Kamis, 22 Maret 2012

Naga Vagga

XXIII. GAJAH

1.
(320)
Seperti seekor gajah di medan perang
dapat menahan serangan panah
yang dilepaskan dari busur,
begitu pula Aku (Tathagata)
tetap bersabar terhadap cacian;
sesungguhnya, sebagian besar orang
mempunyai kelakuan rendah.
Atthakattha
2.
(321)
Mereka menuntun gajah yang telah terlatih
ke hadapan orang banyak.
Raja mengendarai gajah yang terlatih ke medan perang.
Di antara umat manusia, maka yang terbaik adalah
orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri
dan dapat bersabar terhadap cacian.
Atthakattha
3.
(322)
Sungguh baik keledai-keledai yang terlatih,
begitu juga kuda-kuda Sindhu
dan gajah-gajah perang milik para bangsawan;
tetapi yang jauh lebih baik dari semua itu
adalah orang yang telah dapat menaklukkan dirinya sendiri.
Atthakattha
4.
(323)
Tidak dengan mengendarai tunggangan seperti itu
seseorang dapat pergi ke tempat yang belum pernah didatangi (nibbana).
Namun orang yang telah dapat melatih, menaklukkan,
dan mengendalikan dirinya sendiri
dapat pergi ke tempat yang belum pernah didatangi itu (nibbana).
Atthakattha
5.
(324)
Pada musim kawin,
gajah ganas bernama Dhanapalaka sukar dikendalikan;
walaupun diikat kuat ia tetap tidak mau makan
karena merindukan gajah-gajah lain di hutan.
Atthakattha
6.
(325)
Jika seseorang menjadi malas, serakah,
rakus akan makanan dan suka merebahkan diri
seperti babi hutan yang berguling-guling ke sana kemari.
Orang yang bodoh ini akan terus menerus dilahirkan.
Atthakattha
7.
(326)
Dahulu pikiran ini mengembara,
pergi kepada objek-objek yang disukai, dingini,
dan ke mana yang dikehendaki.
Sekarang aku akan mengendalikannya
dengan penuh perhatian,
seperti penjinak gajah mengendalikan gajah
dengan kaitan besi.
Atthakattha
8.
(327)
Bergembiralah dalam kewaspadaan
dan jagalah pikiranmu dengan baik;
bebaskanlah dari cara-cara yang salah,
seperti seekor gajah melepaskan dirinya
yang terbenam dalam lumpur.
Atthakattha
9.
(328)
Apabila dalam pengembaraanmu
engkau dapat menemukan seorang sahabat
yang berkelakuan baik, pandai, dan bijaksana,
maka hendaknya engkau berjalan bersamanya dengan senang hati
dan penuh kesadaran untuk mengatasi semua bahaya.
Atthakattha
10.
(329)
Apabila dalam pengembaraanmu
engkau tak dapat menemukan seorang sahabat
yang berkelakukan baik, pandai, dan bijaksana,
maka hendaknya engkau berjalan seorang diri,
seperti seorang raja yang meninggalkan negara
yang telah dikalahkannya,
atau seperti seekor gajah yang mengembara sendiri
di dalam hutan.
Atthakattha
11.
(330)
Lebih baik mengembara seorang diri
dan tidak bergaul dengan orang bodoh.
Pergilah seorang diri dan jangan berbuat jahat,
hiduplah dengan bebas
(tidak banyak kebutuhan),
seperti seekor gajah yang mengembara sendiri
di dalam hutan.
Atthakattha
12.
(331)
Sungguh bahagia mempunyai kawan
pada saat kita membutuhkannya;
sungguh bahagia dapat merasa puas
dengan apa yang diperoleh;
sungguh bahagia dapat berbuat kebaikan
menjelang kematian;
dan sungguh bahagia
dapat mengakhiri penderitaan.
Atthakattha
13.
(332)
Berlaku baik terhadap ibu
berlaku baik terhadap ayah
juga merupakan kebahagiaan.
Berlaku baik terhadap pertapa
merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini;
berlaku baik terhadap para Ariya
juga merupakan kebahagiaan.
Atthakattha
14.
(333)
Moral (Sila) akan memberikan kebahagiaan
sampai usia tua;
keyakinan yang telah ditanam kuat
akan memberikan kebahagiaan;
kebijaksanaan yang telah diperoleh
akan memberikan kebahagiaan;
tidak berbuat jahat
akan memberikan kebahagiaan.
Atthakattha