Senin, 20 Februari 2012

VATTHUPAMA SUTTA

1. Demikian telah saya dengar:
Pada satu kesempatan Sang Bhagava menetap di Savatthi, di hutan Jeta, di Taman Anathapindika. Di sana Beliau menyapa para bhikkhu demikian: “Para Bhikkhu.”
“Yang Mulia,” jawab mereka. Sang Bhagava berkata demikian:
2. “Para bhikkhu, andaikata sepotong kain terkotori dan bernoda dan seorang pencelup merendamnya di dalam celupan atau lain, apakah warna biru, kuning atau merah atau dadu, akan tetap jelek dan tak murni warnanya. Mengapa demikian? Karena kain itu tidak murni. Demikian pula apabila batin dikotori, maka masa depan yang tak menyenangkan yang mungkin diharapkan. Para Bhikkhu, andaikata sepotong kain bersih dan terang dan seorang pencelup merendamnya di dalam bahan celupan atau lain, apakah biru, kuning atau merah atau dadu, maka akan tampak indah dan murni warnanya. Mengapa demikian? Karena kain itu bersih. Demikian pula apabila batin tidak terkotori, maka masa depan yang menyenangkan yang mungkin diharapkan.
3. Apakah ketidaksempurnaan yang mengotori batin itu? Ketamakan dan keserakahan adalah ketidaksempurnaan yang mengotori batin. Keinginan jahat … Kemarahan …. Dendam …. Kekejian …. Kekerasasan …. Keirihatian …. Kekikiran …. Penipuan …. Kecurangan …. Keras kepala …. Praduga …. Kebanggaan (Keangkuhan) … Kesombongan …. Kelalaian … adalah ketidaksempurnaan yang mengotori batin.
4. Apabila seorang bhikkhu mengetahui bahwa ketamakan dan keserakahan adalah suatu ketidaksempurnaan yang mengotori batin, ia akan meninggalkan itu. Apabila ia mengetahui bahwa keinginan jahat … kelalaian adalah semua ketidaksempurnaan yang mengotori batin, maka ia akan meninggalkan semua itu.
5. Segera setelah hal itu diketahui dengan mendalam (pandangan terang) bahwa ketamakan dan keserakahan adalah suatu ketidaksempurnaan yang mengotori batin, sifat itu terkikis dalam batinnya; segera setelah hal itu diketahui dengan pandangan terang bahwa keinginan jahat … kelalaian adalah semua ketidaksempurnaan yang mengotori batin, semua itu terkikis di dalam batinnya.
6. Dengan demikian, ia memiliki keyakinan sempurna terhadap Buddha demikian: ‘Sang Bhagava adalah seorang Arahat, telah mencapai pencerahan sempurna, sempurna pengetahuan dan tindak-tanduknya, luhur, pengenal segenap alam, pemimpin manusia tanpa banding, guru para dewa dan manusia, yang mencapai pencerahan sempurna, yang diberkahi.’
7. Lalu ia memiliki keyakinan sempurna terhadap Dhamma demikian: ‘Dhamma telah dibabarkan dengan baik oleh Sang Bhagava, (Dhamma mempunyai akibat) yang dapat dilihat di sini dan saat ini, tidak termakan oleh waktu, mengundang untuk diperiksa, membawa kemajuan, dapat dialami oleh para bijaksana dalam batinnya.’
8. Lalu ia memiliki keyakinan sempurna terhadap Sangha demikian: ‘Sangha siswa Sang Bhagava telah memasuki jalan yang baik, telah memasuki jalan yang lurus, telah memasuki jalan yang benar, telah memasuki jalan yang tepat; mereka dikatakan, empat pasang manusia, delapan (jenis) manusia; Sang Siswa Sang Bhagava inilah yang patut menerima pemberian, tempat bernaung dan patut diberi penghormatan, yang merupakan lapangan penanaman jasa tak terbandingkan di dunia.’
9. Lalu apapun (dari ketidaksempurnaan itu) yang dimiliki, sesuai dengan Batas-Batas tertentu (yang dapat di mana saja dari tiga jalan pertama yang telah dicapainya) telah diatasi, telah dihentikan (selamanya), telah pergi, ditinggalkan, dilepaskan.
10. Ia (merenung) demikian: ‘Saya memiliki keyakinan sempurna terhadap Buddha’ dan ia memperoleh pengalaman berarti, ia memperoleh pengalaman Dhamma dan oleh karenanya ia menemukan kegiuran yang berkenaan dengan Dhamma.
11. Ketika ia mengalami kegiuran, kesukacitaan (kesenangan) akan muncul dalam dirinya; gembira dalam batin, tubuhnya menjadi tenang, ketika tubuhnya tenang ia merasakan kebahagiaan, ketika mengalami kebahagiaan itu, batinnya menjadi terkonsentrasi.
12. Ia (merenung) demikian: ‘Saya memiliki keyakinan sempurna terhadap Dhamma’ dan ia memperoleh pengalaman berarti, ia memperoleh pengalaman Dhamma dan oleh karenanya ia menemukan kegiuran yang berkenaan dengan Dhamma.
13. Ketika ia mengalami kegiuran … batinnya menjadi terkonsentrasi.
14. Ia (merenung) demikian: ‘Saya memiliki keyakinan sempurna terhadap Sangha’ dan ia memperoleh pengalaman berarti, ia memperoleh pengalaman Dhamma dan oleh karenanya ia menemukan kegiuran yang berkenaan dengan Dhamma.
15. Ketika ia mengalami kegiuran … batinnya menjadi terkonsentrasi.
16. Ia (merenung) demikian: ‘Dan apapun yang dimiliki, sesuai batas-batas tertentu, telah diatasi, telah dihentikan, telah pergi, ditinggalkan, dilepaskan, dan ia memperoleh pengalaman berarti, ia memperoleh pengalaman Dhamma, dan oleh karenanya ia menemukan kegiuran yang berkenaan dengan Dhamma.’
17. Ketika ia mengalami kegiuran … batinnya menjadi terkonsentrasi.
18. Jika seorang bhikkhu memiliki kebajikan demikian, Dhamma demikian dan pengertian demikian, tak ada halangan lagi baginya ketika memakan makanan yang dipilih yang diberikan dengan butiran gelap, yang dicampur kuah dan sayur.
Seperti kain yang kotor dan bernoda menjadi bersih dan cerah dengan bantuan air yang jernih, atau seperti emas menjadi murni dan terang dengan bantuan tungku perapian, demikian pula bagi seorang bhikkhu dengan kebajikan demikian, tak ada lagi alasan ketika memakan makanan yang dipilih yang diberikan dengan butiran gelap, yang dicampur kuah dan sayur.
19. Ia berada dalam batin yang penuh cinta kasih yang memancar ke satu arah, juga arah yang kedua, arah yang ketiga, arah keempat, dan juga ke atas, ke bawah, ke sekeliling dan ke segenap penjuru (ke mana saja) dan kepada semua makhluk seperti terhadap dirinya sendiri; ia berada dalam batin yang diliputi penuh cinta kasih, murni, tak terukur, tanpa keserakahan atau keinginan jahat yang memancar ke segenap penjuru dunia.
20. Ia berada dalam batin yang diliputi penuh kasih sayang … ke segenap penjuru dunia.
21. Ia berada dalam batin yang diliputi penuh simpati (atas kebahagiaan makhluk lain) … ke segenap penjuru dunia.
22. Ia berada dalam batin yang diliputi penuh keseimbangan ke segenap penjuru dunia.
23. (Atas hal itu) ia mengerti hal demikian: ‘Terdapat (keadaan dari Kediaman Brahma) ini, terdapat (keadaan dari kekotoran-kekotoran batin yang telah ditinggalkan) yang lebih rendah, terdapat (tujuan dari Jalan Arahat yang telah dicapai) yang lebih tinggi, terdapat pembebasan (yaitu Nibbana) dari (semua) bidang pemahaman.
24. Ketika ia mengetahui dan melihat cara tersebut, batinnya menjadi terbebas dari ikatan nafsu indera, terbebas dari ikatan yang mengikat makhluk, dan terbebas dari ikatan kebodohan batin. Ketika telah terbebas, terdapat pengetahuan: ‘Ini terbebas.’ Ia mengerti: ‘Kelahiran telah berakhir, kehidupan brahmana (suci) telah dijalani, sesuatu yang dapat dilakukan telah dilakukan, tak ada lagi yang mengatasi hal ini.’
25. Inilah bhikkhu, yang disebut ‘dipermandikan dengan mandi dari dalam’.”
26. Sekarang pada kesempatan itu, Sundarika Bharadvaja dari kaum brahmana duduk tak jauh dari Sang Bhagava. Kemudian ia berkata kepada Sang Bhagava: “Namun, apakah Yang Mulia Gotama pergi ke sungai Bahuka untuk mempermandikan?”
“Brahmana, mengapa (pergi) ke sungai Bahuka? Apakah yang dapat dilakukan oleh sungai Bahuka?”
“Yang Mulia Gotama, sungai Bahuka dipakai oleh kebanyakan orang untuk memberikan pembebasan; dipandang oleh banyak orang untuk memberikan manfaat, dan kamma-kamma buruk yang telah mereka lakukan, dicuci bersih di sungai Bahuka.”
27. Kemudian, Sang Bhagava mengatakan kepada Sundarika Bharadvaja dan kaum brahmana tersebut, dalam syair:
Bahuka dan Adhikakka
Gaya dan Sundarika pun
Payaga dan Sarassati
Dan aliran sungai Bahumati
Tak akan pernah mencuci kamma hitam menjadi putih.Apakah arti yang dapat diberikan Sundarika?
Apakah juga Payaga? Apakah Bahuka?
Mereka tak dapat menyucikan seorang pelaku kejahatan,
Seorang yang telah berbuat kejam dan brutal.
Seorang dengan batin murni,
mempunyai lebih dari Pesta musim semi, Hari Suci;
Seorang yang murni dalam perbuatan,
yang murni dalam batin,
Memiliki setiap kesempurnaan moral.
Di sinilah brahmana, kamu layak datang untuk dipermandikan,
Untuk membuat dirimu sebagai sarana perlindungan yang benar bagi semua mahluk.
Dan apabila ucapanmu tak ada yang tak benar,
Tak ada perbuatan yang menyakiti mahluk hidup,
Juga tak mengambil sesuatu yang tak diberikan,
Dengan keyakinan dan tanpa kebathilan,
Apakah yang akan kamu lakukan dengan pergi ke ke Gaya?
Andaikan Gaya itu baik.”
28. Setelah hal ini dikatakan, Sundarika Bharadvaja dari kaum brahmana berkata: “Menakjubkan, Yang Mulia Gotama! Menakjubkan, Yang Mulia Gotama! Dhamma telah dijelaskan dengan berbagai cara oleh Yang Mulia Gotama, seakan-akan, Beliau menegakkan sesuatu yang telah roboh, menyibak yang tersembunyi, menunjukkan jalan kepada yang tersesat, menyalakan lampu dalam kegelapan bagi seseorang untuk melihat bentuk-bentuk.
29. Saya datang berlindung kepada Yang Mulia Gotama dan kepada Dhamma dan kepada Sangha. Saya ingin menjalani kehidupan tak berumah-tangga di bawah (bimbingan) Yang Mulia Gotama. Saya ingin mendapatkan pengakuan penuh (upasampada).”
30. Lalu Sundarika Bharadvaja dari kaum brahmana menjalani kehidupan tak berumah-tangga di bawah (bimbingan) Sang Bhagava dan ia menerima upasampada. Tak lama setelah pengakuan penuh itu, tinggal menyepi, menyendiri, rajin, bersemangat dan penuh pengendalian diri, Yang Mulia Bharadvaja, dengan menyelami sendiri, dengan pengetahuan langsung di sini dan saat ini, memasuki dan berdiam dalam tujuan tertinggi dari kehidupan brahmana (suci), bagi kepentingan semua orang, dengan benar pergi memasuki kehidupan tak berumah-tangga. Ia memiliki pengetahuan langsung demikian: ‘Kelahiran telah berakhir, kehidupan brahmana (suci) telah dijalani, sesuatu yang dapat dilakukan telah dilakukan, tak ada lagi yang mengatasi hal ini.’
Lalu Yang Mulia Bharadvaja menjadi satu di antara Para Arahat.