Rabu, 14 Maret 2012

Magga Vagga

XX. JALAN

1.
(273)
Di antara semua jalan,
maka “Jalan Mulia Berfaktor Delapan’ adalah yang terbaik;
di antara semua kebenaran,
maka ‘Empat Kebenaran Mulia’ adalah yang terbaik.
Di antara semua keadaan,
maka keadaan tanpa nafsu adalah yang terbaik;
dan di antara semua makhluk hidup,
maka orang yang ‘melihat’ adalah yang terbaik.
Attakattha
2.
(274)
Inilah satu-satunya ‘Jalan’.
Tidak ada jalan lain
yang dapat membawa pada kemurnian pandangan.
Ikutilah jalan ini,
yang dapat mengalahkan Mara (penggoda).
Attakattha
3.
(275)
Dengan mengikuti ‘Jalan’ ini,
engkau dapat mengakhiri penderitaan.
Dan jalan ini pula
yang Kutunjukkan setelah Aku mengetahui
bagaimana cara mencabut duri-duri (kekotoran batin).
Attakattha
4.
(276)
Engkau sendirilah yang harus berusaha,
para Tathagata hanya menunjukkan ‘Jalan’.
Mereka yang tekun bersemadi dan memasuki ‘Jalan’ ini
akan terbebas dari belenggu Mara.
Attakattha
5.
(277)
Segala sesuatu yang berkondisi
tidak kekal adanya.
Apabila dengan kebijaksanaan
orang dapat melihat hal ini;
maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan.
Inilah Jalan
yang membawa pada kesucian.
Attakattha
6.
(278)
Segala sesuatu yang berkondisi
adalah dukkha.
Apabila dengan kebijaksanaan
orang dapat melihat hal ini,
maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan.
Inilah Jalan
yang membawa pada kesucian.
Attakattha
7.
(279)
Segala sesuatu yang berkondisi
adalah tanpa inti.
Apabila dengan kebijaksanaan
orang dapat melihat ini,
maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan.
Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.
Cerita terjadinya syair ini:…
8.
(280)
Walaupun seseorang masih muda dan kuat,
namun bila ia malas
dan tidak mau berjuang semasa harus berjuang,
serta berpikiran lamban;
maka orang yang malas dan lamban seperti itu
tidak akan menemukan Jalan
yang mengantarnya pada kebijaksanaan.
Attakattha
9.
(281)
Hendaklah ia menjaga ucapan
dan mengendalikan pikiran dengan baik
serta tidak melakukan
perbuatan jahat melalui jasmani.
Hendaklah ia memurnikan
tiga saluran perbuatan ini,
memenangkan ‘Jalan’ yang telah dibabarkan oleh Para Suci.
Attakattha
10.
(282)
Sesungguhnya dari meditasi
akan timbul kebijaksanaan;
tanpa meditasi kebijaksanaan akan pudar.
Setelah mengetahui kedua jalan
bagi perkembangan dan kemerosotan batin,
hendaklah orang melatih diri
sehingga kebijaksanaannya berkembang.
Attakattha
11.
(283)
O, Para bhikkhu, tebanglah hutan nafsu itu,
karena dari nafsu timbul ketakutan.
Setelah menebang hutan dan belukar nafsu,
jadilah orang yang tidak lagi memiliki nafsu.
Attakattha
12.
(284)
Selama nafsu keinginan
laki-laki terhadap wanita belum dihancurkan,
betapapun kecilnya,
maka selama itu pula
seseorang masih terikat pada kehidupan,
bagaikan seekor anak sapi
yang masih menyusu pada induknya.
Attakattha
13.
(285)
Patahkanlah rasa cinta terhadap diri sendiri,
seperti memetik bunga teratai putih di musim gugur.
Kembangkanlah jalan kedamaian Nibbana
yang telah diajarkan oleh Sang Sugata
(Beliau yang telah berlalu dengan baik, Buddha).
Attakattha
14.
(286)
Di sini aku akan berdiam pada musim hujan,
di sini aku akan berdiam
selama musim gugur dan musim panas.
Demikianlah pikiran orang bodoh
yang tidak menyadari bahaya (kematian).
Attakattha
15.
(287)
Orang yang pikirannya melekat
pada anak-anak dan ternak peliharaannya,
maka kematian akan menyeret dan menghanyutkannya,
seperti banjir besar yang menghanyutkan
sebuah desa yang tertidur.
Attakattha
16.
(288)
Anak-anak tidak dapat melindungi,
begitu juga ayah maupun sanak saudara.
Bagi orang yang sedang menghadapi kematian,
maka tidak ada sanak saudara
yang dapat melindungi dirinya lagi.
Attakattha
17.
(289)
Setelah mengetahui kenyataan ini,
Maka orang berbudi dan bijaksana
tak akan menunda waktu
dalam menempuh jalan menuju Nibbana.
Attakattha