Kamis, 01 Maret 2012

Nidhikhanda - Sutta


KHOTBAH PENYIMPANAN-HARTA

1.
[7]Seseorang menyimpan hartanya
Dalam-dalam di lubang sampai permukaan-air
Dia berpikir:’Jika muncul kebutuhan akan pertolongan
‘Harta ini akan ada di sana untuk menolongku di waktu itu.
2.
‘Untuk menebusku dari raja-raja seandainya aku
‘Diadukan, atau kalau tidak , dari bandit
‘Seandainya aku disandera, atau dari hutang,
‘Di masa kelaparan, atau di kecelakaan-kecelakaan’.
‘Dengan tujuan-tujuan semacam itu, apa yang di dunia
Disebut harta akan disimpan’:
3.
Meskipun harta itu disimpan-tidak pernah bisa sedemikian baik-
Dalam-dalam di lubang sampai permukaan-air
Tidak semuanya akan bisa cukup,
Untuk melayaninya sepanjang waktu; dan kemudian

4.
Simpanan itu berpindah dari tempatnya,
Atau dia mungkin lupa tanda-tandanya,
‘Atau Ular-ular Naga mengambilnya pergi,
Atau mahluk-mahluk halus membuang-buangnya,
5.
Atau kalau tidak, para pewaris yang tidak dia sukai
Mencurinya sementara dia tidak melihat;
Dan ketika jasa kebaikannya telah habis,
Segenap harta itu akan lenyap seluruhnya.
6.
Tetapi bila seseorang perempuan atau pria
Memiliki-dengan dana atau moralitas
Atau pengekangan atau pengendalian-
Simpanan jasa kebajikan yang disimpan dengan baik
7.
Pada tempat pemujaan atau Sangha
Atau pada seseorang atau pada tamu
Atau pada ibu, pada ayah,
Bahkan pada saudara tua,
8.
Simpanan harta ini disimpan dengan baik,
Pengikut yang tidak mungkin hilang:
Di antara apapun yang meninggalkan
Ketika harus pergi, dia pergi bersama simpanan ini
9.
Tak ada mahluk lain yang memiliki bagian di dalamnya,
Dan para perampok tak dapat mencuri simpanan ini;
Maka semoga yang teguh membuat jasa kebajikan,
Simpanan yang merupakan pengikut mereka.
10.
Inilah simpanan yang dapat memuaskan
Setiap keinginan dewa dan manusia;
Tak peduli apa pun yang ingin mereka miliki:
Semua itu mereka peroleh melalui pahala jasa kebajikan.
11.
Keelokan rupa, keelokan suara,
Keelokan tubuh, keelokan bentuk,
Dan kemudian serta pengikut:
Semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan.
12.
Kedudukan raja local, kekaisaran juga,
Sukacita Raja Pemutar-Roda,
Serta kekuasaan dewa di surga:
Semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan.
13.
Dan setiap keelokan manusia,
Kegembiraan apa pun di alam dewa,
Bahkan keelokan pemadaman:
Semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan.
14.
Seseorang memiliki keelokan di dalam sahabat-sahabat;
Karena membaktikan penalaran secara benar, dia memenangkan
Pengetahuan sejati dan pembebasan:
Semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan.
15.
Pembedaan, pembebasan,
Kesempurnaan para siswa juga,
Dan kedua jenis pencerahan:
Semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan.
16.
Demikian besarnya pahala yang ia berikan,
Yakni, keelokan jasa kebajikan ini:
Untuk itulah maka yang teguh dan yang bijaksana
Memuji penyimpanan jasa kebajikan yang dibuat.
Bab VIII
Khotbah Penyimpanan-Harta
(Nidhikhandasuttam)
1.                  Sekarang Khotbah tentang Penyimpanan-Harta, yang bermula demikian ‘Seorang menyimpan hartanya’, ditempatkan di sini setelah Khotbah Di-Luar-Dinding.
Jadi pertama-tama saya akan menyatakan alasan
Mengapa mereka menempatkan khotbah ini di sini
Dan membuat Kebutuhan-yang-Muncul menjadi jelas,
Sebelum Komentar saya sampaikan.
2.                  Di sini, alasan mengapa khotbah ini ditempatkan di sini harus dipahami sebagai berikut. Walaupun urutan di sini tidak sama dengan urutan penyampaian Khotbah tentang Penyimpanan-Harta oleh Yang Terberkahi [yaitu, setelah Khotbah Di-Luar-Dinding,] namun Khotbah ini diletakkan di sini karena melengkapi Khotbah-Di-Luar-Dinding, yang diucapkan sebagai pemberian berkah. Atau bisa juga dipahami bahwa khotbah ini ditempatkan di sini untuk menunjukkan sarana yang menyebabkan keberhasilan (keelokan) mereka yang telah membuat jasa kebajikan, sesudah menunjukkan kegagalan (kemiskinan) mereka yang kekurangan jasa melalui sarana Khotbah-Di-Luar-Dinding. Inilah alasan penempatannya di sini.
3.                  Inilah1 Kebutuhan-yang-Muncul [bagi pengucapannya]. Di Savatthi, tampaknya, ada seorang pemilik-tanah yang kaya dengan uang dan harta benda melimpah. Dia menjalani kehidupan rumah-tangga dengan keyakinan yang tidak dikotori oleh noda ketamakan. Pada suatu hari dia memberikan persembahan dana kepada Sangha para Bhikkhu yang dipimpin oleh Yang Tercerahkan. Kebetulan pada waktu ini raja sedang membutuhkan uang. Maka raja pun mengirimkan utusan dengan pesan, ‘Pergi dan jemputlah pemilik-tanah yang bernama ini’. Utusan itu pergi ke pemilik-tanah da berkata, ‘Perumah-tangga, raja memanggilmu’. Sebenarnya, pemilik-tanah [217] itu sedang melayani Sangha para Bhikkhu yang dipimpin oleh Yang Tercerahkan.Pikirannya sedang diagungkan oleh sifat-sifat khusus keyakinan dsb. Maka dia menjawab,’Pergilah sekarang, sahabat; saya akan datang nanti. Sekarang ini saya sedang sibuk menyimpan harta’. Kemudian, setelah Yanng Terberkahi selesai makan dan telah kenyang, Beliau mengucapkan bait-bait ini, yaitu ‘Seorang menyimpan harta’, sebagai pemberkahan untuk menunjukkan kepada pemilik-tanah bahwa keelokan yang sama di dalam jasa kebajikan itu merupakan simpanan harta dalam arti tertinggi. Inilah kebutuhan yang muncul.
Jadi setelah ‘pertama-tama menyatakan alasan Mengapa mereka menempatkan khotbah itu di sini, Dan membuat Kebutuhan-yang-Muncul menjadi jelas, sekarang saya akan menyampaikan komentar’ (§ 1).
[Bait 1]
4.                  [Sehubungan dengan bait pertama, yaitu]
Nidhim nidheti puriso [gambhire odakantike:
Atthe kicce samuppane atthaya me bhavissati]
‘Seorang menyimpan hartanya
[‘Dalam-dalam di lubang sampai permukaan-air.
‘Dia berpikir “Jika muncul kebutuhan akan pertolongan,
‘Harta itu akan ada di sana untuk menolongku di waktu itu”,]
di sini, harta itu disimpan (nidhiyati), jadi itu merupakan simpanan [harta] (nidhi); artinya adalah bahwa harta itu disisihkan, dilindungi, dijaga. Ada empat jenisnya, yaitu harta tak-bergerak, harta bergerak, bagaikan kaki-tangan, dan pengikut. Di sini, ‘harta tak-bergerak’ adalah emas lantakan atau emas [yang disimpan] di bawah tanah atau di bawah atap, atau lading atau tanah apa pun, atau lainnya yang sejenis, yang kosong dari [perubahan] postur: inilah simpanan harta sebagai harta tak-bergerak. ‘Harta bergerak’ terdiri dari karyawan laki dan karyawan perempuan, gajah, ternak, kuda jantan dan kuda betina, kambing dan biri-biri, unggas dan babi, atau apa pun lainnya yang sejenis, yang berhubungan dengab [perubahan] postur: inilah simpanan harta sebagai harta yang bergerak. ‘Bagaikan kaki-tangan’ adalah lingkup kerja, lingkup keterampilan, cabang ilmu pengetahuan, banyak belajar (pengetahuan), atau apa pun lainnya yang sejenis, yang diperoleh dari pelatihan dan menyatu pada kedirian orang itu sendiri seolah-olah itu adalah kaki atau tangan : inilah simpanan harta sebagai kaki-tangan.’Pengikut’adalah jasa kebajikan yang bergantung pada berdana, yang tergantung pada moralitas, bergantung pada mempertahankan [konsentrasi dan pandangan terang] agar tetap ada, bergantung pada mendengarkan Dhamma, dan bergantung pada mengajar Dhamma, atau jasa kebajikan apa pun lainnya yang sejenis, yang memberikan buah yang diinginkan di sana sini seolah-olah itu mengikuti orangnya: inilah simpanan harta sebagai pengikut. Tetapi dalam kesempatan ini, simpanan harta sebagai harta tak-bergeraklah yang dimaksudkan.
5.                  Menyimpan (nidheti): menyisihkan, memisahkan, menjaga. Seseorang (puriso): laki-laki. Memang laki-laki, perempuan, dan orang kasim bisa saja menyimpan harta. Tetapi di sini, walaupun Ajaran diberikan di bawah judul laki-laki, mengenai artinya orang-orang lain harus dianggap tergabung juga di sini.
6.                  Dalam-dalam di lubang sampai permukaan-air (gambhire odakantike): apa yang ‘dalam-dalam’ adalah dalam arti harus diturunkan ke sana;ini merupakan ‘lubang sampai permukaan-air’karena kedekatannya (antikabhava) dengan air (udaka)). Ada yang memang dalam tetapi tidak sampai permukaan-air, seperti misalnya lubang seratus-depa di tanah hutan, dan ada yang sampai permukaan-air tetapi tidak dalam, seperti misalnya lubang satu-jengkal atau dua-jengkal [yang digali] dari rawa yang dangkal, dan ada yang dalam dan juga sampai permukaan-air [218] seperti misalnya lubang yang diperdalam di tanah hutan sampai [diperkirakan bahwa] air sudah akan muncul. Dengan mengacu pada yang terakhirlah maka ‘dalam-dalam di lubang sampai permukaan-air’ dikatakan.
7.                  Jika muncul kebutuhan akan pertolongan (at the kicce samuppanne): kebutuhan ini tidak bisa dipisahkan dari pertolongan (attha anapanetam): jadi itu adalah akan pertolongan (attham); yang dimaksud adalah bahwa hal itu memberikan pertolongan, memberikan kesejahteraan Kebutuhan (Kiccam-harfiah ‘apa yang perlu dilakukan’): kiccam=katabbam (gerund alternative); yang dimaksudkan adalah, apa pun yang harus dilakukan (karaniya- gerund alternative selanjutnya). Muncul (samuppannam)adalah sama seperti bangkit (uppana); yang dimaksudkan adalah bahwa itutelah muncul sebagai keadaan dari sesuatu yang harus diekerjakan (kattaba-gerund alternative selanjutnya). Jika kebutuhan untuk bantuan itu muncul.
8.                  Harta itu akan ada di sana untuk menolong di waktu itu (atthaya me bhavissati): ini menunjukkan tujuan penyimpanan harta; karena dia menyimpannya untuk manfaat demikian ‘jika muncul kebutuhan agar aku melakukan sesuatu yang akan membawa pertolongan bagiku, maka [simpanan harta] ini akan dapat menyediakan kebutuhanku itu’; harus dipahami bahwa manfaat baginya hanyalah semata-mata menyediakan kebutuhan ketika kebutuhan itu muncul.
[Bait 2]
9.                  Setelah demikian, dengan menunjukkan tujuan penyimpanan harta, yang ditunjukkan dengan niat untuk memperoleh manfaat, sekarang beliau berkata
Rajato va duruttassa corato pilitassa va
Inassa va pamokkhaya dubbhikkhe apadasu va

‘”Untuk menebusku dari raja-raja seandainya aku
‘Diadukan, atau kalau tidak, dari bandit
‘Seandainya aku disandera, atau dari hutang-hutang,
‘Di masa kelaparan atau di kecelakaan-kecelakaan.’”
Dengan tujuan menunjukkan niat untuk mempertahankan diri dari hal-hal yang merugikan.
10.              Artinya harus dipahami dengan cara menganggap dua frasa ‘harta itu akan ada di sana; (bhavissati dari bait 1) dan ‘untuk menebus’ (pamokkhaya) sebagai benar, yang mana dinyatakan demikian ‘Harta itu akan ada di sana untuk menolongku di waktu itu’dan ‘Untuk menebusku……dari hutang-hutang’. Beginilah susunannya. Bukan saja seseorang menyimpan harta [dengan berpikir] ‘Harta itu akan ada di sana untuk menolongku di waktu itu’, tetapi dia juga menyimpan harta [dengan berpikir] ‘Harta itu akan ada di sana (bhavissati) untuk menebusku (pamokkhaya) dari raja-raja seandainya aku diadukan (duruttassa) oleh musuh dan lawan dengan cara “Dia adalah banfdit” atau “Dia adalah Pezina” atau “Dia adalahh penggelap-pajak”; 2atau harta itu akan ada di sana untuk menebusku (pamokkhaya) dari bandit (corato) seandainya aku disandera (pilitassa) oleh bandit-bandit, oleh karena mereka mencuri uang melalui membobol rumah atau karena mereka mengancam kehidupanku demikian “Berikan uang dan emas sekian banyak”.dan kemudian akan ada orang-orang yang darinya aku berhutang dan mereka akan menekanku untuk melunasi hutang-hutang itu. Dan harta itu akan ada di sana untuk menebusku (pamokkhaya) dari hutangku (inassa) bila aku ditekankan oleh [kreditor-kreditor] itu. Dan ada saat-saat ketika ada masa kelaparan, ketika panen gagal dan makanan sulit diperoleh, dan sulit bagi orang yang tidak kaya untuk bisa bertahan hidup, maka harta itu akan ada di sana bagiku di masa kelaparan (dubbhikkhe) seperti itu;[219] dan ada kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh api atau air atau pewaris yang tidak diinginkan, dan harta itu akan ada di sana bagiku di kecelakaan-kecelakaan (apadasu) bila mereka muncul’.
[Bait 2 bari ketiga]
11.              Setelah demikian menunjukkan dengan dua bait yang [masing-masing terdiri dari dua baris] ini bahwa tujuan menyimpan harta ini berunsur-dua, yaitu bertujuan untuk memperoleh manfaat dan bertujuan untuk mempertahankan diri dari hal-hal yang merugikan, sekarang Beliau berkata
Etadatthaya lokasmim nidhi nama nidhiyate
‘Dengan tujuan-tujuan semacam itu, apa yang di dunia
‘Disebut harta akan disimpan’
Untuk mengakhiri [pernyataan dari] tujuan berunsur-dua yang sama itu.
12.              Beginilah artinya. Dengan tujuan-tujuan semacam itu (etadatthaya), dengan tujuan menyediakan [kebutuhan-kebutuhan] itu, yang masing-masing ditunjukkan sebagai perolehan manfaat dan pertahanan dari kerugian melalui kata-kata ‘Harta itu akan ada di sana untuk menolongku di waktu itu’ dan raja-raja seandainya aku diadukan’, apa yang disebut harta (nidhi nama), yaitu uang dan emas, dll., di dunia (lokasmim) lokasi3 akan disimpan (nidhiyate), disisihkan, dipisahkan.
[Bait 3]
13.              Karena simpanan harta yang disimpan demikian itu menyediakan hanya bagi mereka yang memiliki jasa kebajikan, bukan untuk orang lain yang dituju [oleh perolehan manfaat dan pertahanan dari kerugian], Beliau menunjukkan arti dengan mengatakan
Tava-sunihito santo gambhire odakantike
Na sabbo sabbada eva tassa tam upakappati

‘Meskipun harta itu disimpan –tidak pernah bisa sedemikian baik-
‘Dalam-dalam di lubang sampai permukaan-air,
‘Tidak semuanya akan bisa cukup
‘Untuk melayaninya sepanjang waktu;….’
Artinya adalah sebagai berikut.
14.              [Meskipun] harta itu disimpan, tidak pernah bisa disimpan demikian baik (tavasunihito santo)-harta itu tidak pernah bisa dengan teliti digalidan disisihkan, itulah yang dimaksudkan. Seberapa teliti ? dalam-dalam di lubang-sampai-permukaan-air (gambhire odakantike), sehingga dianggap sudah dalam di lubang sampai permukaan-air; yang dimaksudkan adalah, menyimpan harta sampai seperti itu tidak pernah bisa dilakukan-dan tetap saja tidak semuanya akan bisa cukup Untuk meayaninya sepanjang waktu (na sabbo sabbada eva tassa tam upakappati); bahkan semuanya pun tidak akan mencukupi sepanjang waktu bagi orang yang menyimpan harta itu;harta itu tidak akan cukup, tidak akan bisa memenuhi kebutuhannya yang telah disebutkan di depan, begitulah artinya: yang terjadi adalah, hanya hanya beberapa saja yang bisa kadang-kadang berguna, di waktu lain harta itu tidak bisa berguna sama sekali. Dan kata tam harus dianggap hanya sebagai partikel untuk mengisi baris, seperti misalnya di bacaan ‘Yatha tam appamattassa atapino’ (‘Sebagaimana [terjadi] pada orang yang rajin dan tekun’: M. i. 22). Atau kalau tidak demikian, tam dikatakan dengan perubahan gender [dari maskulin menjadi netral] di mana so [yang mengacu kembali pada sabbo]-lah yang seharusnya dikatakan. Bila diambil seperti itu, artinya dapat diketemukan dengan mudah.
[Bait 4 dan Bait 5 paruh-pertama]
15.              [202] Setelah berkata demikian ‘Tidak semuanya akan bisa cukup Untuk melayaninya sepanjang waktu’, Beliau sekarang berkata
Nidhi va thana cavati, sanna va’ssa vimuyhati,
Naga va apanamenti, yakkha va pi haranti nam,
Appiya va pi dayada uddharanti apassato

‘…..dan kemudian
‘Simpanan itu berpindah dari tempatnya,
‘Atau dia mungkin lupa tanda-tandanya,
‘Atau Ular-ular Naga mengambilnya pergi,
Atau mahluk-mahluk halus membuang-buangnya,
Atau kalau tidak, para pewaris yang tidak dia sukai
Mencurinya sementara dia tidak melihat’,
Menunjukkan alasan-alasan mengapa harta itu tidak akan melayaninya.
16.              Beginilah artinya. Simpanan itu berpindah (nidhi va cavati), mungkin lenyap, mungkin pergi, dari tempatnya (thana) di mana simpanan itu tadinya disimpan dengan baik; walaupun tidak memiliki pilihan sendiri, tetap saja dengan habisnya jasa kebajikan [pemiliknya] maka simpanan itu pergi ke tempat lain. Atau dia mungkin lupa tanda-tandanya (sanna va’ssa vimuyhati), dia tak lagi tahu di tempat mana dia menyimpan harta itu. Atau (va) kemudian, karena habisnya jasa kebajikannya, ular-ular Naga(naga) mengambilnya (tam apanamenti), mengambil simpanan harta itu, pergi, memindahkannya ke tempat lain; atau kalau tidak (va pi), mahluk-mahluk halus membuang-buangnya (yakkha haranti), mengambil apa yang mereka suka dan pergi dengannya; atau kalau tidak (va pi) para pewaris (dayada) yang tidak dia sukai (appiya) menggali simpanan harta itu keluar dari tanah dan mencurinya (uddharanti) sementara dia tidak melihat (apassato). Maka simpanan harta itu tidak bisa melayaninya karena alasan-alasan ini, yang bermula dengan berpindah dari tempatnya.
[Bait 5 paruh kedua]
17.              Setelah memberitahukan alasan-alasan mengapa harta itu tidak dapat melayani, yaitu, alasan yang bermula dengan berpindah dari tempatnya, yaitu alasan-alasan yang dikenal di dunia, Beliau sekarang berkata
Yada punnakkhayo hoti sabbam etam vinassati
‘Dan ketika jasa kebajikannya telah habis,
‘Segenap harta itu akan lenyap seluruhnya’,
Untuk menunjukkan satu-satunya alasan yang merupakan akardari semua alasan yang telah disebutkan di depan, yaitu, habisnya jasa kebajikan.
18.              Beginilah artinya. [Dan ketika (yada) pada saat, ada habisnya (khayo hoti) atau jenis jasa kebajikan (punna) yang menghasilkan keuntungan di dalam harta kekayaan, maka jenis (hilangnya) jasa kebajikan yang menyebabkan hilangnya harta kekayaan akan menemukan kesempatannya dan mengambil alih; maka segenap (sabbam etam) simpanan harta yang terdiri dari kekayaan-kekayaan seperti misalnya uang, emas, dll. Yang telah disimpan oleh penyimpannya akan lenyap seluruhnya (vinassati)
[Bait 6]
19.              Setelah demikian menyatakan jenis simpanan harta yang dikenal di dunia, yang-walaupun telah disimpan dengan tujuan itu atau ini- tidak bisa melayani sebagaimana dimaksudkan dan dalam berbagai cara tidak dapat dipisahkan dari kelenyapannya, Yang Terberkahi sekarang berkata
Yassa danena silena samyamena damena ca
Nidhi sunihito hoti itthiya purisassa va

‘Tetapi bila seseorang perempuan atau pria
‘Memiliki-dengan dana atau moralitas
‘Atau pengekangan atau pengendalian-
‘Simpanan jasa kebajikan yang disimpan dengan baik’
yang menunjukkan keunggulan jasa kebajikan sebagai simpanan harta dalam pengertian tertinggi. Untuk menunjukkan hal itulah maka Beliau memberikan Khotbah Penyimpanan-Harta ketika memberikan berkah kepada pemilik tanah itu.
20.              [221] Di sini, dengan dana (danena) harus dipahami dalam cara yang sudah dinyatakan di bawah ‘Berdana, perilaku Dhamma ‘ (Bab v §140); moralitas (sila) adalah tiada-pelanggaran secara jasmani dan ucapan. Atau kalau tidak demikian, apa yang dimaksudkan di sini dengan ‘moralitas’ adalah semua peraturan berfaktor-lima dan peraturan berfaktor-delapan [untuk umat] dan peraturan sebagai pengendalian Peraturan-Patimokkha [untuk bhikkhu].
21.              Pengekangan (samyamo) adalah perbuatan-mengekang-diri (samyamana); yang dimaksudkan adalah penghindaran jangkauan kesadaran di antara berbagai objek. Inilah penadaan konsentrasi. Orang yang mempunyai jenis pengekangan itu disebut ‘orang yang mempunyai pengendalian yang tinggi’ di bacaan ‘Siapa yang dapat mengendalikan tangan dan kaki, Dan ucapan, yang mempunyai pengendalian yang tinggi’ (Dh.362). Beberapa yang lain telah berkata bahwa pengendalian adalah tindakan-pengendalian, dan bahwa apa yang dimaksudkan adalah pengendalian, yang merupakan penandaan untuk pengendalian-kemampuan (lihat misalnya M. i. 180). Pengendalian (damo-harfiah ‘menjinakkan)adalah tindakan-pengendalian (damana); apa yang dimaksudkan adalah menenangkan kekotoran batin. Ini merupakan penandaan untuk pengertian, karena pengertian di dalam beberapa contoh disebut ‘pemahaman’ (panna), karena di bacaan seperti misalnya ‘Sussusa Labhate pannam’ (‘Dari harapan untuk mendengar, orang memperoleh pemahaman’: Sn. 186), dan di beberapa contoh itu adalah ‘Dhamma’ sebagaimana di bacaan seperti misalnya ‘Saccam dhammo dhiti cago’ (‘Kebenaran, Dhamma, keteguhan, kedermawanan’:Sn.188), dan di beberapa contoh itu adalah ‘pengendalian’ (dama) sebagaimana di bacaan seperti misalnya ‘Yadi sacca dama caga khantiya bhiyyo na vijjati’ (‘Jika tidak ada hal yang lebih besar daripada kebenaran, daripada pengendalian, daripada kedermawanan, daripada kesabaran’: Sn. 189).
22.              Setelah mendefinisikan ‘dana’ dan sisanya dengan cara ini, secara singkat arti bait ini dapat dipahami sebagai berikut. Bila seorang perempuan atau pria memiliki (itthiya purisassa va)-dengan empat hal, yaitu, dengan dana (danena), dengan moralitas (silena), dengan pengekangan (samyamena), dan dengan pengendalian (damena) –simpananan harta (nidhi) yang terdiri atas jasa kebajikan yang disimpan dengan baik (sunihito hoti) dengan cara dilakukan dengan seksama: dalam satu kesinambungan pengetahuan tentang hal-hal yang bermula dengan dana5 ini, atau dalam contoh-contoh yang bermula dengan ‘altar’ [di bait berikutnya], sama seperti simpanan harta yang terdiri atas kekayaan seperti misalnya emas, mutiara, atau batu permata disimpan dengan cara mengumpulkan di satu tempat benda-benda seperti misalnya emas dsb. Itu.
[Bait 7]
23.              Setelah demikian menunjukkan keadaan-simpanan-harta dalam pengertian tertinggi melalui sarana keunggulan jasa kebajikan dengan bait yang bermula dengan ‘Tetapi bila seseorang perempuan atau pria’, Yang Terberkahi sekarang berkata
Cetiyamhi sanghe va puggale atithisu va
Matari pitari va pi atho jetthamhi bhatari

‘Pada tempat pemujaan atau Sangha
‘Atau pada seseorang atau pada tamu
‘Atau pada ibu, pada ayah,
‘Bahkan pada saudara tua’,
yang menunjukkan ladang di mana simpanan harta itu disimpan dengan baik.
24.              Di sini, itu harus dibangun (cayaitabba), 6jadi itu adalah tempat pemujaan (cetiya); yang dimaksudkan adalah: tempat itu harus dihormati. Atau itu adalah tempat pemujaan (cetiya) karena telah dibangun (cita). Ada tiga jenisnya, yaitu [222] tempat pemujaan karena penggunaan, tempat pemujaan karena bakti, dan tempat pemujaan relic. Di sini, Pohon Pencerahan adalah tempat pemujaan karena penggunaan, patung Buddha adalah tempat pemujaan karena bakti, dan monumen dengan ruang-relik yang menyimpan relik adalah tempat pemujaan relic. Sangha adalah siapa pun di antara jenis-jenis yang telah didenifisikan sebagai Sangha (Komunitas)yang dipimpin oleh Yang Tercerahkan, dst. Seseorang (punggala) adalah siapa pun, bisa umat biasa atau yang telah meninggalkan kehidupan duniawi. Dia tidak memiliki kamar (natthi assa thiti) pada hari ketika dia tidak, jadi dia adalah tamu (atithi); ini adalah penandaan untuk orang yang harus diberi keramah-tamahan pada saat dia datang. Sisanya seperti yang telah dinyataan.
25.              Setelah mendefinisikan ‘tempat pemujaan’ dan lainnya dengan cara demikian, arti bait ini singkatnya dapat dipahamu sebagai berikut. Simpanan harta itu, yang disebut ‘disimpan dengan baik’, memang disimpan dengan baik pada landasan-landasan ini. Mengapa ? karena dapat memberikan buah yang diinginkan untuk waktu yang lama, sehingga mereka yang berdana-walaupun sedikit- di tempat pemujaan akan memperoleh buah yang diinginkan untuk waktu yang lama sebagaimana dikatakan
‘Aku dahulu memberi hanya sekuntum bunga saja
‘Namun kemudian, selama delapan puluh kalpa
‘Aku tidak mengenal tempat yang menyedihkan’
(bandingkan Thag. 96;bandingkan Netti.138), dan
‘Nah, jika orang melihat kesenangan yang penuh
‘Di dalam meninggalkan kesenangan yang relatif’
(Bab vi. § 134)
Dan begitu pula harus dipahami pengelompokan buah dari berdana pada landasan-landasan yang bermula dengan Sangha, dengan cara yang dinyatakan di Dakkhinavisuddhi Sutta (M. iii. 253-7 dan MA.), Velama Sutta (A. iv. 392-6), dan sebagainya (bandingkan DA. i. 234). Dan sebagaimana telah ditunjukkan terjadinya Berdana di tempat pemujaan, dsb. Dan kekayaan buahnya, maka di setiap kasus yang bisa dipakai di sana dapat dipahami terjadinya Moralitas sebagai menjaga dan Menghindari (Vis. Bab i,§ 26 / hal.11),yang bergantung pada apa pun, dan kekayaan buahnya, terjadinya Menahan Diri sebagai Perenungan tentang Yang Tercerahkan (Vis. Bab vii,§ 1 dst./ hal. 197 dst.) dan kekayaan buahnya, dan terjadinya Pengendalian Diri sebagai Pandangan Terang, Perhatian, dan Pengkajian, dengan hal itu sebagai landasan (lihat Vis. Bab xviii-xxii) dan kekayaan buahnya.
[Bait 8]

26.              Setelah menunjukkan landasan demikian, yang dibagi menjadi tempat pemujaan, dsb., untuk simpanan harta yang terdiri atas jasa kebajikan [yang harus disimpan dalam] ketika disimpan dengan berdana, dsb., Yang Terberkahi sekarang berkata
[223]Eso nidhi sunihito ajeyyo anugamiko,
Pahaya gamaniyesu etam adaya gacchati
‘Simpanan harta ini disimpan dengan baik,
‘Pengikut yang tidak mungkin hilang
‘Di antara apa pun yang meninggalkan
‘Ketika harus pergi, dia pergi bersama simpanan ini’.
Beliau melakukan demikian dengan menunjukkan apa yang membedakan timbunan harta yang disimpan dengan baik di atas landasan-landasan ini dengan timbunan harta yang disimpan jauh di dalam lubang sampai-permukaan-air.
27.              Di sini, [melalui kata-kata] simpanan harta ini disimpan dengan baik (eso nidhi sunihito) Beliau menujukkan jenis simpanan harta yang disimpan melalui dana dsb. [yang telah disebutka] di baris-baris sebelumnya. Tidak mungkin hialang (ajeyyo): harta ini tak dapat dimenangkan (jetva) [dari seseorang] dan diambil oleh yang lain, jadi harta ini tidak mungkin hilang. Ajeyyo juga suatu pembacaan; artinya adalah: harta itu harus diusahakan (ajjitabba), pantas diupayakan (ajjanaraha), harus dimiliki bersama (upajjetabba), 7 oleh orang yang mencari kesejahteraan dan kebahagiaan. Dengan pembacaan ini, susunannya harus dibuat sebagai berikut ‘Simpanan harta ini harus diperoleh (eso nidhi ajjeyyo)’. Dan setelah menunjukkan hubungannya dengan bertanya ‘Mengapa?’, susunannya harus dilengkapi demikian’Karena disimpan dengan baik dan merupakan pengikut’. Kalau tidak demikian, apa yang telah disebutkan adalah:apa yang sudah disimpan dengan baik itulah yang harus dimiliki;tetapi apa yang sudah disimpan dengan baik tidak harus diupayakan (ajjaniya), karena harta itu telah diperoleh (ajjita) [sebelum disimpan].
28.              Harta itu mengikuti (anugacchati), jadi itu adalah pengikut (anugamiko); artinya, ketika orang pindah ke alam lain, harta itu tidak meninggalkan dia dalam memberikan buahnya, di mana pun dia berada.
29.              Di antara apa pun yang dengan meninggalkan Harus dituju (ke) dia pergi bersamanya’ (pahaya gamaniyesu etam adaya gacchati):8 ketika saat kematian telah tiba, [maka] dengan (adaya) simpanan harta ini (etam) di antara semua harta benda yang harus dituju [ke] (gamaniyesu), setelah meninggalkan (pahaya) [mereka], dia pergi (gacchati) kea lam lain: tampaknya begitulah artinya; tetapi tidak mungkin demikian. Mengapa ? karena harta benda bukanlah yang harus dituju (gamaniya), karena harta ini  dan itu harus ditinggalkan (pahatabba);sebaliknya, justru keunggulan tempat tujuan (gati) ini dan itu [pada kelahiran ulang] itulah yang merupakan ‘apa yang harus dituju’ (gamaniya). Karena itu, seandainya saja artinya memang demikian, maka sama saja dengan mengatakan ‘Dengan meninggalkan harta benda yang merupakan keunggulan tempattujuan bahagia yang harus dituju (pahaya bhoge gamaniye sugativisese). Maka di sini artinya  harus dipahami sebagai berikut. (1) [dari] antara harta benda yang sedang pergi (gacchantesu) –yang meninggalkan (pahaya) mahluk itu dengan cara yang disebutkan sebagai ‘Simpanan itu berpindah dari tempatnya’ (bait 4), dsb., -itu maka dia pergi (gacchati) dengan (adaya, harfiah ‘mengambil’) harta ini (etam); karena harta yang merupakan pengikut ini tidak meninggalkan dia. Di sini bisa [ditolak] bahwa [bentuk passive gerundive, yaitu,] gamaniyesu (‘di antara apa yang harus dituju [ke]’) memiliki arti [bentuk passive gerundive, yaitu,] gantabbesu (‘di antara apa yang harus dituju[ke]) [dan bukan arti present participle active] gacchantesu (‘di antara apa yang sedang pergi’). –tetapi hal itu tidak perlu diambil secara kaku. Di bacaan seperti misalnya’Ariya niyyanika’ (‘Agung dan untuk menuju keluar’ : Sn. Hal .140) artinya adalah ‘sedang menuju keluar’ (niyyatabba; passive gerundive). Di sini artinya juga adalah ‘di antara mereka yang sedang pergi’ (gacchantesu),bukan ‘di antara mereka yang harus (dapat) dituju [ke]’ (gantabbesu). Atau pilihan lain, (2) pada saat kematian, sekalipun orang ingin memberi [sesuatu] kepada seseorang, dia tidak akan mampu menangani harta benda. Maka, pertama-tama [224] harta benda itu harus ditinggalkan (pahatabba) oleh orang itu secara fisik; dan sesudah itu, darinya harta benda itu harus pergi (gantabba) dengan kesadarannya yang bebas dari kerinduan; harta benda itu harus dilampaui, itulah yang dimaksud. Maka, dalam hal ini artinya dapat dianggap sebagai berikut: ‘ Di antara harta benda yang-pertama-tama telah dia tinggalkan secara fisik, sesudahnya harus pergi [dari]-nya dengan kesadaran’. (1) Untuk arti pertama, pengguaan bentuk lokatif adalah [dalam pengertian] penarikan (niddharana)9 demikian: ‘Di antara harta benda yang harus pergi meninggalkan [-nya], dia –yang dengan demikian telah mengambil dari sana bagian jasa kebajikan  sebagai simpanan harta- mengambil harta ini dan pergi’. (2) Untuk arti kedua, bentuk lokatifnya ada dalam [pengertian] memberi cirri (memberi sifat) suatu kata-benda dengan kata-benda lain (lihat Bab v,  § 46): karena esensi-kebendaan dari simpanan harta yang bersifat di-ambil-dan-dibawa-pergi (adayagamanabhava) ini dicirikan (diberi sifat) oleh esensi-substansif dari harta benda yang bersifat harus-dipergikan-[dari] (gamaniyabhava).



[Bait 9]
30.              Setelah menunjukkan demikian apa yang membedakan simpanan-harta ini dari simpanan harta yang disimpan di lubang sampai-permukaan-air, Yang Terberkahi selanjutnya berkata
Asadharanam annesam acoraharano nidhi;
Kayiratha dhiro punnani yo nidhi anugamiko

‘Tak ada mahluk lain yang memiliki bagian di dalamnya,
‘Dan para perampok tak dapat mencuri simpanan ini;
‘Maka semoga yang teguh membuat jasa kebajikan,
‘Simpanan yang merupakan pengikut mereka’.
Beliau melakukannya untuk mendorong para dewa dan manusia untuk menyibukkan diri dengan harta-jasa-kebajikan itu dengan merinci10 sifat-sifat khusus dari harta-jasa-kebajikan yang ditunjukkan oleh Beliau, sebagaimana dilakukan penjual barang-barang langka mendorong para pembeli untuk menyibukkan diri [dengan barang-barangnya] dengan cara merinci sifat-sifat khusus barang-barangnya sendiri.
31.              Di sini, [mengenai] tak ada mahluk lain yang memiliki bagian di dalamnya: asadharana-m-annesam= asadharano annesam; huruf m adalah untuk penghubung sebagaimana di bacaan seperti misalnya  ‘adukkha-m-asukhaya vedanaya sampayutta’ (‘berhubungan dengan perasaan yang bukan-menyakitkan-pun-bukan-menyenangkan’: Dhs. Hal. 1). Dan para perampok tak dapat mencuri simpanan ini : acoraharano=na corehi aharano (ketentuan bentuk majemuk); harta itu tidak bisa diambil oleh perampok, itulah yang dimaksudkan. Harta itu harus disimpan (idhatabba), jadi itu adalah simpanan-[harta] (nidhi).
32.              Setelah demikian merinci10 sifat-sifat khusus jasa kebajikan dengan dua-paruh-baris, Beliau kemudian mendorong  mereka untuk aktif di dalamnya dengan dua paruh-baris lagi, yaitu, ‘Maka semoga yang teguh membuat jasa kebajikan’ dan ‘Simpanan yang merupakan pengikut mereka’. Beginilah artinya. Simpanan yang mahluk lain tidak memiliki bagian di dalamnya dan yang para perampok tidak bisa mencurinya, itulah yang disebut ‘jasa kebajikan’ (punnani: harfiah ‘jasa-jasa kebajikan’); dan bukan saja simpanan itu tidak bisa dimiliki orang lain dan para perampok tidak bisa mencurinya,melainkan juga itulah ‘simpanan yang merupakan pengikut’. Mengenai hal itu telah dikatakan [di bait sebelumnya] ‘Simpanan harta ini disimpan dengan baik, pengikut yang tidak pernah mengecewakan’, dan pengikut itu juga terdiri atas jasa kebajikan. Maka, orang yang teguh, orang yang sempurna dalam penemuan (cerdas), sempurna dalam keteguhan, semoga dia membuat –kayiratha=kareyya (bentuk tata-bahasa alternative)- jasa kebajikan (punnani).]
[Bait 10 paruh-pertama]
33.              Setelah mendorong para dewa dan manusia untuk aktif di dalam simpanan-jasa-kebajikan dengan merinci sifat-sifat khususnya, Yang Terberkahi sekarang berkata
Esa devamanussanam sabbakamadado nidhi.
‘Inilah simpanan yang dapat memuaskan
‘Setiap keinginan dewa dan manusia’.
Beliau melakukannya dengan menunjukkan secara ringkas buah apa yang dihasilkan bagi mereka yang aktif dan mengejar membuat jasa-kabajikan.
34.              [225] [Tetapi] memberikan semua yang diinginkan ini terjadi [hanya] kepada orang yang telah mengikat [jasa kebajikan] itu dengan suatu aspirasi atau cita-cita; tak satu pun akan terjadi tanpa adanya aspirasi, sebagimana dikatakan ‘Jika seseorang perumah-tangga yang menjalankan perilaku sesuai Dhamma, perilaku yang benar, ingin berharap “Semoga, pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, aku bisa muncul kembali di kelompok Pejuang-Agung di aula-aula besar”, maka mungkin saja pada saat hancurnya tubuh setelah kematian, dia muncul kembali di kelompok Pejuang-Agung dari aula-aula besar. Mengapa demikian? Karena dia menjalankan perilaku yang sesuai Dhamma, perilaku yang benar’ (M. i. 289). Demikian pula, ‘”Semoga, dengan mewujudkan sendiri melalui pengetahuan langsung, aku di sini dan kini bisa masuk dan berdiam di dalam pembebasan-hati dan pembebasan-pemahaman yang tanpa-noda dengan habisnya noda-noda”, [maka mungkin saja……] Mengapa demikian? Karena dia menjalankan perilaku sesuai Dhamma, perilaku yang benar’ (M. i. 289). Dan seperti itu pula Beliau berkata ‘Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu memiliki keyakinan, memilki moralitas, ….. pembelajaran,……..kedermawanan,….pemahaman. Kemudian muncul di dalam dirinya “Semoga pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, aku bisa muncul kembali di kelompok Pejuang-Agung di aula-aula besar”. Dia mengokokohkan kesadaran ini, menetapkan kesadaran itu, mempertahankan agar kesadaran itu tetap ada; segala tekad dan keberadaannya di sana itu, yang dipertahankan agar tetap ada dan dikembangkan, membawa kemunculannya kembali di sana’ (M. iii. 99-100)  , dan sebagainya.
[Bait 10 paruh-kedua]
35.              Itulah sebabnya mengapa Beliau sekarang berkata
Yam yad evabhipatthanti, sabbam etena labbhati
‘Tak peduli apa pun yang ingin mereka miliki,
‘Semua itu mereka peroleh karena pahala jasa kebajikan’.
Beliau melakukannya dengan menunjukkan aspirasi yang menyebabkan [jasa kebajikan] itu memberikan apa yang diinginkan, [aspirasi] mana yang merupakan prosedur mengharap dalam hal ini-dan-itu dengan bantuan alat yang dibutuhkan yaitu menggunakan kesadaran, memantapkannya, dan mempertahankan agar tetap ada.
[Bait 11]
36.               Beliau sekarang mengucapkan [lima] bait berikut ini, yang bermula dengan
Suvannata sussarata [susanthanasurupata
Adhipaccaparivaro: sabbam etena labbhati.]

‘Keelokan rupa, keelokan suara,
[‘Keelokan tubuh, keelokan bentuk,
‘Dan kemudian, serta pengikut:
‘Semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan’.]
Beliau melakukannya dengan menunjukkan melalui batasan [khusus] [di setiap kasus] bagaimana ‘semua’ itu dapat diperoleh melalui sarana [jasa kebajikan] itu.
Di sini, di bait pertama [dari lima ini] sebagai awalnya, keelokan rupa (suvannata): adalah air muka yang bagus-warnanya, kulit yang berkilau keemasan; karena itu diperoleh melalui sarana simpanan jasa kebajikan ini, sebagaimana dikatakan ‘Para bhikkhu, Yang Sempurna, di dalam kelahiran lampau,……dahulu hidup sebagai mahluk manusia, bukan pemarah dan jarang putus ada, dan bila dikata-katai [226] dia tidak pernah membalas, tidak pernah jengkel, tidak pernah merasakan niat jahat, tidak pernah sakit hati, dan tidak mewujudkan kejengkelan, kedongkolan, kebencian dan muka-asam, dan dia adalah  pedana permadani dan jubah yang halus dan lembut, yang terbuat dari linen yang bagus, katun yang bagus,………wol yang bagus; maka dengan tindakan yang dilakukan itu, yang disimpan,….ketika dia datang [lagi] kea lam [manusia] yang sama ini, dia memperoleh dua cirri khas Manusia Besar ini:Dia  bewarna keemasan, dan kulitnya berkilau keemasan’ (D. iii. 159).
37.              Keelokan suara (sussarata) adalah jenis suara yang indah, suara yang mirip dengan suara burung karavika.11 itu pun dapat diperoleh melalui sarana ini, sebagaimana dikatakan ‘Para Bhikkhu, Yang Sempurna, di dalam kelahiran lampau,….meninggalkan ucapan yang kasar, menjadi manusia yang menjauhkan diri dari ucapan kasar, menjadi pembicara kata-kata yang tidak salah, menyenangkan untuk didengar [dan disukai, karena masuk ke hati, sopan, diinginkan oleh banyak orang disayangi oleh banyak orang: maka dengan tindakan yang dilakukan itu, yang disimpan,]…..ketika dia datang [lagi] ke alam [manusia] yang sama ini, dia memperoleh dua ciri khas Manusia Besar: Dia memiliki lidah yang besar, dan dia memiliki suara yang indah, seperti suara burung karavika’ (D.iii.173).
38.              Keelokan tubuh (susanthanata) adalah bentuk (susanthanaATA) yang bagus (SUtthu) di tempat-tempat yang sesuai karena terisi dan bulat secara merata (SAMupacitavattitayutta TTHANesu); yang dimaksudkan adalah konstruksi12 yang anggota tubuhnya terisi, bulat merata. Dan hal itu juga diperoleh melalui sarana ini, sebagaimana dikatakan ‘Para Bhikkhu, Yang Sempurna, di dalam kelahiran lampau,….dahulu hidup sebagai mahluk manusia, mencari yang bagus, kesejahteraan, kenyamanan, kebebasan dari ikatan, dari yang banyak itu, [berpikir]”Bagaimana agar semua ini bisa menghasilkan peningkatan dalam keyakinan, dalam moralitas, dalam pembelajaran, dalam kedermawanan, dalam pemahaman, dalam kekayaan dan jagung, dalam lading dan tanah, dalam berlipat dua kali dan empat kali, dalam istri dan anak, dalam pekerja, pelayan dan manusia, dalam sanak-saudara, dalam teman-teman, dalam relasi?” Dengan tindakan yang dilakukan itu, yang disimpan,]… ketika dia datang [lagi] ke alam [manusia] yang sama ini, dia memperoleh tiga ciri khas Manusia Besar: bagian atas tubuhnya seperti singa, cekungan di antara bahunya terisi, lehernya13 bulat merata’ (D. iii. 164), [227] dan sebagainya. Bacaan-bacaan Sutta dapat dikutip dari sana sini yang mengokohkan pencapaian [pemenuhan aspirasi] melalui simpanan-jasa kebajikan ini di dalam kasus-kasus orang lain dan juga kasus Yang Sempurna dengan cara ini; tetapi inilah ringkasnya agar tidak terlalu mendetail.
39.              Kami sekarang akan memberikan komentar tentang kata-kata sisanya. Keelokan bentuk (surupata): di sini seluruh kerangka tubuh dapat dipahami sebagai ‘bentuk’, sebagaimana di bacaan
Seperti misalnya ‘Ketika suatu ruang dilengkapi [dengan tulang dan otot dan daging dan kulit,] maka muncullah istilah “suatu bentuk”’ (M. i. 190);yang dimaksudkan adalah keanggunannya, keelokan bentuknya, yang tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek, tidak terlalu kuris, tidak terlalu gemuk, tidak terlalu gelap, tidak terlalu pucat. Kemuliaan (adhipacca) adalah keadaan mulia: yang dimaksudkan adalah memiliki moralitas seperti keadaan Ksatria Agung yang memiliki aula-aula besar, dan sebagainya. Pengikut (parivaro) adalah keelokan para pembantu dan pekerjanya sendiri untuk umat awam, dan untuk mereka yang meninggalkan keduniawian, yang dimaksudkan adalah keelokan di dalam kelompok [berunsur-empat]. Adhipaccaparivaro=adhipaccan ca parivaro ca (ketentuan bentuk majemuk). Di sini, dapat juga dipahami bahwa keelokan kerangka fisik diungkapkan oleh ‘keelokan rupa’, dan sebagainya, keelokan harta kekayaan oleh ‘kemuliaan’, sedangkan keelokan pembantu dan orang-orang yang bergantung padanya oleh ‘pengikut’.
40.        Semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan (sabbam etena labbhati, harfiah ‘semua diperoleh karena itu’): yang Beliau tunjukkan adalah, ketika dinyatakan di atas demikian ‘Tak peduli apa pun yang ingin mereka miliki, semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan’ (bait 10). Di sini, yang pertama adalah rangkaian enam hal yang dinyatakan dengan batasan [khusus] yaitu ‘keindahan rupa’, dst., dan dapat dipahami bahwa semua itu dapat diperoleh melalui sarana [jasa kebajikan] itu.


[Bait 12]

41.              Setelah menunjukkan dengan bait ini keelokan dewa dan manusia di bawah raja, yang harus diperoleh melalui kekuatan jasa, Beliau sekarang mengucapkan bait ini
Padesarajjam [issariyam cakkavattisukham piyam
Devarajjam pi dibbesu: sabbam etena labbhati
]
‘Kedudukan raja lokal, [kekaisaran juga,
‘Sukacita Raja Pemutar-Roda,
‘Dan kekuasaan dewa di surga:
‘Semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan’]
dengan menunjukkan keelokan kedudukan raja dari dua jenis [yaitu manusia dan dewa]
42.              Di sini, kedudukan raja local (padesarajjam) adalah posisi raja di sebagian bumi ini, namun tidak meluas sampai satu benua seluruhnya. Kekaisaran juga (issariyam) adalah keadaan seorang kaisar; dan Beliau pun menunjukkan kedudukan raja Pemutar-Roda yang meluas sampai satu benua. Sukacita Raja Pemutar-Roda (cakkavattisukham piyam) diharapkan, diinginkan dan menyenangkanl di situ Beliau menunjukkan posisi raja Pemutar-Roda yang meluas ke empat sudut [dari bumi, yaitu ke empat benua seluruhnya]. Kekuasaan dewa: devarajjam=devesu rajjam (ketentuan bentuk majemuk); yang dimaksudkan adalah kekuasaan dewa [yang dijalankan] oleh manusia seperti [yang dijalankan oleh] Madhantu [di surga Tiga Puluh-Tiga Dewa], 14dan sebagainya. Di surga (api dibbesu): di sini Beliau menunjukksn kekuasaan dewz juga [yang dijalankan oleh] mereka yang [sebaliknya] benar-benar telah muncul kembali (telah terlahir kembali) di alam-alam surgawi sebagaimana yang disebut ‘surgawi’ (dibba0 karena keadaan surgawi (divi) mereka.

43.              Semoga itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan (sabbam etena labbhati): Beliau menunjukkan ketika dinyatakan di atas demikian ‘Tak peduli apa pun yang ingin mereka miliki, semua itu diperoleh karena pahala jasa kebajikan’ (bait 10), [228] di sini, ‘semua’ kedua yang dinyatakan dengan batasan [khusus] sebagai ‘kedudukan raja lokal’, dst. Itulah yang harus dipahami sebagai ‘diperoleh melalui pahala jasa kebajikan’.



[Bait 13]
44.              Setelah menunjukkan melaui bait ini keelokan kekuasaan dewa dan manusia yang diperoleh melalui kekuatan jasa kebajikan, Beliau sekarang mengucapkan bait ini

Manusika ca sampatti [devaloke ca ya rati
Ya ca nibbanasampati: sabbam etena labbhati

‘Dan setiap keelokan manusia,
[‘Kegembiraan apa pun di alam dewa
‘Bahkan keelokan pemadaman:
'Semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan’,]
yang menunjukkan keelokan pemadaman yang didahului oleh keelokan dalam bentuk gabungan yang telah dinyatakan [secara beragam] di bait-bait sebelumnya.
45.              Inilah komentar tentang kata-katanya. Manusia (manusika): ini merupakan keturuna mahluk manusia (manussa), jadi itu adalah manusia (manusi), dan manusi adalah sama dengan manusika. Keelokan (sampatti) adalah tindakan melebihi (sampajjana).15 Alam dewa: devoloko=devanam loko (ketentuan bentuk majemuk): di alam dewa itu. Apa pun (ya) merupakan pencakupan tanpa sisa [dalam contoh ini]. Mereka bergembira (ramanti)melalui sarana itu ketika hal itu muncul di dalam diri mereka atau ketika hal itu menjadi bantuan eksternal, jadi hal itu merupakan penadaan untuk kesenangan atau juga untuk apa yang merupakan landasan [eksternal] untuk kesenangan. Bahkan (ya) merupakan istilah tak-tentu [dalam contoh ini]. Kata dan (ca: tidak diterjemahkan di baris ke-3) yang sebelumnya berlaku. Pemadaman itu sendiri adalah keelokan pemadaman (nibbanasampatti)

46.              Sekarang inilah komentar tentang artinya.Semua keelokan manusia dan kegembiraan di alam-alam dewa yang disebutkan dalam bait-bait yang bermula dengan ‘keelokan rupa’ dan juga keelokan pemadaman yang dapat dicapai melalui sarana keadaan-keadaan yang bermula dengan keadaan di luar keadaan manusia yang Matang dalam Keyakinan16-termasuk itu juga-, merupakan [rangkaian] ketiga [dari hal-hal yang dinyatakan] melalui batasan [khusus], dan semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan.  Atau pilihan lain, ada juga yang tidak disebutkan di bawah ‘keelokan rupa’, dst., yaitu, keelokan manusia yang dikelompokkan sebagai kelebihan khusus pada pemahaman, dst., yang ditunjukkan dengan cara yang bermula dengan ‘Mereka dengan baik memiliki kewaspadaan,…ada yang hidup dengan Kehidupan Suci di sini (bandingkan Kv. 99; bandingkan A. iv.36), dan juga kegembiraan selanjutnya di dalam jhana, dsb.17 di alam dewa, dan kemudian keelokan pemadaman dari jenis yang telah dinyatakan juga, dan inilah ‘semua’ yang ketiga yang dinyatakan dengan batasan [khusus] yaitu ‘diperoleh melalui pahala jasa kebajikan’. Begitulah bagaimana komentar tentang artinya harus dipahami di sini.



[Bait 14]
47.              Setelah melalui bait ini menunjukkan bagaimana keelokan pemadaman –yang dapat diraih melalui sarana keadaan Manusia yang Matang dalam Keyakinan [yaitu, Pemasuk-Arus,] dsb, 16 itu-harus diperoleh melalui kekuatan jasa kebajikan, Beliau  sekarang mengucapkan bait berikut ini:
Mittasampadam agamma [yoniso ve payunjato
Vijjavimutti vasibhavo: sabbam etena labbhati
].
Seseorang memiliki keelokan di dalam sahabat-sahabat;
[‘Karena membaktikan penalaran secara benar, dia memenangkan
‘Pengetahuan sejati dan pembebasan:
‘Semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan.’]
Beliau melakukannya dengan menunjukkan apa yang harus diperoleh melalui Keadaan Manusia yang Terbebas-Kedua-Jalan,16 sebagai tiga Pengetahuan Sejati dan sarana ke sana.
48.              Inilah komentar tentang kata-katanya. Melalui sarana itu seseorang melebihi (sampajjati), atau orang tiba pada (papunati) bukti sifat-sifat khusus, jadi ini merupakan keelokan (sampada);15 sahabat itu sendiri merupakan keelokan, jadi ada keelokan di dalam sahabat-sahabat (mittasampada): [229]keelokan di dalam sahabat-sahabat itu. Seseorang memiliki )agamma: harfiah ‘karena’) bergantung pada.18 Penalaran secara benar (yoniso: harfiah ‘dengan cara yang nalar’) bersama dengan apa yang merupakan sarananya. 19 Membaktikan (payunjato: harfiah ‘bagi orang yang membaktikan’): dia mempertahankan20 bakti. Orang mengkognisi (vijanati) melalui sarananya, jadi ini merupakan pengetahuan-sejati (vijja).21 Manusai terbebas (vimuccati) melalui sarananya, atau hal itu sendiri dibebaskan (vimutta), jadi ini merupakan pembebasan(vimutti); dia memenangkan pengetahuan sejati dan pembebasan (harfiah’penguasaan atas pengetahuan sejati dan pembebasan’): vijjavimuttivasibhavo=vijja-vimuttisu vasi-bhavo (ketentuan bentuk majemuk).

49.              Sekarang inilah komentar tentang artinya. Ada penguasaan ini (yang menyebabkan manusia menang), melalui tiada-kemalasan dengan cara-begini-dan-begitu,22 dan ada kepenguasaan ini –[yang dimenangkan] sesudah dia menemukan keelokan di dalam sahabat-sahabat dengan cara bergantung pada Guru atau pada beberapa sahabat mulia di Kehidupan Suci. Dan dengan mematuhi nasihat dan instruksinya, telah membaktikan penalaran secara benar dengan  mempraktekkan Sang Jalan seperti yang diinstruksikan-, penguasaan ini –yaitu penguasaan tiga Pengetahuan Sejati tentang Ingatan Kehidupan Lampau, [Mata Dewa yang melihat berlalu dan muncul kembalinya para mahluk sesuai dengan tindakan-tindakan mereka, dan Pengetahuan tentang Hancurnya Noda-noda,] dan penguasaan dalam pembebasan yang dikelompokkan sebagai delapan pencapaian23 dan pemadaman yang dikatakan demikian ‘Di sini, apakah pembebasan itu? Itulah keteguhan pemahaman dan pemadamannya’ (Dhs. 1367)-merupakan ‘semua’ yang keempat yang dinyatakan dengan batasan [khusus] sebagai ‘diperoleh melalui pahala jasa kebajikan’.

[Bait 15]
50.              Setelah menunjukkan melalui bait ini keelokan pemadaman yang harus diperoleh melalui kekuatan jasa kebajikan yang berpihak pada (kemurahan hati), penguasaan atas pengetahuan sejati dan pembebasan sebagaimana baru saja disebutkan, yang juga harus diraih oleh orang yang Terbebas-Kedua-Jalan yang memiliki Tiga Pengetahuan Sejati, Beliau sekarang mengucapkan bait berikut :
Patisambhida vimokkha ca [ya ca savakaparami
Paccekabodhi buddhabhabhumi: sabbam etena labbhati]

‘Pembedaan, pembebasan,
[‘Kesempurnaan para siswa juga,
‘Dan kedua jenis pencerahan:
‘Semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan’.]
Karena mereka Yang Terbebas-Kedua-Jalan-yang telah mencapai penguasaan atas pengetahuan sejati dan pembebasan serta memiliki tiga pengetahuan sejati-semuanya memperoleh bukti dari sifat-sifat khusus yang dilandasi pembedaan, dst. Melalui keelokan jasa kebajikan, [dank arena] [keelokan jasa kebajikan] itu juga dapat dijalankan dengan cara-begini-dan-begitu sebagai dasar dari pembuktian itu, maka Beliau [mengucapkan bait ini]. Dengan hal itu, [pernyataan ‘semua’ melalui batasan] telah dilengkapi.24 Dan pemahaman ini dengan [empat]pembagian yang berhubung dengan ide, arti, bahasa, dan transparasi25 (A. ii. 160; iii. 113; Vbh. 193-7), yang disebut pembedaan (patisambhida), dan delapan pembebasan ini (vimokkha), yang [ditentukan] dengan cara yang bermula ‘Meliki bentuk, dia melihat bentuk’ (D.ii. 70; M. ii.2), dan kesempurnaan para siswa (savakaparami), yang membentuk keelokan para siswa yang dapat dicapai oleh para siswa Yang Terberkahi, dan [kedua jenis, yaitu]Pacekabuddha (paccekabodhi); yang mencapai Ke-menjadi-annya sendiri (keadaan pencerahan-diri-sendiri tanpa guru), dan daratan pencerahan (buddhabhumi), yang membentuk keunggulan di atas semua mahluk, merupakan ‘semua’ yang kelima yang dinyatakan dengan batasan [khusus] yaitu ‘diperoleh melalui pahala jasa kebajikan’.
[Bait 16]
51.              Setelah dengan tiga bait menunjukkan apa yang sebenarnya yang dinyatakan [secara umum] di baris-baris ‘Tak peduli apa pun yang ingin mereka miliki, Semua itu diperoleh melalui pahala jasa kebajikan’ (bait 10), [230] Beliau sekarang menyimpulkan ajaran dengan bait berikut:
Ewam mahattika esa [yadidam punnasampada
Tasma dhira pasamsanti pandita katapunnatam
]
Demikian besarnya pahala yang ia berikan,
[‘Yakni, keelokan jasa kebajikan ini:
‘Untuk itulah maka yang teguh dan yang bijaksana,
‘Memuji penyimpanan jasa kebajikan yang dibuat’.]
Dan Beliau melakukannya dengan memuji semua latihan yang ditunjukkan sebagai simpanan jasa kebajikan yang ‘dapat memuaskan setiap keinginan’(bait 10)
52.              Inilah komentar tentang kata-katanya. Demikian (evam) mengacu kembali pada arti sebelumnya. Hal tersebut memiliki pahala besar (maha attho assa ), jadi memberikan pahala yang besar (mahatthika); yang dimaksudkan adalah menimbulkan  (pahala) besar yang bagus; dapat pula dibaca mahaddhika (‘memiliki kekuatan besar’). Ia (esa) adalah suatu indikatif, yang ditunjukkan adalah keelokan jasa kebajikan yang terdapat [di bait-bait] dari ‘Tetapi bila seseorang perempuan atau pria memiliki –dengan dana atau moralitas’ (bait 6) sampai ke ‘Maka biarlah yang teguh membuat jasa kebajikan’ (bait 9), yakni (yadidam) hanya merupakan partikel dalam pengertian berhadapan; itu menghadapkan dengan cara ‘yaitu ini’ (ya esa bandingkan MA. i. 95) untuk menujukkan apa yang dimaksudkan dengan ‘ia’ (esa). Keelokan jasa kebajikan: punnasampada=punnanam sampada pada (ketentuan bentuk majemuk). Untuk itulah (tasma) merupakan istilah untuk alasan. Teguh (dhira): mereka yang memiliki keteguhan (dhitimanta). Memuji (pasamsanti): memberikan pujian. Bijaksana (pandita): mereka yang sempurna dalam pemahaman. Penyimpanan jasa kebajikan yang dibuat (katapunnata): keadaan karena telah membuat jasa kebajikan.

53.              Sekarang inilah komentar tentang artinya. Setelah memuji  pahala yang dapat dicapai melalui kekuatan keelokan jasa kebajikan, yang bermula dengan ‘keelokan rupa’ dan berakhir dengan ‘kedua jenis pencerahan’, Yang Terberkahi sekarang menunjukkan arti yang sama tentang keagungan pahala-pahala dari keelokan jasa kebajikan yang sejenis-jenisnya telah dinyatakan. Dan dengan melakukannya, yang Beliau maksudkan adalah ‘Ia (esa), yakni (yadidam), keelokan jasa kebajikan (punnasampada) yang telah ditunjukkan olehku dengan cara bermmula “Tetapi bila seseorang perempuan atau pria memiliki –dengan dana atau moralitas”, dengan kemampuannya membawa pahala-pahala besar [sedemikian rupa] memberikan pahala yang demikian besar(evam mahatthika) dan untuk itulah (tasma) mereka yang seperti aku, yang kukuh (dhira) dan yang bijaksana (pandita) karena mereka membawa kesejahteraan kepada para mahluk, yang membabarkan Dhamma, tanpa kenal lelah, dan memiliki sifat khusus yangtulus pada apa yan sebenarnya, memuji penyimpanan jasa kebajikan yang dibuat (katapunnatam pasamsati) dalam beberapa aspek pokoknya, yang melakukannya bukan karena pilih-kasih, dan dengan frasa-frasa seperti misalnya “Tidak ada orang lain yang memiliki bagian di dalamnya, Dan para perampok tidak dapat meencuri simpanan ini” (bait 9) dan “Para bhikkhu, jangan takut pada jenis-jenis jasa kebajikan itu: hal itu merupakan penandaan untuk kesenangan, yaitu ‘jenis-jenis jasa kebajikan”” (A. iv. 88)

54.              Di akhir ajaran itu, perumah-tangga itu-bersama banyak orang [lain]- pun menjadi mantap di dalam buah Pemasuk-Arus. Ketika pergi menghadap Raja Pasenadi dari Kosala, dia memberitahu raja apa yang telah terjadi. Raja merasa amat puas dan [berkata] ‘Bagus, perumah tangga, bagus [231] bahwa kalian menyimpan simpanan harta yang tidak dapat dibawa lari oleh orang-orang seperti aku’. Raja memberi selamat26 dan amat memuji pemilik tanah itu.
Penjelasan mengenai Khotbah Penyimpanan-Harta dalam Ilustator Arti Tertinggi, Komentar tentang Kitab-kitab Minor, diakhiri.
Catatan
1 Lihat Bab iv, Catatan 1.
2Sunkaghataka- orang yang menghindari pajak’(atau ‘penipu-cukai’): tidak terdapat di P.E.D.
3 Lihat Vis. Bab vii, § 37 dst. / hal. 204 dst.
4 Ini adalah ‘5 sila’ (=5 pertama di Bab I, dengan no.3 digantikan oleh kamesu micchacara veramani sikkhapadam samadiyami ‘Aku menjalani peraturan-pelatihan untuk tidak melakukan perilaku salah di dalam nafsu indera’) dan ‘8 sila’ (=9 pertama di Bab I, dengan no.7 dan 8 digabungkan menjadi satu). Untuk perluasan ‘perilaku salah di dalam nafsu indera’ lihat  misalnya M. i. 287.
5 Kiasan teknis terhadap apa yang disebut ‘impulsi-kesadaran’ (javana-citta) dan merupakan tindakan (kamma)- di sini tindakan memberi-dan menghasilkan masaknya tindakan (kamma-vipaka). Hal yang sulit ini dipelajari secara mendalam di Visuddhimagga.
6Cayitabba- harus dibangun’ : cayati tidak terdapat di P.E.D., tetapi lihat di bawah apacayati dan cinati (dan juga cetiya).
7Upajjetabba- harus diperoleh bersama’ (upa+ajjati): tidak terdapat di P.E.D; mungkin juga permainan kata pada uppajjati (ud+pajjati) ‘muncul’.
8 Baris-baris pahaya gamaniyesu etam adaya gacchati sulit dipahami. Kitab komentar di dalam interpretasi pertamanya mengambil gamaniyesu di dalam pengertian Tengah (yaitu ‘harus pergi’ =’harus pergidan menjauh’) dan dengan alat itu menggantikan ppr. Dengan mengambil konstruksi lokatif sebagai loc. Absolute. Di dalam interpretasi ke-2, gamaniyesu diambil di dalam pengertian pasif penuh tentang apa yang harus dijalani-pergi [dari] (kelihatannya, dan bukan ke; tidak jelas yang mana; karena gacchati adalah transitif, tidak seperti ‘to go’ (pergi) di dalam bahasa inggris) oleh dia, dan interpretasi ini dapat digunakan pada terjemahan yang diambil dengan menambahkan kata ‘[dari]’. Maka lokatif ini adalah ‘langsung’. Kedua interpretasi ini mengambil gamaniyesu sebagai memberi sifat bhogesu (‘harta kekayaan’) yang dipahami.tetapi bandingkan idiom parallel Assako loko, sabbam pahaya gamaniyam (M. ii. 68; Ps. i. 126-7; juga MA. dan khususnya  PsA.), yang menyarankan interpretasi berikut: Pada waktu kematian-kelahiran-kembali, orang biasa pindah ke suatu tempat tujuan baru (gati), yaitu keberadaan baru (bhava), yang harus dijalani-pergi [ke]’ (gamaniya) atau ‘pergi’ secara transitif sebagaimana perjalanan dijalani-pergi’ dengan cara meninggalkan (pahaya) semua harta kekayaan yang secara salah disebut miliknya, dan ketika dia pergi (gacchati)demikian, dia membawa bersamanya (adaya) tindakan-jasa-kebajikan(punna-kamma) ini etam) yang merupakan ‘pengikut’-nya dari satu kehidupan ke kehidupan lain sampai ia menjadi masak. Maka gamaniya adalah adj. (pass. Gdve.) di dalam lokatif ‘langsung’ yang memberi sifat kehidupan-kehidupan yang dipahami, yang ‘harus  dijalani pergi [ke]’ pada waktu lahir kembali, dan pahaya suatu adverb (ger. Adv.) yang memberi sifat gamananiya. Jadi dua hal itu tidak mempunyai subjek yang sama (yaitu’harta kekayaan’) seperti di Kitab Komentar. Untuk gamaniyesu pl. loc. Di sini, bandingkan konstruksi dan arti dari vantagamano bhavesu (Bab v, §51) sebagai sebutan untuk Buddha yang telah ‘menolak untuk pergi di dalam jenis keberadaan  (kehidupan)’ sedangkan orang biasa di sini masih pergi di antara kehidupan-kehidupan itu karena memang ‘harus dijalani-pergi [ke]’ oleh dia dengan kammanya dan juga dengan meninggalkan semua harta kekayaan di dalam kehidupannya sekarang ketika dia meninggal dunia.
9Niddharana-penarikan’: tidak terdapat di P.E.D,; lihat Daftar Kata.
10Samvanna-yang merinci’: tidak terdapat di P.E.D.; lihat Daftar Kata.
10 Lihat hal.253
11 Untuk burung karavika, lihat Vis. Hal. 112 dan MA. iii. 382 dst.
12Sannivesa-konstruksi’: tidak terdapat di P.E.D. dalam pengertian ini, bandingkan VisA. 41, di mana artinya adalah ‘konstruksi interpretif’, juga Bab ix, Catatan 3.
13 Untuk khandha sebagai ‘leher’ dan bukan ‘bahu’ lihat MA. iii.380.
14 Untuk kisah tentang raja Mandhatu, yang selama kehidupannya sebagai manusia berbagi singgasana Sakka, Penguasa para Dewa, lihat  MA. i. 225-6.
Dua suku-kata terakhir pada baris pertama bait 12 dapat dibaca sebagai piyam (saying) atau pi yam (juga setiap); masing-masing memberi sifat-sukkam(sukacita).
15 Di sini (§ 45) sampatyi (‘keelokan’) berasal dari akar pad (jatuh, pergi, maju), bukan dari akar ap(mencapai) seperti di P.E.D,; tetapi di dalam penjelasan- sampada (keelokan) di bawah (§ 48) kata itu secara alternative dihubungkan pada akar pad dan ap. Bandingkan perlakuan pada (jugaakar fm. Pad) di Bab ix, § 12.
16 Untuk 7 jenis Manusia yang dikiaskan di sini, lihat misalnya M. Sutta 70 dan Vis. Bab xxi. Manusia yang matang di dalam Keyakinan (saddhanusari) adalah Pemasuk-Arus yang telah mencapai jalan itu (tetapi belum buahnya), yang ditopang oleh keyakinan, bukan oleh pemahaman. Yang Terbebas Kedua-Jalan (ubhatobhagavimutta) adalah Arahat yang menikmati buah dari sang jalan dan telah mencapai semua 9 pencapaian (yaitu, 4 jhana, 4 keadaan tanpa-bentuk, serta berhentinya persepsi dan perasaan) maupun pemadaman total dari nafsu keserakahan oleh pemahaman. Tidak semua Arahat memiliki semua 9 pencapaian. Di sini c. terbaca parasaddhanusari-bhavadibhavena, tetapi B aparasaddhanusari-.
17 Kata ‘dll’. Mungkin mengacu pada satu dari ungkapan Sutta seperti misalnya jhana-vimokkha-samadhi-samapatti (‘jhana, pembebasan, konsentrasi, dan pencapaian’: M. i. 70).
16 Lihat catatan 16
15 Lihat catatan 15
18 Persamaan antara agamma dengan nissaya dipinjam dari M. iii. 20.
19 Kata keterangan yoniso (harfiah ‘lewat-kandungan’ dan metafor ‘dengan cara yang beralasan’, ‘menunjukkan asal-mula’) dibentuk dari kata benda yoni (harfiah ‘kandungan’, ‘jalan kelahiran’,’cara generasi’, seperti misalnya di M. i. 7; S. ii. 104 dst.), menunjukkan –dalam arti teknis’ pertimbangan kondisi prasarat mutlak’-pertimbangan pengkondisian yang digambarkan melalui frasa’ Itu ada bila ini ada, itu muncul bersama dengan munculnya ini; itu tidak ada bila ini tidak ada, itu berhenti bersama dengn berhentinya ini’ (M. i. 262, 264; bandingkan D. ii. 57 dst). Hal itu juga menyiratkan penerapan prinsip umum pengondisian terhadap yang khusus, ketika menjadi pertimbangan Pengondisian Khusus atau dengan kata lain formula Asal-Mula-yang-Saling-Bergantungan (referensi seperti di atas) sebagai struktur proses kehidupan subjektif-objektif.Ayoniso manasikara (‘perhatian yang tidak bernalar’)melupakan semua ini. Untuk ungkapan ‘Bersama dengan apa yang merupakan sarananya’ (upayena) § 48 sebagai penjelasan mengenai yoniso manasikara lihat MA. i. 64; ini sekadar cara lain untuk mengatakan hal yang sama, yaitu memahami pengondisian. Terjemahan ‘membaktikan alasan secara benar’ untuk yoniso ve payunjato di dalam syair adalah terjemahan yang sedikit bebas.
20Anutthana – mempertahankan’ ‘(anu +thana) tidak terdapat di P.E.D., yang hanya memberikan annuthana (an + utthana) yaitu ‘ketidak-aktifan’
21 Hal ini tentu saja merupakan turunan semantic (yang diulang di Vibhavini Tika: na vijanati avijja); tetapi lihat turunan avijja dari vindati yang diberikan di Vis. Bab xvii, § 43 / hal. 526, dan dari vijja di MA. i. 126.
22 Kiasan yang dibuat oleh adandhayitatta (tiada-kemalasan) ‘dalam hal ini-itu’ mungkin untuk 4 Cara Kemajuan (patipada), misalnya di D. iii. 228: dukkha patipada dandhabhinna, dsb.
23 ‘Delapan pencapaian’ adalah 4 jhana dan 4 alam tanpa-bentuk (landasan yang terdiri atas ketidak-terbatasan ruang, dsb.); lihat juga Ps. i. 97.
24 Jika pembacaannya benar, dan C. serta B. mengukuhkannya, maka kalimat ini sungguh sangat sulit dipahami.
25 Empat patisambhida (‘pembedaan’) hamper tidak pernah muncul di Sutta-sutta, tetapi banyak disebutkan di Kitab Komentar. Biasanya diterjemahkan ‘analisis’, yang tidak salah secara etimologi. Tetapi artinya tidak memberikan penekanan pada analisi alih-alih sintesis. Sekali lagi, keempatnya tidak begitu ‘logis’ seperti ‘epistemologis’ di lingkupnya; mereka meliputi empat bidang yang saling berhubungan, yaitu: arti-arti ide atau pernyataan, dan akibat-akibat dari penyebab-penyebabny; ide-ide atau pernyataan-pernyataan arti, dan penyebab-penyebab dari akibat-akibatnya; bahasa (yaitu, ‘linguistik’, ekspresi yang murni verbal); dan kemudahan dipahami atau kejelasan di dalam menyusun tiga lainnya, yang dijelaskan sebagai ‘pengetahuan tentang tiga jenis pengetahuan lainnya’. Lihat misalnya Vbh. 293. dan Vis. Xiv, § 21 / hal. 440.
26 Saradheti (samradheti) –‘memberi selamat’: tidak terdapat di P.E.D.