Selasa, 28 Februari 2012

SELA SUTTA

1. Demikian telah saya dengar:
Pada suatu peristiwa Sang Bhagava sedang mengembara di negeri kaum Anguttarapa dengan sekelompok besar bhikkhu Sangha, yang terdiri atas seribu dua ratus lima puluh orang bhikkhu. Ada satu kota kaum Anguttarapa yang disebut Apana tempat Sang Bhagava kemudian tiba.
2. Seorang pertapa berambut kusut Keniya mendengar: “Bhikkhu Gotama, nampaknya, putra dari suku Sakya yang meninggalkan suku Sakya, yang mengembara di negeri kaum Anguttarapa dengan sekelompok besar bhikkhu Sangha, dengan seribu dua ratus lima puluh bhikkhu telah tiba di Apana. Sekarang sebuah berita baik tentang Guru Gotama telah tersebar karenanya … (dan seterusnya sebagaimana tertera pada Sutta 41, alinea 21 dan berikutnya) … Kini baik untuk melihat Arahat tersebut.”
3. Kemudian pertapa berambut kusut Keniya pergi menemui Sang Bhagava dan bertukar salam dengannya, dan setelah ucapan sopan-santun dan ramah-tamah itu selesai iapun duduk di salah satu sisi. Setelah ia melakukan hal itu. Sang Bhagava mengarahkan, mendorong, membangkitkan dan membesarkan hatinya dengan perbincangan tentang Dhamma. Kemudian merasa senang dengan kata-kata Sang Bhagava dan menyetujuinya, pertapa berambut kusut Keniya berkata kepada Sang Bhagava: “Mohon Sang Bhagava bersama dengan para bhikkhu Sangha, menerima makanan dari saya besok.”
Setelah ini dikatakan, Sang Bhagava berkata kepadanya: “Kelompok Bhikkhu Sangha sangat besar, Keniya, ada seribu dua ratus lima puluh dan engkau mempunyai keyakinan terhadap kasta tinggi.”
Untuk kedua kalinya pertapa berambut kusut berkata kepada Sang Bhagava : “Meskipun kelompok bhikkhu Sangha sangat besar, Guru Gotama, dan ada seribu dua ratus lima puluh bhikkhu, dan meskipun saya mempunyai keyakinan terhadap kasta tinggi, saya tetap mohon Sang Bhagava bersama dengan para bhikkhu Sangha menerima makanan dari saya besok.”
Untuk kedua kalinya Sang Bhagava berkata kepadanya: “Kelompok bhikkhu Sangha sangat besar, Keniya, ada seribu dua ratus lima puluh bhikkhu. Juga engkau mempunyai keyakinan terhadap kasta tinggi.”
Untuk ketiga kalinya pertapa berambut kusut Keniya berkata kepada Sang Bhagava: “Meskipun kelompok bhikkhu Sangha sangat besar, Guru Gotama, dan ada seribu dua ratus lima puluh bhikkhu, dan meskipun saya mempunyai keyakinan terhadap kasta tinggi, saya tetap mohon agar Sang Bhagava bersama para bhikkhu Sangha menerima makanan dari saya besok.” Sang Bhagava menerimanya dengan berdiam diri.
4. Kemudian setelah mengetahui bahwa Sang Bhagava telah menerima, ia bangkit dari duduknya dan pergi ke pertapaannya sendiri di mana ia menyapa teman-temannya dan rekan-rekannya, para sanak serta saudaranya : “Sang Pertapa Gotama telah aku undang untuk makan besok bersama dengan para bhikkhu Sangha. Lakukanlah pembelian dan persiapan yang perlu untukku.”
“Ya, Tuan,” jawab mereka dan sebagian membuat panggangan, sebagian membelah kayu, sebagian mencuci mangkuk-mangkuk, sebagian menyiapkan tempat-tempat air, sebagian menyiapkan tempat-tempat duduk, sementara pertapa berambut kusut Keniya sendiri menyiapkan tenda.
5. Pada saat itu Sela dari kasta tinggi sedang berdiam di Apana. Sebagai seorang ahli dalam Tiga Weda ia mengetahui naskah-naskah dan konteks dari sejarah kelima (urut-urutan kasta tinggi) dengan doa-doa mereka, tata kebaktian, uraian kata, dan ia sangat mahir dalam Ilmu Pengetahuan Alam dan mengenai Tanda-tanda Manusia besar. Ia memiliki tiga ratus siswa dari kasta tinggi dalam membawakan nyanyian puji-pujian.
6. Pada saat itu pertapa berambut kusut Keniya mempunyai keyakinan terhadap Sela dari kasta tinggi. Kemudian Sela dari kasta tinggi, disertai oleh tiga ratus siswa dari kasta tinggi, tengah berjalan dan mondar-mandir untuk latihan dan ia tiba di pertapaan Keniya. Ia melihat ada sebagian membuat panggangan, sebagian membelah kayu, sebagian mencuci mangkuk-mangkuk, sebagian menyiapkan tempat-tempat air, sebagian menyiapkan tempat-tempat duduk, sementara si pertapa berambut kusut Keniya sendiri sedang menyiapkan sebuah tenda.
7. Ketika ia melihat hal tesebut, ia bertanya kepada si pertapa berambut kusut Keniya: “Apakah ada yang melangsungkan pernikahan? Ataukah ada suatu pengorbanan besar-besaran? Atau Seniya Bimbisara Raja Magadha telah diundang dengan rombongan yang besar untuk makan besok?”
8. “Saya tidak menyelenggarakan pernikahan, Sela. Juga Seniya Bimbisara raja dari Magadha tidak diundang dengan rombongan besarnya untuk makan besok. Tetapi, saya melakukan persembahan besar-besaran. Sang Pertapa Gotama yang berasal dari suku Sakya telah mengembara di negeri kaum Anguttarapa, dengan serombongan besar bhikkhu Sangha, dengan seribu dua ratus lima puluh bhikkhu, telah tiba di Apana. Ada berita baik mengenai Guru Gotama yang tersebar: ‘Sang Bhagava demikian karena ia seorang Arahat, yang telah mencapai Penerangan Sempurna, sempurna dalam pengetahuan serta tindak tanduknya, yang maha mulia, pengenal semua alam, pemimpin manusia yang tiada taranya, guru bagi para dewa dan manusia, yang sadar, yang penuh berkah.’ Beliau telah kuundang untuk makan besok, bersama kelompok bhikkhu Sangha.”
9. “Apakah engkau mengatakan ‘Yang mencapai Penerangan’, Keniya?”
“Saya katakan ‘Yang mencapai Penerangan’, Tuan.”
“Apakah engkau mengatakan ‘Yang mencapai Penerangan’, Keniya?”
“Saya katakan ‘Yang mencapai Penerangan’, Tuan.”
10. Kemudian terjadilah pada Sela yang berasal dari kasta tinggi: “Berita ini ‘Yang mencapai Penerangan’ sukar diperoleh di dunia ini. Sekarang tiga puluh dua Tanda Manusia Besar telah diturunkan dalam nyanyian puji-pujian kami, dan Manusia besar yang diberkahi dengan hal itu hanya mempunyai dua kemungkinan peruntungan, tidak mungkin lain. Jika ia menjalani hidup keduniawian ia akan menjadi raja Dhamma yang ideal, guru dari keempat penjuru, pemenang dari semua, yang memantapkan negaranya, dan memiliki tujuh macam harta: Harta Roda, Harta Gajah, Harta Kuda, Harta Perhiasan, Harta Wanita, Harta Pengurus Rumah Tangga dan Harta Pelayan sebagai ketujuh putra-putrinya yang melebihi seribu, berani dan kesatria, menghancurkan armada perang dari negara lain; di seluruh bumi yang dibatasi oleh samudera ini ia memerintah tanpa menggunakan tongkat, tanpa senjata dan dalam dhamma. Namun, bila ia meninggalkan hidup keduniawian menuju kehidupan rohani, ia akan menjadi seorang Arahat, seseorang yang mencapai Penerangan Sempurna, yang menyingkirkan kabut di dunia.”
11. Ia berkata: “Keniya yang baik, di manakah Guru Gotama, Arahat dan yang mencapai Penerangan Sempurna sekarang berada?”
Setelah ini dikatakan, pertapa berambut kusut Keniya menjulurkan tangan kanannya dan berkata: “Di sana, tempat jalur hijau (pepohonan) berada, Guru Sela.”
12. Kemudian Sela dari kasta tinggi pergi dengan ketiga ratus siswa yang berasal dari kasta tinggi kepada Sang Bhagava. Kemudian ia berkata kepada siswa-siswanya yang berkasta tinggi: “Datanglah perlahan-lahan, Tuan-tuan. Menapaklah dengan hati-hati; karena para Bhagava sukar ditemukan, mereka berjalan sendirian bagaikan singa. Juga pada saat saya bertukar kata dengan Pertapa Gotama, jangan ada yang menggangguku sementara itu, tetapi tunggulah sampai pembicaraan kami selesai.”
13. Kemudian Sela yang berasal dari kasta tinggi pergi kepada Sang Bhagava dan bertukar sapa dengan beliau, dan ketika percakapan sopan-santun dan ramah-tamah telah selesai ia duduk di satu sisi. Setelah ia melakukan hal itu, ia memperhatikan tiga puluh dua tanda Manusia Besar pada tubuh Sang Bhagava. la melihat lebih kurang tiga puluh dua tanda Manusia Besar pada tubuh Sang Bhagava, kecuali dua; ia merasa ragu-ragu dan tidak yakin mengenai dua tanda ini, dan ia tidak dapat memutuskan dan yakin mengenai hal tersebut; mengenai apa yang seharusnya tersembunyi di balik pakaiannya yang tertutup secarik kain dan mengenai besarnya lidah.
Tampak oleh Sang Bhagava: “Sela dari kasta tinggi ini melihat, lebih kurang tiga puluh dua Tanda Manusia Besar pada diri-Ku, kecuali dua; ia ragu-ragu dan tidak yakin mengenai dua tanda tersebut, dan ia tidak dapat memutuskan dan yakin mengenai hal tersebut: mengenai apa yang seharusnya tersembunyi di balik pakaian yang tertutup secarik kain dan mengenai besarnya lidah.”
14. Kemudian, Sang Bhagava melakukan semacam perbuatan gaib sehingga Sela yang berasal dari kasta tinggi melihat pada diri Sang Bhagava apa yang seharusnya tersembunyi di balik pakaian yang tertutup dalam secarik kain. Kemudian Sang Bhagava mengeluarkan lidahnya dan ia berturut-turut menyentuh kedua lubang telinga, kedua lubang hidung, dan ia melingkupi seluruh dahinya dengan lidahnya.
15. Sela dari kasta tinggi berpikir: “Sang Pertapa Gotama dilengkapi dengan tiga puluh dua Tanda Manusia Besar. Tanda-tanda itu lengkap, tidak kurang. Tetapi saya tidak tahu apakah ia mencapai Penerangan atau tidak. Namun, saya telah mendengar dari para kaum tua, orang-orang tua dari kasta tinggi, yang berkhotbah berdasarkan guru yang turun temurun, bahwa mereka yang merupakan Arahat dan mencapai Penerangan Sempurna menunjukkan diri mereka sedemikian apabila puji-pujian terhadap mereka diucapkan. Bagaimana bila saya memuji Pertapa Gotama di hadapan-Nya dengan bait-bait yang sesuai?”
Maka ia memuja Sang Bhagava di hadapannya dengan bait-bait yang sesuai:
16. “Oh sempurna tubuhnya, harum baunya,
Bagus busananya dan indah dipandang;
Oh Sang Bhagava, emas warnamu,
Dan putih gigimu; kuat dirimu;
Karena segala keistimewaan yang ada,
Yang membedakan seorang yang terlahir begitu baik;
Semua ini ada pada tubuhmu,
Tanda-tanda yang menakjubkan Manusia Besar.
Dengan mata yang jernih, dengan wajah yang terang,
Penuh keagungan, tegak bagaikan nyala api,
Di tengah-tengah tubuh para bhikkhu ini,
Engkau bersinar laksana matahari,
Seorang bhikkhu begitu tampan untuk dipandang,
Dengan kulit begitu berkilau bersinar,
Apa yang engkau, dengan ketampanan yang langka,
lakukan dengan kehidupan seorang bhikkhu?
Engkau sesuai untuk menjadi raja,
penguasa kereta kuda,
yang membuat Roda berputar.
Seorang pemenang dalam keempat jurusan,
Dan Penguasa Jambudwipa.
Dengan serdadu perang,
dengan pangeran-pangeran yang agung,
Semua membaktikan diri melayanimu.
Oh Gotama, raja dari semua raja,
Memerintahlah Engkau sebagai penguasa manusia.”
17. “Akulah raja, Oh Sela,” jawab Sang Bhagava,
“Aku raja tertinggi dari Dhamma,
Aku membuat Roda Dhamma berputar,
Roda yang tidak mungkin dihentikan oleh siapapun.”
18. “Engkau mengaku mencapai Penerangan Sempurna,” kata Sela yang berasal dari kasta tinggi;
“Engkau katakan: ‘Akulah raja Dhamma yang tertinggi,
Aku memutar Roda Dhamma,’ Siapakah jenderalmu, siapakah siswamu?
Siapakah pengikut jalan Sang Guru?
Siapakah yang membantu memutar juga Roda ini yang diputar olehmu?”
19. “Roda ini, Oh Sela, diputar olehKu,” jawab Sang Bhagava,
“Roda Dhamma tertinggi yang sama,
Raja muda dari Sang Tathagata,
Ialah Sang Sariputta, membantu memutarnya.
Apa yang harus diketahui secara langsung, telah diketahui,
Apa yang harus dikembangkan, telah dikembangkan,
Apa yang harus ditinggalkan, telah ditinggalkan,
Karenanya, kasta tinggi,
Penerangan Sempurna telah Kucapai.
Maka semoga keragu-raguanmu tentang Aku lenyap,
Dan biarkan keputusan menggantikannya,
Karena sukarlah selalu untuk diperoleh,
Pandangan dari yang telah mencapai Penerangan.
Aku termasuk yang kehadirannya, kasta tinggi,
Selalu sukar engkau dapati.
Di sini di dunia ini, aku mencapai Penerangan,
Dan tabib tertinggi.
Aku mulia tanpa bandingan,
Dan armada Mara telah dihancurkan,
Aku membuat semua lawanku,
Bergembira tanpa rasa takut.”
20. “O Tuan-tuan, dengarlah,
dengarlah apa yang beliau katakan.
Manusia dengan penglihatan, sang tabib,
Sang pahlawan perkasa, bagaikan seekor singa,
Mengaum di hutan.
Siapakah, bahkan yang berasal dari kasta rendah sekalipun,
Tak akan mempercayainya setelah melihat,
Kesempurnaannya, tak ada bandingannya,
Dengan menghancurkan armada Mara di manapun?
Marilah mengikutiku siapa yang mau,
dan yang tidak mau, silahkan pergi,
Karena aku menjadi pengikut manusia ini
Yang berpengertian tinggi.”
21. “Jika ini, oh Tuan, menjadi pilihan,
Ajaran dari yang telah mencapai Penerangan Sempurna ini,
kamipun menjadi pengikut manusia ini,
Yang berpengertian tinggi.”
22. “Ada tiga ratus orang kasta tinggi di sini,
dengan mengangkat tangannya memohon,
‘Oh dapatkah kami menjalani kehidupan yang luhur,
Sang Bhagava, di bawah bimbingan Tuan?”
23. “Kehidupan luhur telah disiarkan, Oh Sela,” kata Sang Bhagava;
“Di sini untuk disaksikan, dan jangan ditunda,
Karena siapa yang berlatih dengan giat,
Akan menemukan keikutsertaannya tidaklah sia-sia.”
24. Lalu, Sela dari kasta tinggi dengan para pengikutnya, menerima keikutsertaan di bawah Sang Bhagava, dan menerima Penahbisan Penuh.
25. Kemudian ketika malam berakhir, pertapa berambut kusut Keniya telah menyiapkan berbagai macam makanan yang baik dalam pertapaannya sendiri dan ia memberitahukan kepada Sang Bhagava: “Tibalah waktunya, Guru Gotama, makanan sudah siap.” Kemudian karena sudah pagi, Sang Bhagava berpakaian dan setelah mengambil mangkuknya dan jubah (luar). Beliau pergi dengan para bhikkhu Sangha ke pondok pertapaan Keniya dan duduk pada tempat yang sudah disiapkan.
Kemudian, dengan tangannya sendiri pertapa berambut kusut Keniya melayani dan memuaskan para bhikkhu Sangha yang dikepalai oleh Yang Telah Mencapai Penerangan dengan berbagai macam makanan yang baik. Kemudian setelah Sang Bhagava makan, tidak memegang mangkuk lagi di tangan-Nya, pertapa berambut kusut Keniya mengambil tempat duduk yang rendah dan duduk di satu sisi. Setelah ia melakukan hal itu, Sang Bhagava memberikan berkahnya dengan bait-bait berikut:
26. “Pembakaran Persembahan adalah kemegahan api,
Doa-doa adalah kemegahan nyanyi puji-pujian,
Kemegahan dari manusia, seorang raja,
Kemegahan dari sungai yang mengalir, laut;
Bulan adalah kemegahan dari bintang-bintang,
Matahari adalah kemegahan dari segala yang bersinar,
Kebajikan adalah kemegahan dari semua yang bercita-cita,
Sangha, kemegahan dari mereka yang memberi.”
Kemudian setelah Sang Bhagava memberikan berkahnya dengan bait-bait tersebut, Beliau bangkit dari tempat duduknya dan pergi.
27. Tidak lama setelah Penahbisannya secara penuh, tinggal sendiri, mengasingkan diri, dengan rajin, bergairah dan giat, yang mulia Sela, dengan para pengikutnya, dengan menyadari sendiri dengan pengetahuan langsung, segera memasuki dan menetap dalam tujuan tertinggi dari kehidupan luhur yang untuk itu para sanak saudara meninggalkan keduniawian menuju kehidupan rohani. Ia tahu secara langsung: Kelahiran itu melelahkan, kehidupan luhur telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi kehidupan selanjutnya.
Lalu, yang mulia Sela menjadi seorang Arahat, bersama para pengikutnya.
28. Kemudian yang mulia Sela, dengan para pengikutnya, menemui Sang Bhagava dan mengatur jubahnya pada satu bahunya dengan telapak tangannya mengatup ke arah Sang Bhagava, ia menyapa beliau dengan bait-bait berikut:
“Delapan hari telah berlalu oh Yang Dapat Melihat,
Sejak kami menyatakan berlindung;
dan selama tujuh malam ini, Oh Sang Bhagava,
Ajaran-Mu telah mengendalikan kami.
Oh Engkau yang Telah Sadar, Engkaulah Sang Guru,
Engkau Sang Pertapa, Penakluk Maut,
Engkau bebas dari kejahatan,
Engkau Selamat dan Penyelamat warga ini;
Olehmu inti dari semua makhluk ditinggalkan di belakang,
noda-noda diakhiri;
Engkaulah singa, bebas dari keserakahan,
Engkau telah menyingkirkan rasa takut dan ngeri,
Di sinilah tiga ratus bhikkhu ini berdiri,
Dengan tangan dirangkapkan penuh kasih sayang.
Oh pahlawan, ulurkan kakimu,
dan biarkan Para Naga dari Sang Guru menyembahnya.”