1. Demikian yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang terberkahi
sedang berdiam di Savatthi di Taman Timur, di Istana Ibu Migara.
2. Pada saat itu, Sakka, penguasa para dewa, mendatangi Yang
Terberkahi. Setelah memberi hormat kepada Beliau, dia berdiri di satu
sisi dan bertanya: “Yang Mulia Bhante, secara ringkas bagaimanakah
seorang bhikkhu terbebas melalui hancurnya nafsu keinginan, orang yang
telah mencapai tujuan tertinggi, jaminan tertinggi untuk bebas dari
belenggu, kehidupan suci tertinggi, tujuan tertinggi, ia yang terkemuka
di antara para dewa dan manusia?”395
3. “Di sini, wahai penguasa para dewa, seorang bhikkhu telah
mendengar bahwa tak ada sesuatu pun yang pantas dilekati. Ketika
seorang bhikkhu telah mendengar bahwa tak ada sesuatu pun yang pantas
dilekati, secara langsung dia mengetahui segalanya; setelah secara
langsung mengetahui segalanya, dia sepenuhnya memahami segalanya;
setelah sepenuhnya memahami segalanya, maka perasaan apa pun yang dia
rasakan, tidak peduli menyenangkan atau menyekitkan atau
bukan-menyakitkan-pun-bukan-menyenangkan, dia berdiam merenungkan
ketidak-kekalan di dalam peresaan-perasaan itu, merenungkan pudarnya,
merenungkan penghentian, merenungkan pelepasan. Dengan merenungkan
demikian, dia tidak melekati apa pun di dunia ini. Ketika tidak melekat,
dia tidak gelisah. Ketika tidak gelisah, secara pribadi dia mencapai
Nibbana.396 [252] Dia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan,
kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah
dilakukan, tidak ada lagi kelahiran di dalam keadaan dumadi apa pun.’
Secara ringkas, wahai penguasa para dewa, dengan cara demikianlah
seorang bhikkhu terbebas melalui hancurnya nafsu keinginan, orang yang
telah mencapai tujuan tertinggi, jaminan tertinggi untuk bebas dari
belenggu, kehidupan suci tertinggi, tujuan tertinggi, dia yang terkemuka
di antara para dewa dan manusia.”
4. Kemudian Sakka, peguasa para dewa, karena gembira dan bersukacita
dengan kata-kata Yang Terberkahi, memberi hormat kepada Yang
Terberkahi. Dan dengan tatap menjaga agar Beliau tetap berada di
sebelah kanannya, dia pun segera lenyap.
5. Pada kesempatan itu, Y.M. Maha Moggallana sedang duduk tidak jauh
dari Yang Terberkahi. Kemudian beliau berpikir: “Apakah dewa itu tadi
bisa menembus arti kata-kata Yang Terberkahi ketika dia bersukacita,
atau tidak? Sebaiknya saya mencari tahu apakah dia bisa atau tidak.”
6. Kemudian, secepatnya orang kuat bisa meluruskan tangannya yang
tertekuk atau menekuk tangannya yang lurus, Y.M. Maha Moggallana lenyap
dari Istana Ibu Migara di Taman Timur dan muncul di antara para dewa
di Alam Tiga-puluh-tiga Dewa.
7. Pada kesempatan itu, Sakka, penguasa para dewa, diperlengkapi dan
diberkahi ratusan kali dengan lima jenis musik surgawi, dan dia sedang
menikmatinya di Taman Hiburan Teratai Tunggal. Ketika melihat Y.M.
Maha Moggallana dari jauh, dia menhentikan musikitu, mwnghampiri Y.M.
Maha Moggallana, dan berkata pada beliau: “Mari, Bhante Moggallana yang
baik! Selamat datang, Bhante Moggallana yang baik! Sudah lama Y.M.
Moggallana yang baik, sejak Bhante mendapatkan kesempatan untuk datang
ke sini, Silahkan duduk, Bhante Moggallana yang baik; tempat duduk ini
telah siap.”
Y.M. Maha Moggallana duduk di tempat duduk yang telah disiapkan, dan
Sakka mengambil tempat duduk yang rendah dan duduk di satu sisi. Y.M.
Maha Moggallana kemudian bertanya kepadanya:
8. “Kosiya,397 bagaimanakah Yang Terberkahi menyatakan
kepadamu secara ringkas pembebasan melalui hancurnya nafsu keinginan?
Akan baik jika kita bisa juga mendengar pernyataan itu.”
“Bhante Moggallana yang baik, kami amat sibuk, amat banyak yang
harus kami lakukan, tidak hanya urusan kami sendiri, tetapi juga urusan
para dewa di Alam Tiga-Puluh-tiga Dewa. Sealain itu, Bhante Moggallana
yang baik, apa yang didengar dengan baik, dipelajari dengan baik,
[253] diperhatikan dengan baik, diingat dengan baik, tidak lenyap
secara tiba-tiba. Bhante Moggallana yang baik, pernah terjadi ada perang
yang pecah antara para dewa dan para raksasa.398 Di dalam
perang itu para dewa menang dan para raksasa kalah. Ketika saya telah
memenangkan perang itu dan kembali dari sana sebagai penakluk, saya
menyuruh agar Istana Vejayanta di bangun. Bhante Moggallana yang baik,
Istana Vejayanta memiliki seratus menara, dan setiap menara memiliki
tujuh ratus ruang di lantai atas, dan setiap ruang di lantai atas
memiliki tujuh peri, dan setiap peri mempunyai tujuh pelayan. Maukah
Bhante melihat keelokan Istana Vejayanta, Bhante Moggallana yang baik?”
Y.M. Maha Moggallana setuju dengan berdiam diri.
9. Kemudian Sakka, penguasa para dewa, dan Raja Vessavana yang agung399
pergi menuju Istana Vejayanta, dengan mendahulukan Y.M. Maha
Moggallana. Ketika para pelayan Sakka melihat Y.M. Maha Moggallana dari
jauh, mereka malu dan jengah, dan mereka masing-masing masuk ke
kamarnya sendiri-sendiri. Seperti halnya seorang menantu perempuan malu
dan jengah ketika melihat ayah mertuanya, demikian pula ketika para
pelayan Sakka melihat Y.M. Maha Moggallana datang, mereka malu dan
jengah dan mereka masuk ke kamarnya sendiri-sendiri.
10. Kemudian Sakka, pengusa para dewa, dan Raja Vessavana yang agung
mengajak Y.M. Maha Moggallana berjalan ke semua penjuru dan
menjelajahi Istana Vejayanta. “Lihatlah, Bhante Moggallana yang baik,
keelokan Istana Vejayanta ini! Lihatlah Bhante Moggallana yang baik,
keelokan Istana Vejayanta ini.”
“Hal ini memberikan pujian bagi Yang Mulia Kosiya sebagai orang yang
dahulu telah melakukan tindakan jasa; dan kapan pun makhluk-makhluk
manusia melihat apa pun yang elok, mereka mengatakan: ‘Tuan-tuan, hal
ini memberikan pujian bagi para dewa di Alam Tiga-puluh-tiga Dewa!’ Hal
ini memberikan pujian bagi Yang Mulia Kosiya sebagai orang yang dahulu
telah melakukan tindakan jasa.”
11. Kemudian Y.M. Maha Moggallana mempertimbangkan demikian:
“Makhluk halus ini sungguh hidup amat sangat lalai. Bagaimana jika saya
menggugah rasa kemendesakan di dalam dirinya?” Kemudian Y.M. Maha
Moggallana mempertunjukan perbuatan dengan kekuatan kesaktian yang
sedemikian rupa, sehingga dengan ujung jari kakinya beliau membuat
Istana Vejayanta terguncang dan bergetar dan gemetar.400
[254] Sakka dan Raja Vessavana yang agung serta para dewa di Alam
Tiga-puluh-tiga Dewa merasa amat takjub dan kagum, dan mereka berkata,
“Tuan-tuan, hal ini luar biasa, hal ini menakjubkan, kekuatan dan
kekuasaan macam apa yang dimiliki petapa itu, sehingga dengan ujung jari
kakinya beliau mampu membuat bagian surgawi ini terguncang dan
bergetar serta gemetar!”
12. Ketika Y.M. Maha Moggallana mengetahui bahwa Sakka, penguasa
para dewa, tergugah oleh rasa kemendesakan dengan bulu kuduknya
berdiri, beliau bertanya kepada Sakka: “Kosiya, bagaimana Yang
Terberkahi secara ringkas menyatakan kepadamu pembebasan melalui
hancurnya nafsu keinginan? Akan baik jika kita juga bisa mendengar
pertanyaan itu.”
“Bhante Moggallana yang baik, saya mendatangi Yang Terberkahi.
Setelah memberi hormat kepada Beliau, saya berdiri di satu sisi dan
bertanya: “Yang Mulia Bhante, … [seperti di § 2] … di antara para dewa
dan manusia?” Ketika hal ini dikatakan, Bhante Moggallana yang baik,
Yang Terberkahi memberitahu saya: ‘Di sini wahai penguasa para dewa, …
[seperti di §3] di antara para dewa dan manusia.’ Demikianlah secara
ringkas Yang Terberkahi menyatakan kepadaku pembebasan melalui
hancurnya nafsu keinginan, Bhante Moggallana yang baik.”
13. Pada waktu itu Y.M. Maha Moggallana bergembira dan bersukacita
dengan kata-kata Sakka, penguasa para dewa. [255] Kemudian, secepat
pria yang kuat meregangkan tangannya yang tertekuk, atau menekuk
tangannya yang teregang, dia lenyap dari antara para dewa di Alam
Tiga-puluh-tiga Dewa dan muncul di Taman Timur di Istana Ibu Migara.
14. Setelah itu, tak lama setelah Y.M. Maha Moggallana pergi, para
pelayan Sakka, penguasa para dewa, bertanya kepada Sakka: “Tuan yang
baik, apakah itu tadi gurumu, Yang Terberkahi?” – “Bukan, tuan-tuan
yang baik, itu tadi bukan guruku Yang Terberkahi. Beliau adalah salah
satu sahabatku di dalam kehidupan suci, Y.M. Maha Moggallana.”401
– “Tuan yang baik, merupakan suatu keuntungan bagimu bahwa sahabatmu
di dalam kehidupan suci memiliki kekuatan dan kekuasaan sedemikian
rupa. Betapa Gurumu, Yang Terberkahi, jauh lebih hebat daripada itu!”
15. Kemudian Y.M. Maha Moggallana menghadap Yang Terberkahi, dan
setelah memberi hormat Beliau, dia duduk di satu sisi dan bertanya
kepada Yang Terberkahi, “Bhante, apakah Yang Terberkahi ingat telah
menyatakan secara ringkas-kepada satu makhluk halus yang terkenal
dengan sejumlah besar pengikut-pembebasan melalui hancurnya nafsu
keinginan?”
“Aku memang ingat telah melakukan hal itu, Moggallana. Di sini,
Sakka, penguasa para dewa, telah datang kepadaku, dan setelah memberi
hormat kepadaku, dia berdiri di satu sisi dan bertanya: ‘Yang Mulia
Bhante, secara ringkas bagaimanakah seorang bhikkhu terbebas melalui
hancurnya nafsu keserakahan, orang yang telah mencapai tujuan
tertinggi, jaminan tertinggi untuk bebas dari belenggu, kehidupan suci
tertinggi, tujuan tertinggi, ia yang terkemuka di antara para dewa dan
manusia?’ Ketika hal ini dikatakan, aku memberitahu dia: ‘Di sini, wahai
pengasa para dewa, seorang bhikkhu telah mendengar bahwa tak ada
sesuatu pun yang pantas dilekati. Ketika seorang bhikkhu telah mendengar
bahwa tak ada sesuatu pun yang pantas dilekati, secara langsung dia
mengetahui segalanya; setelah secara langsung mengetahui segalanya, dia
sepenuhnya memahami segalanya; setelah sepenuhnya memehami segalanya,
maka perasaan apa pun yang dia rasakan, tidak peduli menyenangkan atau
menyakitkan atau bukan-menyakitkan-pun-bukan-menyenangkan, dia berdiam
merenungkan ketidak-kekalan di dalam perasaan-perasaan itu, merenungkan
pudarnya, merenungkan penghentian, merenungkan pelepasan. Dengan
merenungkan demikian, dia tidak melekati apa pun di dunia ini. Ketika
tidak melekat, dia tidak gelisah. Ketika tidak gelisah, secara pribadi
dia mencapai Nibbana. Dia memahami: “Kelahiran telah dihancurkan,
kehidupan suci telah dijalani, [256] apa yang harus dilakukan telah
dilakukan, tidak ada lagi kelahiran di dalam keadaan dumadi apa pun.”
Secara ringkas, wahai penguasa para dewa, dengan cara demikian seorang
bhikkhu terbebas melalui hancurnya nafsu keinginan…di antara para dewa
dan manusia.’ Demikianlah aku ingat telah menyatakan secara ringkas
kepada Sakka, pengasa para dewa, pembebasan melalui hancurnya nafsu
keinginan.”
Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Y.M. Maha
Moggallana merasa puas dan bersukacita di dalam kata-kata Yang
Terberkahi.
Catatan :
(395) MA: Sakka bertanya tentang praktek awal seorang bhikkhu
Arahat, yang melalui praktek itu dia menjadi terbebas karena hancurnya
nafsu keinginan.
(396) MA menjelaskan bacaan ini sebagai berikut: “Segalanya” (saabbe
dhamma) adalah lima kelompok kehidupan, dua belas landasan, delapan
belas elemen. Hal-hal inilah yang “tidak pantas didekati” melalui nafsu
keinginan dan pandangan-pandangan, karena pada kenyataannya sifat
hal-hal itu ternyata berbeda dari caranya dipahami: dipahami sebagai
bersifat kekal, menyenangkan, dan diri, namun ternyata hal-hal itu
bersifat tidak kekal, penderitaan, dan bukan-diri. Dia “langsung
mengetahui” hal-hal itu sebagai tidak kekal, penderitaan dan
bukan-diri, dan “sepenuhnya memahami” hal-hal itu dengan cara
menelitinya dengan cara yang sama. “Merenungkan ketidak-kekalan” dsb.,
dicapai melalui pengetahuan kebijaksanaan tentang kemunculan dan
kejatuhannya, serta tentang kehancuran dan kelenyapannya. “Dia tidak
melekat” pada bentukan apa pun melalui nafsu keinginan dan
pandangan-pandangan, tidakmenjadi gelisah karena nafsu keinginan, dan
secara pribadi mencapai Nibbana melalui padamnya semua kekotoran batin.
(397) Nama pribadi Sakka, yang berarti “burung hantu.”
(398) Para dewa dan raksasa (asura) digambarkan di Kitab Pali
sebagai makhluk yang selalu berperang satu sama lain. Lihat khususnya
Sakkasamyutta (SN i.216-28).
(399) Salah satu dari Empat Raja Besar, penguasa para yakkha, yang kerajaannya ada di utara.
(400) MA: Dia melakukannya dengan masuk ke dalam meditasi tentang
kasina-air dan kemudian bertekad: “Semoga fondasi istana ini seperti
air.”
(401) Sakka dapat mengacu pada Y.M. Maha Moggallana sebagai “sahabat
di dalam kehidupan suci” karena sebelum itu, Sakka sendiri telah
mencapai Pemasuk-Arus (DN 21.2.10 /ii.289).
Dengan demikian, dia adalah siswa agung yang pasti akan menuju ke
pembebasan yang sama seperti yang telah dicapai oleh Maha Moggallana.