Kamis, 01 Maret 2012

TIrokudda sutta

KHOTBAH DI-LUAR-DINDING

1.
Di luar dinding mereka berdiri dan menunggu,
Dan di perempatan serta pertigaan jalan:
Kembali ke rumah mereka yang dahulu,
Mereka menunggu di samping tiang-tiang gerbang.
2.
Tetapi ketika pesta besar disiapkan
Dengan beraneka ragam makanan dan minuman,
Bahwasanya tak seorang pun mengingat
Mahluk-mahluk itu berasal dari tindakan-tindakan lampau mereka.
3.
Demikianlah mereka yang (adalah) penuh kasih sayang
Di hati memberi bagi sanak saudara
Minuman dan makanan seperti itu yang murni
Dan baik serta cocok pada saat-saat ini:
4.
‘Maka biarlah ini untuk sanak-saudara
’‘Semoga sanak-saudara memperoleh kebahagiaan.
’Mahluk-mahluk halus dari sanak saudara yang telah meninggal ini
Yang berhimpun dan berkumpul di sana
5.
Dengan bersemangat akan memberikan berkah mereka
Atas beraneka ragam <berlimpah> makanan dan minuman:
‘Maka semoga sanak saudara kita berumur panjang,
‘Oleh karena merekalah kita memiliki perolehan ini;
6.
‘Karena penghormatan bagi kita telah dilakukan,
‘Tak ada pemberi yang pernah kekurangan buah.
’Karena di sana tidak pernah ada pembajakan,
Tidak juga terdapat pengembalaan-ternak apa pun,
7.
Sama juga tidak ada perdagangan,
Tidak juga pertukaran uang emas:
Mahluk halus sanak-saudara yang telah meninggal itu
Hidup di sana dari pemberian yang diberikan di sini;
8.
Seperti air hujan yang tercurah di bukit
Mengalir turun mencapai lembah yang kosong,
Demikianlah pemberian yang diberikan di sini dapat berguna
Bagi setan sanak-saudara yang telah meninggal.
9.
Seperti dasar-sungai yang bila penuh dapat menampung
Air yang turun mengisi lautan,
Demikian pula pemberian yang diberikan di sini dapat berguna
Bagi mahluk halus sanak- keluarga yang telah meninggal.
10.
‘Dahulu dia memberi kepadaku, dia bekerja untukku,
‘Dahulu dia adalah sanak –saudaraku, temanku, sesamaku’.
Maka berikan dana bagi mereka yang telah meninggal,
Dengan mengingat apa yang dahulu biasa mereka lakukan.
11.
Bukan ratap nangis, bukan pula kesedihan,
Bukan berkabung jenis apa pun, menolong
Mereka  yang telah meninggal, yang sanak-saudaranya tetap
(Tidak bisa menolong mereka dengan bertindak) demikian.
12.
Tetapi ketika persembahan ini diberikan
Dan ditempatkan dengan baik di dalam Sangha
Bagi mereka, maka dana itu bias berguna lamaBagi mereka di masa depan dan juga segera.
13.
Demikianlah, Dhamma bagi sanak-saudara telah ditunjukkan,
Juga bagaimana penghormatan yang tinggi bagi yang telah meninggal dilakukan,
Dan bagaimana para Bhikkhu dapat pula diberi kekuatan,
Dan bagaimana jasa kebaikan yang besar dapat disimpan olehmu.

BAB VII
Khotbah Di-Luar-Dinding
(Tirokuddasuttam)

1.      Sekarang tiba saatnya bagi komentar tentang Khotbah Di-Luar-Dinding [yang ditempatkan setelah Khotbah Permata di Bacaan Minor], yang bermula demikian ‘Di luar dinding mereka berdiri dan menunggu’. Kami akan berkomentar mengenai artinya setelah menyatakan tujuan dari penempatannya di sini.
2.      Di sini, walaupun Khotbah Di-Luar-Dinding tidak diucapkan oleh Yang Terberkahi dalam urutan ini, tetapi tujuan penempatannya di sini[setelah Khotbah Permata]dapat dipahami sebagai berikut. Khotbah ini diberikan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa walaupun seseorang-yang lalai mempraktekkan berbagai jenis tindakan bermanfaat [yang dinyatakan] di dalam [Khotbah] sebelumnya- bisa terlahir kembali di suatu tempat [yang agak] lebih baik daripada neraka-neraka dan alam binatang, namun dia masih mungkin dilahirkan kembali di antara mahluk halus)semacam ini. Karena itu, tak seseorang pun boleh lalai dalam hal itu. Atau, Khotbah ini diberikan untuk menunjukkan bahwa beberapa mahluk yang mengganggu Vesali, yang wabah-wabahnya dihalau melalui Khotbah Permata, adalah jenis-jenis seperti ini. Nah,
Mengenai khotbah ini[kami perlu bertanya]
Oleh siapa dikatakan, di mana, kapan, dan mengapa.
Komentarnya diberikan olehnya dengan baik
Yang dapat menceritakan semua dengan urutan yang benar.
Maka, sebagai komentator, saya
Akan melakukan tugas itu secara demikian.
3.      Oleh siapa khotbah itu diucapkan ?Di mana? Kapan? Dan mengapa ? Dapat dinyatakan bahwa khotbah tersebut disampaikan oleh Yang Terberkahi. Dan tempatnya adalah di Rajagaha [202] sehari setelah [kedatangan beliau di Rajagaha], dengan tujuan untuk memberikan berkah-Nya pada raja Magadha.
4.      Sembilan  puluh dua kalpa yang lalu ada sebuah kota bernama Kasi. Rajanya bernama Jayasena, sedangkan ratunya bernama Sirima. Seorang Bodhisatta (Mahluk yang Bertekad untuk mencapai Pencerahan) bernama Phussa berada di kandungan ratu. Setelah akhirnya Bodhisatta itu mencapai pencerahan penuh, 1 Raja Jayasena menjasi sangat melekat pada pemikiran ‘Putraku telah meninggalkan Keduniawian yang Agung. Dia telah menjadi Buddha (Yang Tercerahkan). Buddha adalah milikku, Dhamma adalah milikku, Sangha adalah milikku.’ Sepanjang waktu, raja sendirilah yang melayani Beliau, dan tak seorang pun diberi kesempatan untuk melakukan hal itu. Tiga adik tiri Yang Terberkahi dari ibu lain berpikir,’ Para Buddha muncul untuk manfaat seluruh dunia, bukan untuk manfaat satu orang saja. Tetapi ayah kami tidak memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk melayani Beliau. Bagaimana kami dapat merekayasa agar bisa melayani Yang Terberkahi? ‘Mereka berpikir,’ Mari kita lihat apakah kita bisa menemukan cara. ‘ Maka mereka membuat seolah-olah ada pergolakan di daerah perbatasan. Ketika raja mendengar bahwa ada pergolakan di perbatasan, dia mengirimkan ketiga putranya itu untuk mengamankan daerah perbatasan. Setelah berhasil, mereka pun kembali. Raja merasa senang dan menawarkan anugerah kepada mereka: ‘Apa pun yang kalian inginkan,’ kata raja, ‘ambillah.’ –Mereka berkata, ’Kami ingin melayani Yang Terberkahi.’-‘Ambil lainnya kecuali itu.’ –Mereka bersikeras, ‘Kami tidak menginginkan apa pun lainnya.’ –‘ Kalau demikian, ambillah, tetapi tentukan batas waktunya.’Mereka meminta tujuh tahun , tetapi raja tidak mengizinkannya. Maka mereka minta secara berturut-turut enam tahun, lima tahun, empat tahun, tiga  tahun, dua tahun, satu tahun, tujuh bulan, enam bulan, lima bulan, empat bulan, sampai menurun menjadi tiga bulan. Kemudian raja berkata,’ kalian boleh mengambilnya,’ dan ketiga putra itu diizinkan melakukan hal itu.
5.      Setelah permohonannya dikabulkan, ketiga saudara tiri Sang Buddha merasa sangat puas. Mereka mendatangi Yang terberkahi, dan setelah memberi hormat kepada Beliau, mereka berkata, ‘Yang Mulia, kami ingin melayani Yang Terberkahi selama tiga bulan. Yang Mulai, biarlah Yang Terberkahi menyetujui hal ini selama tiga bulan Masa Musim Hujan ini.’ Sang Buddha memberikan persetujuan dengan berdiam diri.
6.      Maka mereka kemudian mengirimkan surat kepada pejabat Negara, [203] [yang berbunyi] ‘ Yang Terberkahi akan dilayani oleh kami selama tiga bulan ini. Bangunlah suatu tempat tinggal dan persiapkan segala yang dibutuhkan untuk melayani Yang Terberkahi.’ Setelah semuanya selesai, pejabat itu melaporkannya. Setelah mengenakan pakaian bewarna kuning, bersama dengan dua ribu lima ratus abdi, ketiga putra raja itu pun mengiringi Yang Terberkahi kesana, dan melayani Beliau dengan penuh perhatian. Mereka memberikan tempat tinggal itu kepada Beliau dan mempersilakan Beliau untuk tinggal di sana. Bendahara mereka-seorang putra perumah-tangga yang sudah menikah-adalah orang yang percaya dan memiliki keyakinan. Maka dia pun mengurus dan memberikan materi untuk dana bagi Sangha yang dipimpin oleh Yang Terberkahi.Pejabat itu menerima semua materi yang dikirimkan, dan- bersama dengan sebelas ribu orang dari daerah perdesaan- dia menyuruh agar dana makanan disiapkan dengan seksama. Namun beberapa di antara orang-orang itu bukan orang yang setia. Orang-orang ini menghalangi pemberian dana, bahkan mereka sendirilah yang makan makanan yang seharusnya diberikan, dan malahan membakar ruang makan. Ketika Upacara Pavarana2 selesai, ketiga putra raja itu memberi hormat kepada Yang Terberkahi. Lalu, dengan Yang Terberkahi berada di depan, mereka pun kembali menghadap raja. Yang Terberkahi, sesudah kembali ke sana, mencapai Parinibbana.
7.      Raja, para putra raja, si pejabat, dan si bendahara meninggal pada saatnya. Dengan para pengikutnya, mereka terlahir kembali di surga, sedangkan orang-orang yang tidak setia itu terlahir kembali di neraka-neraka. Demikianlah sembilan puluh dua kalpa berlalu sementara dua kelompok itu masing-masing terus terlahir kembali dari surga ke surga, dan dari neraka ke neraka.
8.      Pada kalpa yang membawa keberuntungan ini, pada zaman Buddha Kassapa, mereka yang tidak setia itu terlahir kembali di antara mahluk halus. Ketika manusia[pada waktu itu] memberikan dana makanan untuk sanak-saudara (mahluk halus) mereka yang telah meninggal, mereka membaktikan jasa kebajikannya demikian, ‘Biarlah ini untuk sanak-saudara kami.’ Dengan cara demikian, sanak-keluarganya itu memperoleh keelokan seperti itu?’ Buddha Kassapa menjawab’Kalian tidak akan memperolehnya sekarang. [204] Tetapi di masa depan, akan ada seseorang Yang Tercerahkan, yang bernama Gotama. Pada zaman Yang Terberkahi Gotama itu, akan ada seorang raja yang bernama Bimbisara. Sembilan puluh dua kalpa yang lalu dia adalah sanak-saudaramu. Setelah memberikan dana makanan kepada Yang Tercerahkan, raja Bimbisara akan membaktikan jasa kebajikannya untuk kalian. Pada saat itulah kalian akan memperolehnya.’Ketika hal tersebut dikatakan, para mahluk halus kelaparan itu seolah-olah diberitahu’Kalian akan memperolehnya besok’.
9.      Kemudian setelah satu interval-Buddha berlalu, Yang Terberkahi kita pun muncul di dunia. Tiga putra raja tersebut-bersama dengan dua ribu lima ratus pengikutnya-jatuh (meninggal) dari alam dewa dan terlahir kembali di keturunan Kasta-Brahmana di kerajaan Magadha. Pada saatnya, mereka meninggalkan kehidupan-berumah dengan para Yang Melihat. Dan mereka menjadi tiga petapa berambut-kusut di Gayasisa (lihat Vin. i .23). Pejabat negeri itu menjadi Raja Bimbisara, dan bendahara perumah-tangga menjadi Visakha, banker yang besar. Istrinya dulu, yang bernama Dhammadinna, menjadi pemilik bank itu (lihat MA. ii . 355). Demikianlah, seluruh pengikut lainnya pu terlahir kembali sebagai pengikut raja.
10.  Setelah Buddha Gotama muncul di dunia, maka tujuh minggu kemudian [sehabis pencerahan Beliau], akhirnya Beliau sampai ke Benares. Di situ Beliau mulai memutar Roda Dhamma. Setelah mengajar para Bikkhu Kelompok Lima, Beliau mendisplinkan tiga petapa berambut-kusut beserta dua ribu lima ratus pengikutnya. Kemudian, Beliau dating ke Rajagaha. Di sana Beliau memantapkan raja Bimbisara dalam Buah Pemasuk-Arus ketika raja dating untuk mengunjungi Sang Buddha pada hari itu juga, bersama dengan sebelas perumah-tangga dari Kasta-Brahmana di Magadha. Kemudian Sang Buddha diundang oleh raja untuk makan pada hari  berikutnya, dan Beliau setuju. Di hari berikunya, ketika memasuki Rajagaha, Sang Buddha didahului oleh Sakka, Penguasa Para Dewa, yang memuji Beliau dengan syair yang bermula dengan
‘Ke Rajagaha Beliau datang, terkendali dan terbebas,
‘Dan bersama Beliau adalah mantan petapa-petapa berambut kusut‘
Yang terkendali dan terbebas.
Cemerlang bak permata keemasan,
‘Yang Terberkahi memasuki Rajagaha’ (Vin. i. 38)
Dan di tempat tinggal raja, Sang Buddha menerima dana makanan yang melimpah.
11.  Mahluk-mahluk halus itu pun mendekat dan menunggu dengan harapan, ‘Sekarang [205] raja akan membaktikan pemberian dana itu bagi kami; sekarang dia akan membaktikannya.’ Tetapi raja Bimbisara hanya memikirkan tempat tinggal untuk Yang Terberkahi demikian, ‘Di mana sebaiknya Yang Terberkahi berdiam?’ Akibatnya, raja sama sekali tidak  membaktikan pemberian dana itu kepada siapa pun. Karena mendapati bahwa harapan mereka sirna, di malam itu para mahluk halus itu mengeluarkan lengkingan yang mengerikandi sekitar kediaman raja. Raja terganggu oleh rasa-kemendesakan dan ketakutan. Maka pada pagi harinya dia memberitahu Yang Terberkahi, ‘Yang Mulia Bhante, saya mendengar suara sedemikian rupa semalaman. Apa yang akan terjadi pada ku ?’Yang Terberkahi berkata, ‘Jangan takut, raja yang agung. Tak ada celaka yang akan datang dari hal itu. Yang terjadi adalah, ada sanak-saudaramu di masa lampau yang terlahir kembali di antara mahluk halus. Dan selama satu interval-Buddha mereka telah selalu mengharapkan engkau memberikan dana kepada Yang Tercerahkan dan kemudian membaktikan jasa kebajikan itu kepada mereka. Namun kemarin engkau tidak melakukannya. Karena mendapati bahwa harapan mereka sirna, mereka mengeluarkan lekingan yang mengerikan seperti itu’. Raja bertanya ‘Yang Mulia Bhante, apakah mereka akan memperolehnya jika [pemberian dana] diberikan sekarang?’-‘Ya, Raja yang Agung.’-‘Kalau demikian, Yang mulia, sudilah Yang Terberkahi menerima [undangan] saya untuk hari ini.’Yang Terberkahi menerimanya.
12.  Maka Raja pun kembali ke tempat tinggalnya. Setelah menyuruh menyiapkan dana yang melimpah, raja mengumumkan waktunya. Yang terberkahi-bersama Sangha para Bikkhu-pergi menuju istana kerajaan, dan duduk ditempat yang telah disediakan, bersama dengan Sangha para Bikkhu. Mahluk-makhlus halus tersebut datang berdiri di luar dinding, dsb. [sambil berpikir], ‘Hari ini mungkin kami akan memperolehnya.’ Maka Sang Buddha membuat agar mahluk-mahluk itu semuanya tampak terlihat oleh raja. Ketika memberikan air-persembahan, raja membaktikan jasa kebajikan itu demikian,’Biarlah ini untuk sanak-saudara.’ Pada waktu itu juga, kolam-kolam yang tertutup teratai muncul bagi para mahluk halus. Mereka pun mandi dan minum. Dengan susah payah, akhirnya kelelahan dan kehausan mereka mereda, dan mereka berubah menjadi keemasan. Ketika memberikan bubur, hidangan, dan makanan surgawi pun muncul bagi mereka. Setelah menyantap semuanya, kemampuan mereka pun menjadi segar kembali. Kemudian, ketika mempersembahkan pakaian dan tempat tinggal, raja juga membaktikan jasa kebajikan itu [206]. Pakaian surgawi, sandal-sandal surgawi3 dan istana-istana surgawi dengan berbagai macam perabot surgawi-seperti misalnya karpet, dipan, dsb.- muncul bagi mereka. Keelokan ini tampak terlihat oleh semuanya, sebagaimana Sang Buddha telah memutuskan agar demikian. Dan raja merasa sangat puas.
13.  Setelah makan dan sudah kenyang, Sang Buddha mengucapkan bait-bait ini’Di luar dinding mereka berdiri dan menunggu’ dengan tujuan untuk memberikan berkah-Nya kepada Raja Magadha.
Dan pada titik ini, apa yang dinyatakan secara ringkas di dalam Pengaturan, yaitu,’Mengenai khotbah ini [kami perlu bertanya] Oleh siapa dikatakan, di mana, kapan, dan mengapa. Komentarnya diberikan olehnya dengan baik Yang dapat menceritakan semua dengan urutan yang benar’ telah dijelaskan secara mendetil. Sekarang kami akan memberikan komentar tentang Khotbah Di-Luar-Dinding ini sesuai dengan urutannya sebagai berikut
[Bait 1]
14.  Di bait pertama (lihat di bawah), yang disebut di luar dinding (tirokudda) adalah sisi-sisi dinding yang jauh di sana. Mereka berdiri [dan menunggu] (titthanti): frasa ini menegaskan bahwa mereka berdiri dan menyangkal bahwa mereka duduk, dsb. Sebagaimana dikatakan tentang orang yang pergi ke sisi tanah berpagar jauh di sana dan ke sisi gunung jauh di sana  sehingga ‘dia pergi tak terhalangi melalui pagar-pagar (tiropakaram), melalui gunung-gunung (tiropabbatam)’ (D. i . 78), demikian pula di sini Beliau mengatakan tentang mereka yang berdiri di sisi dinding jauh di sana itu  di luar dinding mereka berdiri dan menunggu (tirokuddesu titthanti).
15.  Dan di perempatan serta pertigaan jalan (sangdhisinghatakesu) :di sini, yang disebut ‘perempatan (sandhi) adalah [persimpangan] perempatan untuk jalan-kereta dan juga persimpangan-rumah dan persimpangan-dinding dan persimpangan-penerangan (celah-penerangan), dan yang disebut ‘pertigaan-jalan’ (singhataka) adalah [persimpangan] pertigaan dari jalan-kereta. Dengan menggabungkannya menjadi satu[gabungan], Beliau mengatakan dan di persimpangan dan pertigaan jalan.
16.  Mereka menunggu di samping tiang-tiang gerbang (dvarabahasu titthanti): mereka berdiri di dekat tiang-tiang gerbang kota dan pintu rumah. Kembali ke rumah mereka yang dahulu (agantvana sakam gharam): di sini ‘rumah yang dahulu’ itu berarti rumah milik sanak-saudara mereka dahulu dan rumah mereka sendiri di mana mereka dahulu hidup sebagai pemiliknya. Mereka datang dengan pengertian bahwa keduanya adalah rumah mereka sendiri. Itulah sebabnya dikatakan ‘kembali ke rumah mereka yang dahulu’.
17.  [Demikianlah Yang Terberkahi menunjukkan kepada raja] mahluk-mahluk halus yang tubuhnya rusak, mengerikan, dan menjijikan. Mereka datang ke tempat tinggal Bimbisara. Mereka merasa rumah itu sebagai rumah mereka sendiri karena merupakan rumah sanak-saudara mereka dahulu walaupun mereka belum pernah tinggal di sana sebelumnya. Mereka berdiri di luar dinding, di perempatan serta pertigaan jalan dan di samping tiang-tiang gerbang. Demikianlah keberadaan mereka itu sama sifatnya seperti buah iri hati dan ketamakan. 4Ada beberapa yang jenggot dan rambutnya panjang yang kusut5 [207]. Berwajah-hitam, dengan kaki tangan hitam yang kasar dan kurus-kering, yang sendinya bergelantung kendor, yang terlihat seperti pohon palmira yang hangus terbakar di sana sini karena kebakaran hutan;ada beberapa yang tubuhnya dilahap nyala api [dari dalam] yang disendawakan dari mulut ketika api itu tersembur keluar dari perut mereka karena nyala6 rasa lapar dan haus. Ada beberapa yang kerongkongannya tidak lebih besar daripada mata lubang jarum dan perutnya buncit sebesar gunung, sehingga tidak mampu menelan minuman dan makanan yang cukup untuk memenuhi keinginan mereka sekalipun mereka telah memperolehnya, dan dengan demikian harus menikmati7 rasa lapar dan rasa haus karena menginginkan citarasa yang lain. Dan ada beberapa yang mencari darah atau kotoran atau minyak sendi yang keluardari borok atau bisul yang pecah pada tubuh mahluk halus lain atau pada mahluk lain, dan menikmatinya seolah-olah itu adalah ambrosia. Maka Sang Buddha mengucapkan bait ini
Tirokuddesu titthanti sandhisanghatakesu ca
Dvarabahasu titthanti agantvana sakam gharam.

‘Di luar dinding mereka berdiri dan menunggu,
‘Dan di perempatan serta pertigaan jalan;
‘Kembali ke rumah mereka yang dahulu,
‘Mereka menunggu di samping tiang-tiang gerbang.
Dan setelah mengatakan bait ini, dengan menunjukkan mahluk-mahluk halus itu, Sang Buddha kemudian mengucapkan bait kedua ‘Tetapi ketika pesta besar disiapkan’. Untuk menunjukkan betapa suramnya [akibat dari tindakan] yang telah dilakukan oleh mereka.
[Bait 2]
18.  Di sini, beraneka ragam (pahute) [berarti] tidak sedikit banyak (bahumhi); sebanyak yang dibutuhkan, itulah yang dimaksud. Suku kata ba memang boleh digantikan dengan pa [sehingga bahu diubah menjadi pahu] sebagaimana di bacaan-bacaan seperti misalnya ‘Pahu santo na bharati’ (‘Yang, walaupun memiliki banyak (mampu), tidak menopang [ibu]……’Sn. 98). Beberapa terbaca pahute(‘melimpah’:lokatif) dan juga pahutam (‘secara beraneka ragam’: netral, nominative, sebagai kata keterangan); tetapi itu merupakan pembacaan yang ceroboh. Dengan makanan dan minuman: annapanamhi=anne ca panamhi (ketentuan bentuk majemuk). Pesta : khajjabhojje (harfiah’dapat dikunyah dan dapat dimakan’)= khajje ca bhojje ca (ketentuan bentuk majemuk); dengan hal itu, [yaitu anna dan pana serta khajja dan bhojja (=khadaniya dan bhojaniya)] Beliau menunjukkan empat jenis nutrisi yang didasarkan atas apa yang dimakan(asita), diminum (pita), dikunyah (khayita), dan disantap (sayita). Disiapkan (upatitthite): siap, telah mendekati (upagamma thite) ; yang dimaksud adalah: dibuat siap, disiapkan, digabungkan.
19.  Bahwasanya tak seorang pun mengingat mahluk-mahluk itu (na tesam sarati sattanam): ketika mahluk-mahluk ini telah muncul di Alam Halus, tak ada ayah atau ibu atau anak yang mengingat mereka. Karena apa ? Hal itu berasal dari tindakan-tindakan lampau mereka (kammapaccaya): kondisi [yang diperlukan] untuk terjadinya hal itu adalah tindakan-tindakan kikir yang dikelompokkan sebagai tiada-memberi, pencegahan materi, dan sebagainya; [208] tindakan mereka itulah yang menyebabkan sanak-saudara mereka tidak mengingat mereka.
20.  Maka Yang Terberkahi berkata
Pahute annapanamhi khajjabhojje upatthite
Na tesam koci sarati sattanam kammapaccaya.

‘Tetapi ketika pesta besar dimulai
‘Dengan beraneka ragam makanan dan minuman,
‘Bahwasanya tak seorang pun mengingat
‘Mahluk-mahluk itu berasal dari berasal dari tindakan-tindakan lampau mereka’.
Beliau mengatakan hal ini untuk menunjukkan bahwa makanan, minuman, dsb. Yang tidak sedikit telah disiapkan, dan mahluk-mahluk halus itu berkeliling hilir mudik dengan harapan Beliau menunjukkan kenyataan bahwa tak satu pun dari sanak-saudara mengingat mereka itu. Hal ini disebabkan oleh karena suatu tindakan [lampau] yang telah dilakukan oleh [mahluk-mahluk halus] itu telah matang dalam bentuk yang amat tidak menyenangkan ini. Kemudian, Beliau mengatakan bait ketiga, yaitu, ‘ Maka mereka yang memiliki kasih saying Di hati akan memberi bagi sanak-saudara’, dan sekali lagi mempercayakan kepada raja untuk memberikan dana yang jasa kebajikannya dibaktikan pada sanak-saudara yang telah muncul di Alam Halus.
[Bait 3]
21.  Disini, demikianlah(evam) adalah istilah perbandingan. Hal ini dapat dijelaskan dengan dua cara, yaitu ‘ Mereka yang- sekalipun jika mereka tidak ingat akan mahluk-mahluk itu, yang disebabkan oleh karena tindakan-tindakan lampau mereka- memberi sesuatu, tak peduli apa pun, bagi sanak-saudara, memiliki kasih saying di hati demikian (evam) atau ‘Mereka yang memberi untuk para sanak-saudara minuman dan makanan yang sesuai, enak, dan murni pada saat-saat demikian (evam), raja yang agung, dengan cara yang kau lakukan, adalah penuh kasih sayang’.Memberi: dadanti=denti (bentuk tata bahasa alternative): membaktikan, mengirimkan. Bagi sanak-saudara(natinam): bagi mereka dari sisi ayah dan ibu. Mereka yang (ye): anak laki atau anak perempuan atau saudara-saudara laki mana pun. Adalah: honti=bhavanti (bentuk tata bahasa alternative). Penuh kasih saying (anukampaka): penuh kebaikan, mencari kesejahteraan. Murni (sucim): tanpa noda, indah dilihat, menyenangkan bagi pikiran, sesuai dengan Dhamma, diperoleh sesuai dengan Dhamma. Dan baik (panitam-harfiah’tinggi’):tertinggi, terbaik. Pada saat-saat ini (kalena): pada saat ketika sanak-saudara yang merupakan mahluk halus kelaparan itu telah datang dan berdiri di luar dinding dan sebagainya. Serta cocok (koppiyam): sesuai, pantas, pas untuk digunakan oleh Para Mulai. Minuman dan Makanan: panabhojanam=panan ca bhojanan ca (ketentuan bentuk majemuk);di sini, yang dimaksudkan dengan ‘minuman dan makanan’ adalah apa pun yang diberikan.
22.  Jadi, dengan memuji perbuatan raja Magadha yang memberikan minuman dan makanan bagi sanak-saudara yang berupa mahluk halus itu, Sang Buddha berkata
Evam dadanti natinam ye honti anukampaka
Sucim panitam kalena kappiyam panabhojanam

‘Demikian mereka yang penuh kasih sayang
‘Di hati memberi bagi sanak-saudara
‘Minuman dan makanan seperti itu yang murni
‘Dan baik serta cocok pada saat-saat ini:’
Dan setelah mengatakan hal ini, Beliau kemudian mengucapkan paruh pertama dari bait keempat, yaitu, ‘Biarlah ini untuk sanak-saudara’, yang menunjukkan cara bagaimana dana itu harus diberikan.
[Bait 4 paruh pertama]
23.  Hal itu harus dijelaskan hubungannya dengan paruh pertama bait ketiga sebagai berikut:’Demikianlah mereka yang (adalah) penuh kasih sayan. Di hati memberi bagi sanak-saudara [209] [dengan menyatakan]’Maka biarlah ini untuk sanak-saudara; semoga sanak-saudara memperoleh kebahagiaan ‘. Jadi, demostrasi cara memberilah yang dihasilkan di sini melalui kata’demikianlah’ (evam), dengan cara demikian ‘Mereka memberikan demikian (evam) “Biarlah ini untuk sanak-saudara” dan bukan yang lainnya’.
24.  Di sini, ini (idam)menunjukkan benda yang diberikan. Vo (tidak diterjemahkan) hanyalah partikel kecil, seperti di bacaan ‘Kacci pana vo Anuruddha samagga sammodamana8 (‘Saya berharap kalian semua hidup dalam harmoni dan kesepakatan, Anuruddha’: M. i. 17); kata ini bukanlah [kata ganti] genitif. Biarlah….untuk sanak-saudara (natinam hotu): biarlah [ini] untuk sanak-saudara yang telah lahir di Alam Halus. Semoga sanak-saudara memperoleh kebahagiaan (sukhita hontu natayo): semoga sanak-saudara yang telah muncul di Alam Halus memperoleh kebahagiaan (menjadi bahagia) ketika kehidupan mereka memiliki sifat yang sama dengan hal ini.4
25.  Maka Yang Terberkahi berkata
Idam vo natinam hotu, sukhita hontu natayo.
‘Maka biarlah ini untuk sanak-saudara;
‘Semoga sanak-saudara memperoleh kebahagiaan;
Setelah mengatakan hal ini, dan menunjukkan dengan cara apa suatu persembahan hatus diberikan kepada sanak-saudara yang telah muncul di Alam Halus, Beliau kemudian mengatakan paruh kedua dari bait keempat, yaitu ‘Mahluk-mahluk halus dari sanak-saudara yang telah meninggal yang telah datang dan berkumpul di sana’, dan paruh pertama dari bait kelima, yaitu,’ Dengan bersemangat….atau beraneka ragam makanan dan minuman yang berlimpah’. Di situ ditunjukkan bahwa walaupun mungkin dikatakan ‘Maka biarlah ini untuk sanak-saudara’, tetapi bukan tindakan yang dilakukan oleh seseorang akan memberikan buah bagi yang lain,[hal itu tidak pernah demikian], melainkan semata-mata bahwa suatu objek yang dibaktikan dengan cara ini merupakan kondisi(yang diperlukan) bagi sanak saudara [yang merupakan mahluk halus] (itu sendiri untuk melakukan)tindakan bermanfaat, (dan Beliau menunjukkan)bagaimana tindakan bermanfaat semacam itu dengan hal itu sebagai objeknya memunculkan buahnya pada saat itu juga.9
[Bait. 4 paruh kedua dan Bait 5 paruh pertama]
26.  Inilah arti dari [dua paruh bait] ini. Mahluk-mahluk halus dari sanak-saudara yangtelah meninggal ini (te natipeta), yang, di sana (tattha) di tempat dana makanan itu sedang diberikan, telah berhimpun (samagantva) dengan caratelah datang ke sekeliling situ (samantato agantva) dengan cara telah datang ke sekeliling situ (samantato agantva)- yang dimaksudkan adalah yang telah bergabung, atau yang telah bersatu- dan berkumpul(samagata : harfiah’berkumpul sebelumnya’), yang dimaksud adalah  datang secara bersamaan (sama agata)-, [dengan berpikir] ‘Sanak-saudara kita ini sedang membaktikan dana makanan bagi kepentingan kita’. [mereka] akan beraneka ragam [berlimpah] makanan dan minuman (pahute annapanamhi), karena beraneka ragam [berlimpah]makanan dan minuman yang dibaktikan bagi mereka sendiri itu, dengan bersemangat memberikan berkah mereka(sakkacam anumodare), karena memiliki keyakinan penuh terhadap tindakan, dan tanpa meninggalkan kekaguman, [karena berpikir] dengan kesadaran yang tidak kacau ‘Semoga dana makanan ini menjadi manfaatdan kesejahteraan bagi kita’, mereka gembira (modanti) dan memberikan berkah (anumodanti : harfiah’ berbagi kegembiraan’) dan dipenuhi kebahagiaan dan kegembiraan.
27.  [201] Maka Yang Terberkahi berkata
Te ca tattha samagantva natipeta samagata
Pahute annapanamhi sakkacam anumodare

Mahluk-mahluk halus dari sanak-saudara yang telah meninggal ini
Yang berhimpun dan berkumpul di sana
Dengan bersemangat akan memberikan berkah mereka
‘Atas beraneka ragam [berlimpah] makanan dan minuman’.
Setelah mengatakan hal ini, dengan menunjukkan bagaimana bisa muncul tindakan bermanfaat yang sekaligus memunculkan buahnya bagi mereka yang telah muncul di Alam Halus, Beliau kemudian mengatakan paruh kedua dari bait kelima, yaitu, ‘Maka semoga sanak-saudara kita berumur panjang’, dan paruh pertama bait keenam, yaitu, ‘Karena penghormatan bagi kita telah dilakukan’, yang menunjukkan jenis rasa terima kasih [yang dipersembahkan] oleh para sanak-saudara itu pada saat kehidupan mereka telah memiliki sifat yang sama dengan buah tindakan yang bermanfaat itu.
[Bait 5 paruh kedua dan bait 6 paruh pertama]
28.  Beginilah artinya. Maka semoga…berumur panjang (ciramjivantu): semoga [mereka] memiliki masa kehidupan yang lama. Sanak-saudara kita (no nati): famili kita (nataka). Oleh karena merekalah (yesam hetu): bergantung padanya, disebabkan oleh mereka. Kita memiliki perolehan ini: labhamase=labhama (bentuk tata bahasa alternatif); mereka berbicara dengan mengakui keelokan yang baru saja diperoleh oleh diri mereka sendiri pada saat itu; karena dengan tiga faktor, yaitu dengan rasa terima kasih mereka sendiri, dengan bakti dari si pemberi, dan dengan keelokan si penerima, [yaitu, Sangha yang dipimpin oleh Sang Buddha,] maka persembahan itu berhasil akan memunculkan buah pada saat itu pula, dan dari [tiga] faktor ini si pemberi merupakan penyebab yang khusus. Itulah sebabnya mereka mengatakan ‘Oleh karena merekalah kami memiliki perolehan ini’.
29.  Karena penghormatan bagi kita telah dilakukan (amhakan ca kata puja): penghormatan telah dilakukan pada kita oleh mereka yang membaktikan dana mereka demikian ‘Maka biarlah ini untuk sanak-saudara’. Tak ada pemberi yang pernah kekurangan buah [dari pemberian mereka] karena tindakan yang berdasar atas pemberian akan memberikan buah seketika itu juga dalam kesinambungan di mana tindakan itu dilakukan.
30.  Di sini mungkin ditanyakan: Tetapi bagaimana jadinya, apakah hanya sanak-saudara yang terlahir di Alam Halus saja yang memperolehnya, atau apakah yang lain memperolehnya juga ? –Yang Terberkahi sendiri telah menjawabnya ketika ditanya oleh Janussoni dari Kasta Brahmana, jadi apa yang perlu dikatakan oleh kami di sini? Demikian dikatakan :’Guru Gotama, kami dari Kasta Brahmana melakukan pemberian dana dan memberikan persembahan bela-sungkawa demikian “Semoga ini berguna untuk famili dan sanak-saudara yang telah meninggal (mahluk halus); semoga famili dan sanak-saudara yang telah meninggal memanfaatkan persembahan ini.”Apakah dana itu berguna untuk famili dan sanak-saudara yang telah meninggal, Tuan Gotama? Apakah famili dan sanak-saudara yang telah meninggal itu memanfaatkannya?- itu bermanfaat bila mereka ada pada tempat untuknya, Brahmana, namun tidak bila mereka tidak ada pada tempat untuknya? – Di sini, Brahmana, seorang adalah pembunuh mahluk yang bernafas, pengambil apa yang tidak diberikan berperilaku salah di dalam nafsu-nafsu indera; dia berbicara bohong, berbicara dengan dengki, berbicara dengan kasar, dan omong koson; dia tamak; memiliki kesadaran niat-jahat, dan memiliki pandangan salah.[211] Pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, dia muncul kembali di neraka. Di sana dia bertahan hidup dan makan jenis makanan yang dimiliki oleh penghuni neraka. Itu bukan tempatnya, dan tidak ada dana yang berguna baginya sementara dia tinggal di sana. Di sini, Brahmana, seseorang adalah pembunuh mahluk bernafas,……memiliki pandangan salah. Pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, dia muncul kembali di rahim binatang. Di sana dia bertahan hidup dan makan jenis makanan yang diterima oleh mahluk yang ada di kandung binatang. Itu juga bukan tempatnya, dan tidak ada dana yang berguna baginyaa sementara dia tinggal di sana. Di sini, Brahmana, seorang menjauhkan diri dari membunuh mahluk hidup, dari mengambil apa yang tidak diberikan, dari perilaku seksual yang salah; dia menjauhkan diri dari berbicara salah, berbicara dengan dengki, dari berbicara dengan kasar, dan dari omong kosong;dia tidak tamak, tidak memiliki kesadaran niat-jahat, dan memiliki pandangan benar. Pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, dia muncul kembali dia muncul kembali di dalam kelompok manusia. Di sana dia bertahan hidup dan makan jenis makanan yang dimiliki oleh manusia…dia muncul kembali di dalam kembali di dalam kelompok dewa. Di sana dia bertahan hidup dan makan jenis makanan yang dimiliki oleh dewa. Itu pun bukan tempatnya, dan tak ada dana yang dapat berguna baginya sementara dia tinggal di sana. Tetapi, di sini seseorang merupakan pembunuh mahluk yang bernafas,…..memiliki pandangan salah. Pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, dia muncul kembali di Alam Halus. Di sana dia bertahan hidup dan makan junis makanan yang dimiliki oleh Penghuni Alam Halus, atau kalau tidak demikian, di sana dia bertahan hidup dan makan apa yang dipersembahkan baginya oleh sahabat-sahabat atau teman-teman  atau famili dan sanak-saudara dari sini [di dalam kehidupan ini].Itulah tempatnya, dan suatu dana berguna baginya sementara dia tinggal di sana.-Tetapi Guru Gotama, jika sanak-saudara telah meninggal itu tidak muncul di tempat itu, siapakah yang memperoleh manfaat dari dana itu ?-Ada famili dan sanak-saudaranya, Brahmana, yang telah muncul kembali di tempat itu. Merekalah yang memanfaatkan dana tersebut.-Tetapi  Guru Gotama, jika sanak-saudara yang telah meninggal itu tidak muncul kembali di tempat itu, dan jika sanak-saudara atau famili yang lain tidak muncul kembali di tempat itu, siapakah yang memperoleh manfaat dari dana itu ?-Adalah tidak mungkin, Brahmana, tidak bisa terjadi, bahwa tempat itu kosong dari sanak-saudaranya dalam rentang waktu yang panjang ini [dari lingkaran  kelahiran-ulang];dan lagi, tidak ada pemberi yang pernah kekurangan buah’ (A. v.269-71).
31.  [212]Maka Yang Terberkahi berkata
Ciram jivantu no nati yesam hetu labhamase
Amhakan ca kata puja dayaka ca anipphala.

‘Maka semoga sanak-saudara kita berumur panjang
‘Oleh karena merekalah kita memiliki perolehan ini,
‘Karena penghormatan bagi kita telah dilakukan,
‘Tak ada pemberi yang pernah kekurangan buah’.
Setelah mengatakan hal ini, dengan menunjukkan raja Magadha bagaimana sanak-saudaranya yang telah muncul di Alam Halus memberikan pujian yang ditopang oleh keelokan [yang baru saja diperoleh] demikian ‘Raja yang agung, sanak-saudaramu ini, karena merasa puas dengan keelokan di dalam pemberian memuji engkau demikian’, Beliau kemudian mengucapkan paruh kedua dari bait keenam, yaitu, ‘Karena di sana tidak pernah ada pembajakan’ dan bait ketujuh, yaitu, ‘Sama juga tidak ada perdagangan’, yang menunjukkan bahwa mereka yang telah muncul di Alam Halus memperoleh topangan kehidupan melalui apa yang diberikan dari sini karena tidak adanya (sumber seperti misalnya)membajak (bertani), memelihara ternak,dsb. Sebagai alas an bagi mereka untuk memperoleh keelokan.
[Bait 6 paruh kedua dan Bait 7]
32.  Beginilah komentar mengenai artinya. Karena, Raja yang agung, di sana (tattha) di Alam Halus tidak pernah ada ( na hi atthi) pembajakan jenis apa pun (kasi), yang dapat diandalkan oleh para mahluk halus untuk bisa memperoleh keelokaan. Tidak juga terdapat pengembalaan-ternak apa pun (gorakkh’ettha na vijjati): di sana bukan Cuma tidak ada pembajakan (bertani), melainkan juga tidak ada pengembalaan-ternak di Alam Halus, yang dapat diandalkan oleh para mahluk halus untuk bisa memperoleh keelokan. Sama juga tidak ada pedagangan (vanijja tadisi natthi): juga tidak ada perdagangan sebagaimana yang dapat menjadi penyebab bagi mereka untuk memperoleh keelokan. Tidak juga pertukaran uang emas (natthi hirannena kayakkayam): juga tidak ada pembelian dan penjualan melalui sarana uang emas di sana yang dapat diandalkan oleh para mahluk halusuntuk bisa memperoleh keelokan. Mahluk halus sanak-saudara yang telah meninggal itu hidup di sana dari pemberian yang diberikan di sini (ito dinnene yapenti peta kalagata tahim): hanya itulah yang membuat mereka hidup, membuat kedirian mereka berlanjut, melalui saran yang diberikan dari sini oleh sanak-saudara atau sahabat-sahabat atau teman-teman. Mahluk halus (peta): mahluk yang telah muncul di Alam Halus. Yang telah meninggal (kalagata): telah pergi (gata) karena tiba waktu (kala) kematian mereka sendiri; atau kalau tidak demikian, pembacaannya adalah kalakata, yang artinya adalah : mereka telah mengerjakan (kata) waktu mereka (kala), mengerjakan kematian mereka. Di sana (tahim): di Alam Halus itu.
33.  Maka [Yang Terberkahi] berkata
[Na hi tattha kasi atthi, gorakkh’ettha na vijjati,
Vanijja tadisi, natthi hirannena kayakkayam;
]
Ito dinnena yapenti peta kalagata tahim.
[‘Karena di sana tidak pernah ada pembajakan,
‘Tidak juga terdapat penggembalaan-ternak apa pun,
‘Sama juga tidak ada perdagangan,
‘Tidak juga pertukaran uang emas:]
‘Mahluk halus sanak-saudara yang telah meninggal itu,
‘Hidup di sana dari pemberian yang diberikan di sini.’
Dan setelah mengatakan hal ini, Beliau kemudian mengucapkan sepasang bait, yaitu,’Sama seperti air hujan yang tercurah di bukit’, yang menjelaskan artinya dengan perumpamaan.
[Bait 8 dan 9]
34.  Beginilah artinya. Sama seperti (yatha), ketika di bukit (unname), di tanah kering, di hamparan tanah tinggi, hujan tercurah turun (abhivattham) dari awan, air (udakam) mengalir turun (pavattati) mencapai lembah kosong (ninnam), mengalir, pergi ke, mecapai, semua hamparan tanah kosong yang terletak di bawah; demikianlah (evam eva)[213] pemberian suatu dana yang diberikan (dinnam) dari sini (ito) dapat berguna (upakappati)- artinya adalah: menjadi muncul, diwujudkan bagi- mahluk halus sanak-saudara yang telah meninggal (petanam): karena dunia mahluk halus adalah seperti tempat kosong bagi air untuk mengalir turun ke sana, dan jasa dari dana yang diberikan adalah seperti mengalirnya air ke bawah. Karena hal itulah maka dikatakan ‘itulah tempatnya, suatu dana berguna baginya sementara dia tinggal di sana’ (§ 30).Dan sama seperti (yatha), dengan pertemuan air terjun kecil dan mata air, sungai kecil dan anak-sungai, kolam dan danau, sungai-sungai besar, dasar sungai (varivaha), bila semuanya penuh (pura), dapat menampung air yang turun mengisi lautan (sagaram paripurenti); demikian pula pemberian yang diberikan di sini dapat berguna bagi mahluk halus sanak-saudara yang telah meninggal.
35.  Maka Yang Terberkahi berkata
Unname udakam vattam yatha ninnam pavattati,
Evam eva ito dinnam petanam upakappati.
Yatha varivaha pura paripurenti sagaram
Evam eva ito dinnam petanam upakappati.

‘Seperti air hujan yang tercurah di bukit
‘Mengalir turun mencapai lembah yang kosong,
‘Demikian pemberian yang diberikan di sini dapat berguna
‘Bagi mahluk halus sanak-saudara yang telah meninggal.
‘Seperti dasar-sungai yang bila penuh dapat menampung
‘Air yang turun mengisi lautan,
‘Demikian pula pemberian yang diberikan di sini dapat berguna
‘Bagi mahluk halus sanak-keluarga yang telah meninggal’.
Dan setelah mengatakan hal ini dan telah menjelaskan artinya melalui perumpamaan-perumpamaan ini, Beliau kemudian mengucapkan bait [kesepuluh], yaitu, ‘Dahulu dia memberi kepadaku’, yang menunjukkan bahwa seorang anggota keluarga harus memberikan persembahan bagi mereka, dan pada waktu melakukannya dia mengingat contoh-contoh ini, karena mahluk-mahluk itu tidak bisa minta’Berikan ini kepadaku’ sekalipun mereka telah datang ke rumah sanak-saudaranya dengan perasaan putus asa karena ingin sekali memperoleh suatu di sana,
[Bait 10]
36.  Beginilah artinya. ‘Dia telah memberi (adasi) kepadaku (me) uang ini, atau jagung ini, dan dia telah bekerja (akasi) pada tugas ini untukku (me) dengan mengatur segalanya sendiri, dan dahulu dia adalah sanak-saudaraku (nati) karena dia terhubung dari sisi ayah atau ibu, atau dia dahulu temanku (mitta) karena dia melindungi dengan kasih sayangnya, atau dia dahulu adalah sesamaku(sakha) karena kami sama-sama memakai kain buangan [dalam kehidupan meninggalkan keduniawian]’. Demikianlah, dengan mengingat semuanya dengan cara ini, maka biarlah dia berikan dana bagi mereka yang telah meninggal(petanam dakkhinam dajja[mengambil dakkinam sebagai akusatif yang ditentukan oleh dajja yang diambil sebagai bentuk optatif=dadeyya]), biarlah dia mengirimkan dana. Pembacaan lainnya adalah petanam dakkhina dajja (‘pemberian yang diberikan untuk orang yang telah meninggal’ [dengan mengambil dajja sebagai adj. sesuai dengan nom. F. tunggal dakkhina]); ini berarti bahwa dajja=daditabba [adj.gerundif normal]; apakah itu ? itu adalah dana (dakkhina) bagi orang yang telah meninggal; inilah yang dinyatakan :[hal ini harus dilakukan] oleh orang yang mengingat, dengan mengingat apa yang dahulu biasa mereka lakukan (pubbe katam anusssaram) dengan cara yang bermula ‘Dahulu dia memberi kepadaku’;dan bentuk nominative [dari present participle anussaram] harus dipahami memiliki lingkup instrumental, [yaitu, anussarata]
37.  Maka Yang Terberkahi berkata
Adasi me, akasi me, natimitta sakha ca me
Petanam dakkhinam dajja pubbe katam anussaram

‘”Dahulu dia memberi kepadaku, dia bekerja untukku,
‘Dahulu dia adalah sanak-saudaraku, temanku sesamaku”.
‘Maka berikan dana bagi mereka yang telah meninggal,
‘Dengan mengingat apa yang dahulu biasa mereka lakukan’.
Setelah mengatakan hal ini, dengan menunjukkan contoh-contoh ingatan di dalam mengirimkan dana bagi yang telah meninggal, [214] Beliau kemudian mengucapkan bait ini, yaitu, ‘Bukan ratap nangis’. Di situ ditunjukkan bahwa sementara orang-orang tetap dikuasai oleh ratap nangis dan kesedihan, dsb. Pada saat kematian sanak-saudara dan tidak memberikan apa pun yang berguna bagi kepentingan mereka, air mata dan kesedihan mereka hanya merupakan penyiksaan-diri yang kosong dari manfaat apa pun bagi mereka yang telah meninggal.
[Bait 11]
38.  Di sini, ratap tangis (runnam) adalah tindakan meratap (rodana), keadaan meratap (roditatta), meneteskan air mata; yang Beliau maksudkan adalah kekacauan fisik. Kesedihan (soka) adalah tindakan bersedih(socana), keadaan penuh kesedihan(socitatta); yang Beliau maksudkan adalah kekacauan mental.Berkabung(paridevana) adalah jeritan orang yang mengalami kehilangan sanak-saudara, dengan memuji sifat-sifat khusus [mereka] dengan cara bermula ‘Anakku satu-satunya, di mana kamu? (M. ii. 106)dan ‘Kekasihku! Sayangku!’; yang Beliau maksudkan adalah kekacauan ucapan.
39.  Maka Yang Terberkahi Berkata
Na hi runnam va soko va ya c’anna paridevana
Na tam petanam atthaya, ewam titthanti natayo.

‘Bukan ratap nangis, bukan pula kesedihan,
‘Bukan berkabung jenis apa pun, menolong
‘Mereka yang telah meninggal, yang sanak-saudaranya tetap‘
[Tidak bisa menolong mereka dengan bertindak demikian.
Setelah mengatakan hal itu, dengan menunjukkan bahwa ratap tangis dsb. Tidak ada gunanya, bahwa bukan ratap nangis atau kesedihan atau berkabung jenis apa pun, bahkan semua itu tidak menolong mereka yang telah meninggal, tetapi sanak-saudara mereka [yang bertindak] tetap demikian hanya merupakan penyiksaan-diri, Beliau kemudian mengucapkan bait itu, yaitu, ‘Dan persembahan semacam ini’. Yang [justru] menunjukkan nilai dana sebagaimana yang diberikan oleh raja Magadha.
[Bait 12]
40.  Beginilah artinya. ‘Tetapi ketika persembahan ini (ayan ca kho dakkhina), Raja yang Agung, diberikan (dinna), sebagaimana yang dilakukan olehmu hari ini, yang dibaktikan kepada sanak-saudara sendiri, ditempatkan dengan baik di dalam Sangha (sanghamhi supatitthita), bagi mereka (assa), bagi mereka yang telah meninggal, maka, karena Sangha merupakan lading jasa yang tiada bandingnya bagi dunia’ (M.i.37), dana itu bisa berguna lama bagi mereka di masa depan (digharattam hitaya upakappati)-bisa memberikan hasil, memberikan buah, itulah yang dimaksudkan. Dan dana itu bisa  juga berguna bagi mereka segera (thanaso), bisa berfungsi pada saat itu pula alih-alih jauh sesudahnya. Dan sebagimana dikatakan mengenai orang yang baginya [ide-ide] itu mudah dipahami pada saat itu pula ‘Hal itu mudah dipahami bagi Yang Sempurna pada waktu itu juga (thanaso)’ (bandingkan S.i. 193), demikian pula di sini, apa yang berguna pada saat itu dikatakan berguna’segera’ (harfiah ‘dengan segera’). Atau kalau tidak demikian, apa yang dimaksudkan adalah bahwa dana itu berguna di tempat itu juga (thana), yang dibagi menjadi tempat bagi Yang-Kelaparan-dan Kehausan, bagi Pemakan-Muntahan, bagi Yang-Hidup-dari-Pemberian-Orang-Lain, bagi Yang-Dikuasai-oleh-Nafsu-Keserakahan, dsb. Mengenai hal itu dikatakan ‘Itulah tempatnya (thana), dan dan itu berguna baginya sementara dia tinggal di sana’ (§ 30), [di situ, kata keterangan thanaso (‘dengan tempat’)digunakan] dengan cara yang sama seperti ketika di dunia [di luar Sasana] mereka mengatakan tentang orang yang memberikan mata uang kahapana bahwa dia ‘memberi dengan kahapana (kahapanaso)’; 10 [215]dan dengan interpretasi arti itu, [kata] berguna menyiratkan arti ‘terwujud, dimunculkan’.
41.  Maka Yang Terberkahi berkata
Ayan ca kho dakkhina dinna sanghamhi supatitthita
Digharattam hitay’assa thanaso upakappati.

‘Tetapi ketika persembahan ini diberikan
‘Dan ditempatkan dengan baik di dalam Sangha
‘Bagi mereka, maka dana itu bisa berguna lama
‘Bagi mereka di masa depan dan juga segera.’
Dan setelah menyatakan hal ini, dengan menunjukkan nilai dari dana yang diberikan oleh raja, Beliau kemudian mengucapkan bait terakhir, yang memuji raja untuk sifat-sifat khusus yang murni sehubungan dengan alasan-alasan berikut, yaitu:bila seseorang memberikan suatu persembahan semacam ini, Dhamma bagi sanak-saudara ditunjukkan oleh Beliau dalam bentuk mengerjakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh sanak-saudara dan bagi sanak-saudara; atau pilihan lain, suatu indikasi diberikan pada banyak orang demikian ‘Dhamma bagi sanak-saudara harus dipenuhi olehmu di dalam melakukan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh sanak-saudara dan bagi sanak-saudara hanya dengan cara ini, bukan melalui penyiksaan-diridengan ratap nangis yang tak ada gunanya, dsb. Dan juga ‘Penghormatan ini dilakukan bagi mereka yang telah meninggal olehmu dengan cara menyebabkan mereka yang telah meninggal itu memperoleh keelokan surgawi; dan juga kekuatan diberikan kepada para bhikku karena makanan, minuman, dsb. Yang kau sediakan, Sangha yang dipimpin oleh Yang Tercerahkan, dan juga jasa kebajikan yang bukan kecil dikumpulkan olehmu yang telah membuktikan satu pilihan yang murah hati, yang diperlengkapi dengan sifat-sifat yang khusus, yaitu kasih saying, dan sebagainya’.
[Bait 13]
42.  [Maka, di Bait terakhir,] dengan baris
So natidhammo ca ayam nidassito
‘Demikianlah Dhamma bagi para sanak-saudara telah ditunjukkan’.
Beliau menginstruksikan (sandasseti)11 kepada raja dengan khotbah Dhamma; karena di sini demonstrasi (nidassana) Dhamma bagi sanak-saudara itu sendiri sudah merupakan instruksi(sandassana). Kemudian, dengan baris kedua
Petanam Puja ca kata ulara
‘Juga bagaimana penghormatan yang tinggi bagi yang telah meninggal dilakukan’
Beliau mendorong raja untuk melakukan (samadapeti); karena di sini pujian ‘tinggi’ itu sendiri sudah merupakan dorongan untuk melakukan (samadapana) penghormatan itu berulang kali. Kemudian dengan baris
Balan ca bhikkhunam anuppadinnam
‘Dan bagaimana para Bikkhu dapat pula diberi kekuatan,
Beliau menggugah (samuttejeti) dia; karena di sini pemberian kekuatan itu sendiri sudah merupakan gugahan (samuttejana) dengan cara meningkatkan aktivitasnya di dalam memberikan kekuatan [seperti yang dinyatakan]’Memberikan kekuatan bagi mereka dari jenis ini’ (    ). Dan dengan baris
Tumehi punnam pasutam anappakam
‘Dan bagaimana jasa kebajikan yang besar dapat disimpan olehmu’
Beliau menyemangati (sampahamsati) dia; karena di sini mengingat jasa kebajikan yang besar itu sendiri sudah harus dipahami sebagai penyemangatan (sampahamsana) karena hal itu menghasilkan dorongan [216] dengan cara memberikan penekanan pada sifat-sifat khususnya sebagaimana adanya.
43.  Dan ketikan khotbah itu diakhiri, delapan puluh empat  ribu mahluk yang bernafas mencapai Dhamma melalui usaha penalaran karena ada rasa kemendesakan yang ditimbulkan oleh penekanan tentang bahaya kemunculan di Alam Halus. Pada hari berikutnya, Yang Terberkahi menyampaikan Khotbah Di-Luar-Dinding yang sama ini kepada dewa dan manusia sampai ke hari ketujuh dengan pencapaian Dhamma yang serupa.
Penjelasan mengenai Khotbah Di-Luar-Dinding dalam ilustrasi Arti Tertinggi, Komentar tentang Kitab-Kitab Minor, diakhiri.
Catatan
1Di dalam daftar 24 Buddha di Buddhavamsa, Buddha Pussa adalah yang ke-18
2Pavarite-ketika Upacara Pavarana berakhir’: Lihat Bab ix, n.1
3Untuk yana (harfiah ‘pergi’ atau ‘transport’) sebagai ‘alas kaki’ lihat  MA. iii. 222. Pengertian ini tidak terdapat di P.E.D.; tentu saja kata itu bisa berarti ‘kereta di sini, tetapi tampaknya tidak mungkin.
4Issamacchariyaphalam anubhavante di sini diterjemahkan ‘keberadaan mereka itu sama sifatnya seperti buah iri hati dan ketamakan’ karena alasan ontology yang diberikan di Bab vi, n. 51, Anu-bhavanti dan juga paccanubhavanta (§ 24=pati + anu + bhavanta) secara harfiah berarti ‘ada bersama dengan’ , ‘ada karena’, ‘sama sifatnya dengan’ , dan di sini pengertian yang dikemukakan adalah di dalam kehidupan ini juga, yang diperoleh pada waktu dilahirkan kembali, di dalam keberadaan mereka sendiri itu, mereka adalah buah dari iri hati dan ketamakan mereka dahulu (lihat penjelasan tentang bhavanga-citta di Vis. Bab xvii) ; yang penting bukanlah mereka itu (yang menjadi sesuatu yang lain) mengalami apa, melainkan justru pengalaman itu sendirilah yang menyebabkan mereka menjadi seperti itu secara subjektif. Lihat, misalnya, A.i.224-5: ‘Ananda, seandainya saja tidak ada tindakan yang menjadi matang di dalam elemen nafsu-indera (kamadhatu), apakah keberadaan nafsu-indera (dumadi-kamabhava)akan ada ?- Tidak, Yang Mulia.-Demikianlah adanya, Ananda, tindakan itulah ladangnya, kesadaran benihnya, dan nafsu keserakahan kelembabannya, bagi penanaman (pembentukan sudut pandang-bandingkan Bab iv, n. 25) kesadaran di dalam elemen rendah bagi para mahluk yang terkungkung oleh kebodohan dan terikat pada nafsu keserakahan. Demikianlah maka keberadaan (dumadi) yang diperbaruhi dimunculkan di masa depan’, dan demikian juga dengan  keberadaan yang memiliki bentuk (rupabhava) dan keberadaan tanpa bentuk (arupabhava). Nibbana bukanlah salah satu darinya.
5C.terbaca dighamassukesavikaradhare andhakaramukhe, tetapi B mempunyai dighamassuke sandhikararavaghane. Untuk kesa-vikara (kekusutan-rambut), bandingkan vikinna-kesa di Vis. Hal. 415, § 88 di atas.
6C.menegaskan pembacaan P.T.S tetapi memberikan vl.- pipasaranidhammena dan –pipasanimmathanena. B mempunyai –pipasaraninimmadhamena.
7C terbaca khuppipasaparete, yang memberikan pembacaan P.T.S sebagai vl.;B mempunyai khuppipasarasato.
8Kata vo sebagai partikel mungkin merupakan bentuk ve dan semata-mata kata penekan atau pengisi-baris saja; atau vo=tumhakam, dsb. Lihat MA. i. 18. Bentuk plural anuruddha adalah pl. voc. (yang di sini menyebut tiga orang secara kolektif) yang menggunakan nama si senior di dalam pl. tanpa memperdulikan nama orang-orang lain: ‘Engkau Anuruddha dsan yang lain’, seperti juga di Vin. i. 351, M. i. 207, 463. Bandingkan Sariputta di Vin. iii. 182 dan Vasettha di D. iii. 81, dst.
4Lihat n.4
9Pernyataan tamkhane (‘pada saat itu’) tidak dibuat dengan pengertian Abhidhamma yang ketat.
10Bandingkan Kasika ad Panini v, 4, 43.
11Penjelasan ini memberikan idiom-Sutta yang umum, sandasseti samadapeti samuttejeti sampahamseti, (Beliau memberikan instruksi, mendesak, menggugah, dan menyemangati’); lihat misalnya M. ii. 48.