Senin, 05 Maret 2012

Mala Vagga

XVIII. NODA – NODA

1.
(235)
Sekarang ini engkau bagaikan daun mengering layu.
Para utusan raja kematian (Yama) telah menantimu.
Engkau telah berdiri di ambang pintu keberangkatan,
namun tidak kaumiliki bekal untuk perjalanan nanti.
Atthakattha
2.
(236)
Buatlah pulau bagi dirimu sendiri
Berusahalah sekarang juga dan jadikan dirimu bijaksana.
Setelah membersihkan noda-noda
dan bebas dari nafsu keinginan,
maka engkau akan mencapai alam kedamaian para Ariya.
Atthakattha
3.
(237)
Sekarang kehidupanmu telah mendekati akhir,
dan engkau telah mulai berjalan ke hadapan raja kematian (Yama).
Tidak ada tempat bagimu berhenti di perjalanan,
sedangkan engkau belum memiliki bekal untuk perjalananmu.
Atthakattha
4.
(238)
Buatlah pulau bagi dirimu sendiri.
Berusahalah sekarang juga dan jadikan dirimu bijaksana.
Setelah membersihkan noda-noda
dan bebas dari nafsu keinginan,
maka kelahiran dan kematian
tidak akan datang lagi padamu.
Atthakattha
5.
(239)
Dengan latihan bertahap,
sedikit demi sedikit, dari waktu ke waktu
hendaklah orang bijaksana
membersihkan noda-noda yang ada dalam dirinya,
bagaikan seorang pandai perak
membersihkan perak yang berkarat.
Atthakattha
6.
(240)
Bagaikan karat yang timbul dari besi,
bila telah timbul akan menghancurkan besi itu sendiri,
begitu pula perbuatan-perbuatan sendiri yang buruk
akan menjerumuskan pelakunya
ke alam kehidupan yang menyedihkan.
Atthakattha
7.
(241)
Tidak membaca ulang adalah noda bagi mantra,
tidak berusaha adalah noda bagi kehidupan berumah tangga.
Kemalasan adalah noda bagi kecantikan,
dan kelengahan adalah noda bagi seorang penjaga.
Atthakattha
8.
(242)
Kelakuan buruk adalah noda bagi seorang wanita,
kekikiran adalah noda bagi seorang dermawan.
Sesungguhnya, segala bentuk kejahatan merupakan noda,
baik dalam dunia ini maupun dalam dunia selanjutnya.
Atthakattha
9.
(243)
Yang lebih buruk dari semua noda adalah kebodohan.
Kebodohan merupakan noda paling buruk.
O, para bhikkhu, singkirkanlah noda ini
dan hiduplah tanpa noda.
Atthakattha
10.
(244)
Hidup ini mudah bagi orang yang tidak tahu malu,
yang suka menonjolkan diri seperti seekor burung gagak,
suka menfitnah, tidak tahu sopan santun, pongah,
dan menjalankan hidup kotor.
Atthakattha
11.
(245)
Hidup ini sukar bagi orang yang tahu malu,
yang senantiasa mengejar kesucian,
yang bebas dari kemelekatan, rendah hati,
menjalankan hidup bersih dan penuh perhatian.
Atthakattha
12.
(246)
Barang siapa membunuh makhluk hidup,
suka berbicara tidak benar,
mengambil apa yang tidak diberikan,
merusak kesetiaan istri orang lain,
Atthakattha
13.
(247)
Atau menyerah pada minuman yang memabukkan;
maka di dunia ini orang seperti itu
bagaikan menggali kubur
bagi dirinya sendiri.
Atthakattha
14.
(248)
Orang baik, ketahuilah bahwa sesungguhnya
tidak mudah mengendalikan hal-hal yang jahat.
Jangan biarkan keserakahan dan kejahatan
menyeretmu ke dalam penderitaan yang tak berkesudahan.
Atthakattha
15.
(249)
Orang-orang memberi sesuai dengan keyakinan
dan menurut kesenangan hati mereka.
Karena itu barang siapa yang merasa iri
atas makanan dan minuman orang lain,
ia tidak akan memperoleh kedamaian batin,
baik siang ataupun malam.
Atthakattha
16.
(250)
Orang yang telah memotong perasaan iri hati ini seluruhnya,
mencabut akar-akarnya serta menghancurkannya,
akan memperoleh kedamaian batin,
baik siang ataupun malam.
Atthakattha
17.
(251)
Tiada api yang menyamai nafsu,
tiada cengkeraman yang dapat menyamai kebencian,
tiada jaring yang dapat menyamai ketidaktahuan,
dan tiada arus yang sederas nafsu keinginan.
Atthakattha
18.
(252)
Amat mudah melihat kesalahan-kesalahan orang lain,
tetapi sangat sulit untuk melihat
kesalahan-kesalahan sendiri.
Seseorang dapat menunjukkan kesalahan-kesalahan orang lain
seperti menampi dedak,
tetapi ia menyembunyikan kesalahan-kesalahannya sendiri
seperti penjudi licik
menyembunyikan dadu yang berangka buruk.
Atthakattha
19.
(253)
Barang siapa yang selalu memperhatikan
dan mencari-cari kesalahan orang lain,
maka kekotoran batin dalam dirinya
akan bertambah
dan ia semakin jauh dari penghancuran
kekotoran-kekotoran batin.
Atthakattha
20.
(254)
Tidak ada jejak di angkasa,
tidak ada orang suci di luar Dhamma.
Umat manusia bergembira di dalam belenggu,
tetapi Para Tathagata telah bebas dari semua itu.
Atthakattha
21.
(255)
Tidak ada jejak di angkasa,
tidak ada orang suci di luar Dhamma.
Tidak ada hal-hal berkondisi yang abadi.
Tidak ada lagi keragu-raguan bagi Para Buddha.
Atthakattha