereka akan mengisi kelompok-kelompok dewa.”85
38 (8) Pecahan Batu
Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha di Taman Rusa Maddakucchi. Pada kesempatan itu, kaki Yang Terberkahi terluka oleh pecahan batu.86 Rasa sakit yang tajam menyerang Yang Terberkahi – perasaan-perasaan jasmani yang menyakitkan, sakit, tajam, menusuk, menyiksa, tak-menyenangkan. Tetapi Yang Terberkahi menanggung semua itu, waspada dan dengan jernih memahami, tanpa menjadi tertekan. Kemudian Yang Terberkahi menyuruh agar jubah luarnya dilipat menjadi empat, dan Beliau berbaring di sisi kanan dalam posisi singa dengan satu kaki di atas kaki lain, waspada dan dengan jernih memahami. <58>
Kemudian, ketika malam telah larut, tujuh ratus devata dari kelompok Satullapa, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Taman Rusa Maddakucchi, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada Yang Terberkahi dan berdiri di satu sisi.
Kemudian satu devata, sambil berdiri di satu sisi, mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini dihadapan Yang Terberkahi:[28] “Petapa Gotama benar-benar naga, tuan! Dan ketika telah muncul perasaan-perasaan jasmani yang menyakitkan, sakit, tajam, menusuk, menyiksa, dan tak-menyenangkan, melalui sikapnya yang seperti-naga Beliau menanggung semuanya, waspada dan dengan jernih memahami, tanpa menjadi tertekan.”87
Kemudian satu devata lain mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi: “petapa Gotama benar-benar singa, tuan! Dan ketika telah muncul perasaan-perasaan jasmani yang menyakitkan, sakit, tajam, menusuk, menyiksa, dan tak-menyenangkan, melalui sikapnya yang seperti – singa Beliau menanggung semuanya, waspada dan dengan jernih memahami, tanpa menjadi tertekan.”
Kemudian satu devata lain mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi: “Petapa Gotama benar-benar keturunan murni, tuan! Dan kelita telah muncul perasaan-perasaan jasmani yang menyakitkan…tak menyenangkan, melalui sikapnya yang seperti – keturunan – murni Beliau menanggung semuanya, waspada dan dengan jernih memehami, tanpa menjadi tertekan.”
Kemudian satu devata lain mengeluarkan ucapkan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi: “Petapa Gotama benar-benar banteng utama, tuan! Dan ketika telah muncul perasaan –perasaan jasmani yang menyakitkan…tak-menyenangkan, melalui sikapnya yang seperti –banteng-utama Beliau menanggung semuanya, waspada dan dengan jernih memahami, tanpa menjadi tertekan.”
Kemudian satu devata lain mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi: “Petapa Gotama benar-benar binatang-beban, tuan! Dan ketika telah muncul perasaan –perasaan jasmani yang menyakitkan…tak-menyenangkan, melalui sikapnya yang seperti –binatang-beban Beliau menanggung semuanya, waspada dan dengan jernih memahami, tanpa menjadi tertekan.”
Kemudian satu devata lain mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi: “Petapa Gotama benar-benar jinak, tuan! Dan ketika telah muncul perasaan –perasaan jasmani yang menyakitkan, sakit, tajam, menusuk, menyiksa, dan …tak-menyenangkan, melalui sikapnya yang jinak Beliau menanggung semuanya, waspada dan dengan jernih memahami, tanpa menjadi tertekan.”
Kemudian satu devata lain mengucapkan cetusan yang penuh inspirasi ini di hadapan Yang Terberkahi: “Lihatlah konsentrasi Beliau yang telah berkembang dengan baik serta pikiran Beliau yang telah terbebas dengan baik-tidak condong ke depan dan tidak condong ke belakang, serta tidak dihalangi dan dikendalikan oleh penekanan yang kuat!88 Jika ada yang berpikir bahwa manusia semacam ini dapat dihina –sungguh naganya manusia, sungguh singanya manusia,[29] sungguh bibit unggulan manusi, <60> sungguh banteng utamanya manusia, sungguh binatang bebannya manusia, sungguh manusia yang dijinakkan-apakah penyebabnya kalau bukan karena kurangnya visi?”
125 Walaupun para brahmana yang ahli dalam lima Veda
Mempraktekkan latihan keras selama seratus tahun,
Pikiran mereka tidak terbatas dengan benar:
Mereka yang bersifat rendah tidak akan mencapai pantai seberang.89
126 Mereka terperosok ke dalam nafsu, terikat pada sumpah dan peraturan,
Mempraktekkan latihan keras yang kasar selama seratus tahun,
Tetapi pikiran mereka tidak terbebas dengan benar:
Mereka yang bersifat rendah tidak akan mencapai pantai seberang.
127 Tidak ada penjinakan di sini bagi orang yang suka sombong,
Tidak juga ada kebijaksanaan bagi yang tidak terkonsentrasi:
Walaupun berdiam sendiri di hutan, tidak waspada, <61>
Orang tidak dapat menyeberang alam Kematian.
128 Setelah meninggal kesombongan, terkosentrasi dengan baik,
Dengan pikiran yang tinggi, dimana-mana terbebas:
Sementara berdiam sendiri di hutan, tekun,
Orang dapat menyeberangi alam Kematian.
39 (9) Anak Perempuan Pajjuna (1)
Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Vesali di Hutan Besar di Aula dengan Atap Runcing. Kemudian, ketika malam telah larut, Kokanada, anak perempuan Pajjunna, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Besar, menghampiri Ynag Terberkahi.90 Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi dan mengucapkan syair-syair ini di hadapan Yang Terberkahi :91
129 “Saya memuja Sang Buddha, yang terbaik di antara para makhluk,
Yang berdiam di hutan Vesali.[30] <62>
Saya adalah Kokanada,
Kokanada, anak perempuan Pajjunna.92
130 “Sebelum ini, saya hanya mendengar bahwa Bevisi;
Tetapi sekarang saya mengetahuinya sebagai saksi
Ketika Yang Bijaksana, Yang Beruntung, mengejar.
131 “Manusia-manusia dungu yang pergi ke mana-mana
Mengkritik Dhamma yang agung
Akan pergi ke neraka Roruva yang mengerikan
Dan mengalami penderitaan untuk waktu yang lama.93
132 “tetapi mereka yang memiliki kedamaian dan tidak keras kepala
Sehubungan dengan Dhamma yang agung,
Ketika meningglakan tubuh manusia ini,
Akan mengisi kelompok-kelompok dewa.”94
40 (10) Anak Perempuan Pajjunna (2) <63>
Demikianlah yang saya dengar, Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Vesali, di Hutan Besar di Aula dengan Atap Runcing. Kemudian, ketika malam telah larut, Culakokanada, anak perempuan Pajjunna [yang lebih muda], dengan keelokan yang memkukau, yang menerangi seluruh Hutan Besar, menghampiri Yang Terberkahi. Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi, dan mengucapkan syair-syair ini di hadapan Yang Terberkahi:
133 “Ke sini tadi datang Kokanada, anak perempuan Pajjuna,
Elok bagaikan kilau halilintar.
Menghormat Buddha dan Dhamma,
Dia mengucapkan syair-syair yang penuh arti ini.” [31]
134 “Walau Dhamma memiliki sifat sedemikian rupa
Sehingga saya bisa menganalisanya dengan banyak cara,
Saya akan menyampaikan artinya secara ringkas
Sejauh yang telah saya pelajari di luar kepala.95
135 “Orang seharusnya tidak melakukan kejahatan di semua dunia, <64>
Tidak melalui ucapan, pikiran, atau tubuh.
Setelah meninggalkan kesenangan-kesenangan indera,
Waspada dan sepenuhnya memahami,
Orang seharusnya tidak megejar cara
Yang menyakitkan dan merugikan.”