Kamis, 14 Juni 2012

PARAYANA THUTI GATHA

Inilah yang dikatakan Sang Buddha ketika enam belas brahmana itu datang ke Vihara Batu Karang di Magadha untuk memohon Sang Buddha menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
Jika kamu mengetahui apa arti sejati dari setiap pertanyaan itu, melihat apa yang tersirat dalam setiap pertanyaan dan hidup sesuai dengan Segala Sesuatu Sebagaimana Adanya, maka kamu akan terbebas. Kamu akan menyeberangi samudera kematian dan usia tua, dan mencapai pantai seberang.
Hal-hal ini akan membawa menuju pantai seberang. Itulah sebabnya ajaran ini disebut PARAYANA — ‘Jalan Menuju ke Seberang’.
1. Ada enam belas brahmana yang datang menjumpai Sang Buddha pada waktu itu. Mereka adalah Ajita, Tissa-Metteyya, Punnaka, Mettagu, Dhotaka, Upasiva, Nanda dan Hemaka; (1124)
2. Todeyya, Kappa dan Jatukanni yang terpelajar; Badhravudha, Udaya, Posala, Mogharaja yang berpengetahuan, dan Pingiya yang agung dan bijaksana. (1125)
3. Ada orang-orang yang datang menjumpai Sang Buddha, manusia yang sempurna tindakannya. Mereka datang kepada Sang Buddha untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka yang rumit kepada suri teladan pemahaman ini. (1126)
4. Sang Buddha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan kebenaran sejati, persis seperti apa adanya; para brahmana itu gembira mendengar kata-kata manusia bijaksana ini. (1127)
5. Maka, dipenuhi dengan sukacita karena pandangan jernih Putra Matahari ini,1 mereka memantapkan diri di dalam kehidupan kemurnian dan kebaikan yang dilewatkan dalam naungan kebijaksanaan Sang Buddha yang berharga. (1128)
6. Siapa pun yang hidup sesuai dengan yang diajarkan Sang Buddha lewat jawaban jawaban ini akan pergi menuju samudera seberang. Dari sini menuju ke luar, (1129)
7. dari pantai ini ke pantai seberang, inilah menyeberang samudera, inilah berjalan pada jalan yang paling tinggi. Inilah jalan yang membawa menuju pantai seberang itu; itulah sebabnya ini disebut Parayana ‘Jalan Menuju seberang’. (1130)

Pujian-pujian Pingiya tentang Jalan Menuju ke Seberang
8. ‘Saya akan menyanyikan pujian-pujian Jalan Menuju Seberang kepadamu,’ kata Pingiya (ketika dia kembali ke tempat tinggal Brahmana Bavari di tepian sungai Godhavari), ‘Jalan itu dijelaskan kepada kami oleh manusia itu sebagaimana yang Beliau lihat. Bagaimanapun juga, tidak ada alasan apa pun yang membuat manusia semacam Beliau berbohong — Beliau adalah tanpa nafsu, sumber pengetahuan dan sepenuhnya murni. (1131)
9. Jika suara tidak memiliki kefasihan kesombongan dan tak satu pun noda ketidaktahuan yang terpahat, maka kata-kata itu penuh dengan kemanisan dan keindahan. Kata-kata semacam itulah yang saya puji sekarang. (1132)
10. Mereka menyebut Beliau Buddha, yang tercerahkan, yang sadar, yang menguak kegelapan, dengan penglihatan total, yang mengetahui dunia sampai ke akhirnya, yang telah pergi melampaui semua keadaan makhluk dan dumadi. Beliau tidak memiliki semburan racun dari dalam: Beliau adalah pemusnahan penderitaan secara total. Manusia ini, wahai brahmana Bavari, adalah manusia yang saya ikuti. (1133)
11. Ini ibarat seekor burung yang meninggalkan semak-semak tanah belukar dan terbang menuju pohon-pohon buah di hutan. Saya juga telah meninggalkan sinar berbagai opini yang suram. Bagaikan seekor angsa, saya telah mencapai danau yang luas. (1134)
12. Sampai sekarang ini, sebelum saya mendengar ajaran-ajaran Gotama, orang-orang selalu mengatakan kepadaku demikian: ‘Ini memang selalu demikian, dan akan selalu demikian’; ini hanyalah kekangan tradisi yang terus menerus, suatu ladang berkembangnya spekulasi. (1135)
13. Putra mahkota ini, berkas sinar ini, Gotama, merupakan satu-satunya orang yang menguak kegelapan. Manusia Gotama ini adalah alam semesta kebijaksanaan, dan suatu dunia pemahaman, (1136)
14. Seorang guru yang ajarannya adalah Sebagaimana Adanya, dapat dilihat saat ini juga, langsung dan terlihat di mana-mana, mengikis nafsu tanpa akibat sampingan, tiada apa pun seperti itu di dunia ini. (1137)
15. ‘Kalau demikian, Pingiya,’ kata Bavari, ‘mengapa kau tidak menghabiskan seluruh waktumu, setiap saatmu, dengan Gotama ini, alam semesta kebijaksanaan ini, dunia pemahaman ini, (1138)
16. Guru yang ajarannya adalah Sebagaimana Adanya, dapat dilihat saat ini juga, langsung dan terlihat di mana-mana, mengikis nafsu tanpa akibat sampingan, tak ada apa pun yang seperti itu di dunia ini?’ (1139)
17. ‘Brahmana, Tuan,’ kata Pingiya, ‘tidak ada saat bagiku, betapa pun sekejapnya, yang dilewatkan tanpa Gotama, tanpa alam semesta kebijaksanaan ini, tanpa dunia pengetahuan ini, (1140)
18. Guru yang ajarannya adalah Sebagaimana Adanya, dapat dilihat saat ini juga, langsung dan terlihat di mana-mana, mengikis nafsu tanpa akibat sampingan, tiada apa pun seperti itu di dunia ini.’ (1141)
19. ‘Kau lihat, Tuan,’ kata Pingiya, ‘dengan semangat yang cermat dan tak kunjung padam, saya dapat melihat Beliau dengan pikiranku, sejernih dengan mataku, di malam hari dan juga di siang hari. Dan karena saya melewatkan malam-malamku menghormat beliau, menurut saya tidak ada satu saat pun yang terlewatkan tanpa Beliau. (1142)
20. Saya sekarang tidak dapat meninggalkan ajaran Gotama. Kekuatan keyakinan dan suka cita, dalam intelek dan kesadaran, menahanku di sana. Kemana pun Alam semesta kebijaksanaan ini pergi, Beliau menarikku bersama-Nya. (1143)
21. Secara fisik, saya tidak bisa bergerak seperti itu — tubuhku melapuk, saya sudah tua dan lemah — tetapi kekuatan pikiran yang terpusat mendorong pada tujuan ini dan menggerakkan saya untuk bersama Beliau tanpa putus. (1144)
22. Ada saat di mana saya menggelepar di lumpur rawa, hanya bisa terapung dari satu batu ke batu berikutnya. Tetapi kemudian saya melihat Sambuddha, sepenuhnya sadar dan bebas dari kekotoran.’ (1145)

Kemudian Sang Buddha berkata:
23. ‘Pingiya,’ Beliau berkata, ‘orang-orang lain telah membebaskan diri mereka sendiri lewat kekuatan keyakinan. Vakkali, Badhravudha dan Alavi-Gotama semuanya telah melakukan ini. Kamu juga harus membiarkan kekuatan itu membebaskanmu; kamu pun akan pergi menuju pantai yang lebih jauh, di luar tarikan kematian.’ (1146)
24. ‘Kata-kata ini,’ kata Pingiya, ‘adalah kata-kata manusia bijaksana. Selagi saya mendengarnya, saya menjadi lebih yakin. Manusia ini adalah Sambuddha. Beliau telah menyibak tirai dan membangunkan. Tidak ada yang gersang di sana; pikirannya jernih dan bersinar. (1147)
25. Segala yang dapat dikenali oleh pengetahuan dikenal oleh-Nya, termasuk halusnya alam dewa tertinggi. Tidak ada lagi pertanyaan di benak orang ragu-ragu yang datang kepadanya: Guru itu telah menjawab semua pertanyaan. (1148)
26. Ya saya akan pergi ke sana. Saya akan pergi melampaui perubahan, saya akan pergi melampaui perpaduan, saya akan pergi melampaui perbandingan. Tidak ada lagi keraguan. Engkau dapat menganggap ini sebagai pikiran yang terbebas.’ (1149)
Catatan
  1. Adicca. Gelar yang merupakan sinonim untuk kata yang lebih sering digunakan, yaitu suriya. Sang Buddha kadang-kadang dijuluki Putra Matahari (adiccabandhu).

Tidak ada komentar: