Kamis, 22 Maret 2012

Tanha Vagga

XXIV. NAFSU KEINGINAN

1.
(334)
Bila seseorang hidup lengah,
maka nafsu keinginan tumbuh,
seperti tanaman Maluwa yang menjalar.
Ia melompat dari satu kehidupan
ke kehidupan yang lain,
bagaikan kera yang senang mencari
buah-buahan di dalam hutan.
Atthakattha
2.
(335)
Dalam dunia ini,
siapapun yang dikuasai oleh
nafsu keinginan rendah dan beracun,
penderitaannya akan bertambah
seperti rumput Birana yang tumbuh dengan cepat
karena disirami dengan baik.
Atthakattha
3.
(336)
Tetapi barang siapa dapat mengatasi nafsu keinginan
yang beracun dan sukar dikalahkan itu,
maka kesedihan akan berlalu dari dalam dirinya,
seperti air yang jatuh dari daun teratai.
Atthakattha
4.
(337)
Kuberitahukan hal ini kepadamu:
Semoga engkau sekalian yang telah datang
berkumpul di sini memperoleh kesejahteraan!
Bongkarlah nafsu keinginanmu,
seperti orang mencabut akar rumput Birana yang harum.
Jangan biarkan Mara
menghancurkan dirimu berulang kali,
seperti arus sungai menghancurkan rumput ilalang
yang tumbuh di tepi.
Atthakattha
5.
(338)
Sebatang pohon yang telah ditebang
masih akan dapat tumbuh dan bersemi lagi
apabila akar-akarnya masih kuat
dan tidak dihancurkan.
Begitu pula selama akar nafsu keinginan tidak dihancurkan,
maka penderitaan akan tumbuh berulang kali.
Atthakattha
6.
(339)
Apabila tiga puluh enam nafsu keinginan
di dalam diri seseorang mengalir deras
menuju objek-objek yang menyenangkan,
maka gelombang pikiran yang penuh nafsu
akan menyeret orang yang memiliki
pandangan salah seperti itu.
Atthakattha
7.
(340)
Di mana-mana mengalir arus (=nafsu-nafsu keinginan);
di mana-mana tanaman menjalar tumbuh merambat.
Apabila engkau melihat tanaman menjalar
(=nafsu keinginan) tumbuh tinggi,
maka harus kau potong akar-akarnya
dengan pisau (=kebijaksanaan).
Atthakattha
8.
(341)
Dalam diri makhluk-makhluk timbul rasa senang mengejar objek-objek indria,
dan mereka menjadi terikat pada keinginan-keinginan indria.
Karena cenderung pada hal-hal yang menyenangkan
dan terus mengejar kenikmatan-kenikmatan indria,
maka mereka menjadi korban kelahiran dan kelapukan.
Atthakattha
9.
(342)
Makhluk-makhluk yang terikat pada nafsu keinginan,
berlarian kian kemari seperti seekor kelinci yang terjebak.
Karena terikat erat oleh belenggu-belenggu dan ikatan-ikatan,
maka mereka mengalami penderitaan untuk waktu yang lama.
Atthakattha
10.
(343)
Makhluk-makhluk yang terikat oleh nafsu-nafsu keinginan,
berlarian kian kemari seperti seekor kelinci yang terjebak.
Karena itu seorang bhikkhu yang menginginkan kebebasan diri,
hendaknya ia membuang segala nafsu-nafsu keinginannya.
Atthakattha
11.
(344)
Setelah bebas dari hutan keinginan
(=kehidupan rumah tangga),
ia menemukan hutan kesucian
(=kehidupan pertapa).
Tapi, walaupun telah bebas dari keinginan
(akan kehidupan rumah tangga)
ia kembali ke rumah lagi.
Lihatlah orang seperti itu!
Setelah bebas! Ia kembali pada ikatan itu lagi.
Atthakattha
12.
(345)
Orang bijaksana menyatakan bahwa
belenggu yang terbuat dari besi, kayu, ataupun rami
tidaklah begitu kuat.
Tetapi ikatan terhadap anak-anak, istri, dan harta benda,
sesungguhnya merupakan belenggu yang jauh lebih kuat.
Atthakattha
13.
(346)
Orang bijaksana menyatakan bahwa
belenggu seperti itu amat kuat,
dapat melemparkan orang ke bawah,
halus dan sukar untuk dilepaskan.
walaupun demikian,
para bijaksana akan dapat memutuskan belenggu itu,
mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan,
serta melepaskan kesenangan-kesenangan indria.
Atthakattha
14.
(347)
Mereka yang bergembira dengan nafsu indria,
akan jatuh ke dalam arus (kehidupan),
seperti laba-laba yang jatuh
ke dalam jaring yang dibuatnya sendiri.
Tapi para bijaksana dapat memutuskan belenggu itu,
mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan,
serta melepaskan kesenangan-kesenangan indria.
Atthakattha
15.
(348)
Tinggalkan apa yang telah lalu,
yang akan datang maupun sekarang
(=kemelekatan terhadap lima kelompok kehidupan)
dan capailah ‘Pantai Seberang’ (=nibbana).
Dengan pikiran yang telah bebas dari segala sesuatu,
maka engkau tak akan mengalami kelahiran dan kelapukan lagi.
Atthakattha
16.
(349)
Orang yang pikirannya kacau, penuh dengan nafsu,
dan hanya melihat pada hal-hal yang menyenangkan saja,
maka nafsu keinginannya akan terus bertambah.
Sesungguhnya orang seperti itu
hanya akan memperkuat ikatan belenggunya sendiri .
Atthakattha
17.
(350)
Orang yang bergembira dalam menenangkan pikirannya,
tekun merenungkan hal-hal yang menjijikkan
(sebagai objek perenungan dalam samadhi) dan selalu sadar,
maka ia akan mengakhiri nafsu-nafsu keinginannya
dan menghancurkan belenggu Mara.
Atthakattha
18.
(351)
Orang yang telah mencapai tujuan akhir,
tidak lagi mempunyai rasa takut,
noda batin serta nafsu keinginan,
sesungguhnyalah ia telah mematahkan ruji-ruji kehidupan.
Bagi orang suci seperti itu,
tubuhnya merupakan tubuh yang terakhir.
Atthakattha
19.
(352)
Orang yang telah bebas dari nafsu keinginan dan kemelekatan,
pandai dalam menganalisa serta
memahami ‘Ajaran’ beserta pasangan-pasangannya,
maka ia patut disebut seorang ‘Pemilik Tubuh Terakhir’ (=arahat),
orang yang memiliki ‘Kebijaksanaan Agung’, seorang manusia agung.
Atthakattha
20.
(353)
Aku telah mengalahkan semuanya.
Aku telah mengetahui semuanya.
Aku telah bebas dari semuanya.
Aku telah meninggalkan semuanya.
Setelah menghancurkan nafsu keinginan,
Aku benar-benar bebas.
Setelah menyadari segala sesuatu
melalui usaha sendiri,
maka siapakah yang patut Ku-sebut Guru?
Atthakattha
21.
(354)
Pemberian ‘Kebenaran’ (Dhamma)
mengalahkan semua pemberian lainnya;
rasa ‘Kebenaran’ (Dhamma)
mengalahkan semua rasa lainnya;
kegembiraan dalam ‘Kebenaran’ (Dhamma)
mengalahkan semua kegembiraan lainnya.
Orang yang telah menghancurkan nafsu keinginan
akan mengalahkan semua penderitaan.
Atthakattha
22.
(355)
Kekayaan dapat menghancurkan orang bodoh,
tetapi tidak menghancurkan mereka yang mencari ‘Pantai Seberang’ (=nibbana).
Karena nafsu keinginan mendapatkan kekayaan,
orang bodoh menghancurkan dirinya sendiri,
dan juga akan menghancurkan orang lain.
Atthakattha
23.
(356)
Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang;
nafsu indria merupakan bencana bagi manusia.
Karena itu dana yang dipersembahkan kepada
mereka yang telah bebas dari nafsu indria
akan menghasilkan pahala yang besar.
Atthakattha
24.
(357)
Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang;
kebencian merupakan bencana bagi manusia.
karena itu, dana yang dipersembahkan kepada
mereka yang telah bebas dari kebencian
akan menghasilkan pahala yang besar.
Atthakattha
25.
(358)
Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang;
ketidak-tahuan merupakan bencana bagi manusia.
Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada
mereka yang telah bebas dari ketidak-tahuan
akan menghasilkan pahala yang besar.
Atthakattha
26.
(359)
Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang;
iri hati merupakan bencana bagi mannusia.
Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada
mereka yang telah bebas dari iri hati
akan menghasilkan pahala yang besar.
Atthakattha