1. DEMIKIAN YANG SAYA DENGAR. Pada suatu ketika Yang Terberkahi
sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Di sana
Beliau menyapa para bhikkhu demikian: “Para bhikkhu.”-“Yang Mulia,”
jawab mereka. Yang Terberkahi berkata demikian:
2. “Para bhikkhu, sebagian besar makhluk memiliki harapan,
keinginan, kerinduan ini: ‘Semoga hal-hal yang tidak diharapkan, yang
tidak diinginkan, yang tidak menyenangkan lenyap, sedangkan hal-hal yang
diharapkan, yang diinginkan, yang menyenangkan bertambah!’ Walaupun
para makhluk memiliki harapan, keinginan, kerinduan ini, namun hal-hal
yang tidak diharapkan,yang tidak diingikan, yang tidak menyenangkan
bertambah, sedangkan hal-hal yang diharapkan, yang diinginkan, yang
menyenangkan malahan lenyap. Para bhikkhu, menurutmu apa yang
menyebabkan hal itu?”
“Yang Mulia, ajaran—ajaran kami berakar dari Yang Terberkahi, [310]
dibimbing oleh Yang Terberkahi,memiliki Yang Terberkahi sebagai
sumbernya. Sungguh bagus bila Yang Terberkahi berkenan menjelaskan arti
dari kata-kata itu. Setelah mendengarnya dari Yang Terberkahi, para
bhikkhu akan mengingatnya.”
“Kalau demikian, para bhikkhu, dengarkan dan perhatikan dengan seksama apa yang akan kukatakan.”
“Ya Yang Mulia.” Jawab mereka. Yang Terberkahi berkata demikian:
3. “Di sini, para bhikkhu, seorang biasa yang tak-terpelajar yang
tidak peduli pada para mulia dan tidak terampil dan tidak terdisiplin
di dalam Dhamma mereka, yang tidak peduli pada manusia-manusia sejati
dan tidak terampil dan tidak terdisiplin di dalam Dhamma mereka, tidak
mengetahui hal-hal apa yang seharusnya dikembangkan dan hal-hal apa
yang seharusnya tidak dikembangkan, dia tidak mengetahui hal-hal apa
yang seharusnya diikuti dan hal-hal apa yang seharusnya tidak diikuti.
Karena tidak tahu, dia mengembangkan hal-hal yang seharusnya tidak
dikembangkan dan tidak mengembangkan hal-hal yang seharusnya
dikembangkan, dia mengikuti hal-hal yang seharusnya tidak diikuti dan
tidak mengikuti hal-hal yang seharusnya diikuti.(481) Karena dia
melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan, tidak
diinginkan, tidak menyenangkan pun bertambah untuknya, sedangkan
hal-hal yang diharapkan, yang diinginkan, yang menyenangkan pun lenyap.
Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang tidak melihat.
4. “Siswa mulia yang terpelajar, yang peduli pada para mulia dan
terampil dan terdisiplin di dalam Dhamma mereka, yang peduli pada
manusia-manusia sejati dan terampil dan terdisiplin di dalam Dhamma
mereka, mengetahui hal-hal apa yang seharusnya dikembangkan dan hal-hal
apa yang seharusnya tidak dikembangkan, dia mengetahui hal-hal apa yang
seharusnya diikuti dan hal-hal apa yang seharusnya tidak diikuti.
Karena tahu, dia mengembangkan hal-hal yang seharusnya dikembangkan dan
tidak mengembangkan hal-hal yang seharusnya tidak dikembangkan, dia
mengikuti hal-hal yang seharusnya diikuti dan tidak mengikuti hal-hal
yang seharusnya tidak diikuti. Karena dia melakukan hal inilah maka
hal-hal yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, tidak menyenangkan pun
lenyap untuknya, sedangkan hal-hal yang diharapkan, yang diinginkan,
yang menyenangkan pun bertambah. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi
pada orang yang melihat.
5. “Para bhikkhu, ada empat cara untuk menjalani segala sesuatu.
Apakah yang empat cara itu? Ada cara menjalani segala sesuatu yang
menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai
penderitaan. Ada [311] cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan
sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan. Ada cara
menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang
di masa depan sebagai kesenangan. Ada cara menjalani segala sesuatu
yang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai
kesenangan.
(ORANG BODOH)
6. (1) “Sekarang, para bhikkhu, orang bodoh- yang tidak mengetahui
cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi
matang di masa depan sebagai penderitaan – ini tidak memahami hal itu
sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini
menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai
penderitaan.’ Karena tidak tahu, tidak memahami hal itu sebagaimana
adanya demikian, orang yang bodoh mengembangkannya dan tidak
menghindarinya; karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak
diharapkan, tidak diinginkan, tidak menyenangkan pun bertambah
untuknya, sedangkan hal-hal yang diharapkan, yang diinginkan, yang
menyenangkan pun lenyap, mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada
orang yang tidak melihat.
7. (2) “Sekarang, para bhikkhu, orang bodoh – yang tidak mengetahui
cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi
matang di masa depan sebagai penderitaan – ini tidak memahami hal itu
sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini
menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai
penderitaan. ‘Karena tidak tahu, tidak memahami hal itu sebagaimana
adanya demikian, orang yang bodoh mengembangkannya dan tidak
menghindarinya; karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak
diharapkan…pun bertambah untuknya, sedangkan hal-hal yang
diharapkan…pun lenyap. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang
yang tidak melihat.
8 (3) “Sekarang, para bhikkhu, orang bodoh – yang tidak mengetahui
cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi
matang di masa depan sebagai kesenangan – ini tidak memahami hal itu
sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini
menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai
kesenangan.’ Karena tidak tahu, tidak memahami hal itu sebagaimana
adanya demikian,orang yang bodoh tidak mengembangkannya melainkan
menghindarinya; karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak
diharapkan…pun bertambah untuknya, sedangkan hal-hal yang diharapkan…
pun lenyap. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang tidak
melihat.
9. (4) “Sekarang, para bhikkhu,orang bodoh-yang tidak mengetahui
cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi
matang di masa depan sebagai kesenangan – ini tidak memahami hal itu
sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini
menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai
kesenangan,’ Karena tidak tahu, tidak memahami hal itu sebagaimana
adanya demikian,orang yang bodoh tidak mengembangkannya melainkan
menghindarinya; karena dia melakukan hal inilah [312] maka hal-hal yang
tidak diharapkan …pun bertambah untuknya, sedangkan hal-hal yang
diharapkan …pun lenyap. Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang
yang tidak melihat.
(ORANG BIJAKSANA)
10 (1) “Sekarang, para bhikkhu, orang bijaksana-yang mengetahui cara
menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang
di masa depan sebagai penderitaan- ini memahami hal itu sebagaimana
adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini menyakitkan
sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan.’ Karena
tahu, memahami hal itu sebagaimana adanya demikian, orang yang
bijaksana tidak mengembangkannya melainkan menghindarinya; karena dia
melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan, tidak
diinginkan, tidak menyenangkan pun lenyap, sedangkan hal-hal yang
diharapkan, yang diinginkan, yang menyenangkan pun bertambah untuknya.
Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang melihat.
11. (2) “Sekarang, para bhikkhu, orang bijaksana – yang mengetahui
cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi
matang di masa depan sebagai penderitaan – ini memahami hal itu
sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini
menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai
penderitaan. ‘Karena tahu, memahami hal itu sebagaimana adanya demikian,
orang yang bijaksana tidak mengembangkannya melainkan menghindarinya;
karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan…pun
lenyap, sedangkan hal-hal yang diharapkan…pun bertambah untuknya.
Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang melihat.
12 (3) “Sekarang, para bhikkhu,orang bijaksana – yang mengetahui
cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi
matang di masa depan sebagai kesenangan – ini memahami hal itu
sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini
menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai
kesenangan.’ Karena tahu, memahami hal itu sebagaimana adanya demikian,
orang yang bijaksana tidak menghindarinya melainkan mengembangkan;
karena dia melakukan hal inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan…pun
lenyap, sedangkan hal-hal yang diharapkan…pun bertambah untuknya.
Mengapa demikian? Itulah yang terjadi pada orang yang melihat.
13 (4) “Sekarang,para bhikkhu, orang bijaksana – yang mengetahui
cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi
matang di masa depan sebagai kesenangan –ini memahami hal itu
sebagaimana adanya demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini adanya
demikian: ‘Cara menjalani segala sesuatu ini menyenangkan sekarang dan
menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan.’ Karena tahu, memahami
hal itu sebagaimana adanya demikian, orang yang bijaksana tidak
menghindarinya melainkan mengembangkannya; karena dia melakukan hal
inilah maka hal-hal yang tidak diharapkan…pun lenyap, sedangkan hal-hal
yang diharapkan..pun bertambah untuknya. Mengapa demikian? Itulah yang
terjadi pada orang yang melihat.
14 (1) “Apa, para bhikkhu, yang merupakan cara menjalani segala
sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan
sebagai penderitaan? Di sini, para bhikkhu, seseorang di dalam
penderitaan dan kesedihan membunuh, seseorang di dalam penderitaan dan
kesedihan membunuh makhluk hidup, dan dia mengalami penderitaan dan
kesedihan yang memiliki pembunuhan makhluk hidup sebagai kondisinya. Di
dalam penderitaan dan kesedihan dia mengambil apa yang tidak
diberikan…melakukan perilaku salah di dalam kenikmatan indera…berucap
tidak benar…berucap dengki…berucap kasar…bergosip…iri hati…memiliki
pikiran yang penuh niat jahat memegang pandangan salah, dan dia
mengalami penderitaan dan kesedihan yang memiliki pandangan salah
sebagai kondisi. Pada waktu hancurnya tubuh, setelah kematian, dia
muncul kembali di dalam keadaan kekurangan, di tempat tujuan yang tidak
bahagia, di dalam penderitaan berkepanjangan, bahkan di neraka. Inilah
yang disebut cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang
dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan.
15 (2) “Apa, para bhikkhu, yang merupakan cara menjalani segala
sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan
sebagai penderitaan? Di sini, para bhikkhu, seseorang di dalam
kesenangan dan kegembiraan membunuh makhluk hidup, dan dia mengalami
kesenangan dan kegembiraan yang memiliki pembunuhan makhluk hidup
sebagai kondisinya. Di dalam kesenangan dan kegembiraan dia mengambil
apa yang tidak diberikan …[314]…memegang pandangan salah, dan dia
mengalami kesenangan dan kegembiraan yang memiliki pandangan salah
sebagai kondisinya. Pada waktu hancurnya tubuh, setelah kematian dia
muncul kembali di dalam keadaan kekurangan,. Di tempat tujuan yang tidak
bahagia, di dalam penderitaan berkepanjangan, bahkan di neraka. Inilah
yang disebut cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang
dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan.
16 (3) “Apa, para bhikkhu, yang merupakan cara menjalani segala
sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa depan
sebagai kesenangan? Di sini, para bhikkhu, seseorang di dalam
penderitaan dan kesedihan tidak melakukan perbuatan membunuh makhluk
hidup, dan dia mengalami penderitaan dan kesedihan yang memiliki tanpa
pembunuhan makhluk hidup sebagai kondisinya. Di dalam penderitaan dan
kesedihan dia tidak melakukan perbuatan mengambil apa yang tidak
diberikan…tidak melakukan perilaku salah di dalam kenikmatan
indera…tidak berucap tidak benar…tidak berucap dengki…tidak berucap
kasar…tidak bergosip…tidak iri hati…tidak memiliki pikiran yang penuh
niat jahat…[315] dia memegang pandangan benar, dan dia mengalami
penderitaan dan kesedihan yang memiliki pandangan benar sebagai
kondisinya. Pada waktu hancurnya tubuh, setelah kematian, dia muncul
kembali di tempat tujuan yang bahagia bahkan di alam surgawi. Inilah
yang disebut cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan
menjadi matang di masa depan sebagai kesenangan.
17. (4) “Apa, para bhikkhu, yang merupakan cara menjalani segala
sesuatuyang menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan
sebagai kesenangan? Di sini, para bhikkhu, seseorang di dalam
kesenangan dan kegembiraan tidak melakukan perbuatan membunuh makhluk
hidup, dan dia mengalami kesenangan dan kegembiraan yang memiliki
tanpa-pembunuhan makhluk hidup sebagai kondisinya. Di dalam kesenangan
dan kegembiraan dia tidak melakukan perbuatan mengambil apa yang tidak
diberikan…dia memegang pandangan benar,dan dia mengalami kesenangan dan
kegembiraan yang memiliki pandangan benar sebagai kondisinya. Pada
waktu hancurnya tubuh, setelah kematian, dia muncul kembali di tempat
tujuan yang bahagia, bahkan di alam surgawi. Inilah yang disebut cara
menjalani segala sesuatu yang menyenangkan sekarang dan menjadi matang
di masa depan sebagai kesenangan.
(PERUMPAMAAN)
18 (1) “Para bhikkhu, seandainya saja ada pare yang dicampur dengan
racun,dan seorang laki-laki datang. Dia ingin hidup,tidak ingin mati,
dan menginginkan kesenangan dan menjauh dari penderitaan, lalu dia
diberitahu: ‘Orang baik, pare ini dicampur dengan racun. Minumlah
darinya jika engkau mau; [316] sementara engkau minum darinya,
warnanya, baunya, dan citarasanya tidak cocok untukmu, dan setelah
minum darinya, engkau akan mati atau mengalami penderitaan yang
mematikan.’ Lalu orang itu minum darinya tanpa merenungkan, dan dia
tidak melepasnya. Sementara dia minum darinya warnanya, baunya, dan
citarasanya tidak cocok untuk dia, dan setelah minum darinya, dia mati
atau mengalami penderitaan yang mematikan. Sama seperti itu, kukatakan,
adalah cara menjalani segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan
menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan.
19. (2) “Seandainya saja ada cangkir perunggu berisi minuman yang
mempunyai warna, bau, dan citarasa yang bagus, tetapi minumannya
dicampur dengan racun, dan seorang laki-laki datang. Dia ingin hidup,
tidak ingin mati, dan menginginkan kesenangan dan menjauh dari
penderitaan, dan dia diberitahu: “Orang baik, cangkir perunggu berisi
minuman ini mempunyai warna, bau, dan citarasa yang bagus, tetapi
dicampur dengan racun. Minumlah darinya jika engkau mau; [316]
sementara engkau minum darinya, warnanya, baunya, dan citarasanya cocok
untukmu, tetapi setelah meminumnya, engkau akan mati atau mengalami
penderitaan yang mematikan.’ Lalu orang itu minum darinya tanpa
merenungkan, dan dia tidak melepasnya. Sementara dia minum darinya,
warnanya, baunya, dan citarasanya cocok untuk dia,dan setelah minum
darinya,dia mati atau mengalami penderitaan yang mematikan. Sama seperti
itu, kukatakan, adalah cara menjalani segala sesuatu yang menyenangkan
sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai penderitaan.
20. (3) “Seandainya saja ada air kencing beragi yang dicampur dengan
bermacam-macam obat, dan seorang laki-laki datang. Dia sakit kuning,
dan dia diberitahu: ‘Orang baik, air kencing beragi ini dicampur dengan
bermacam-macam obat. Minumlah jika engkau mau; [316] sementara engkau
minum darinya, warnanya, baunya, dan citarasanya tidak cocok untukmu,
tetapi setelah minum, engkau akan sembuh.’ Lalu orang itu minum setelah
merenungkan, dan dia tidak melepasnya. Sementara dia minum, warnanya,
baunya, dan citarasanya tidak cocok untuk dia, dan setelah minum, dia
menjadi sembuh. Sama seperti itu, dan kukatakan, adalah cara menjalani
segala sesuatu yang menyakitkan sekarang dan menjadi matang di masa
depan sebagai kesenangan.
21. (4) “Seandainya saja ada dadih,madu, ghee, dan gula yang
dicampur, dan seorang laki-laki datang. Dia menderita disentri, dan dia
diberitahu: ‘Orang baik, ini adalah dadih, madu, ghee, dan gula yang
dicampur. Minumlah jika engkau mau; [316] sementara engkau minum,
warnanya, baunya, dan citarasanya cocok untukmu, dan setelah minum,
engkau akan sembuh.’ Lalu orang itu minum darinya setelah merenungkan,
dan dia tidak melepasnya. Sementara dia minum, warnanya, baunya, dan
citarasanya cocok untuk dia, dan setelah minum, dia menjadi sembuh. Sama
seperti itu, kukatakan, adalah cara menjalani segala sesuatu yang
menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai
kesenangan.
22. “Sebagaimana di musim gugur, di bulan terakhir musim hujan,
ketika langit jernih dan tanpa awan, matahari pun terbit di atas bumi
dan mengusir semua kegelapan dari langit dengan sinar dan cahaya dan
terangnya, demikian pula, cara menjalani segala sesuatu yang
menyenangkan sekarang dan menjadi matang di masa depan sebagai
kesenangan mengusir dengan sinarnya dan cahayanya dan terangnya semua
doktrin lain apa pun yang dimiliki para petapa dan brahmana biasa.”
Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Para bhikkhu merasa puas dan bergembira di dalam kata-kata Yang Terberkahi.